Hari-hari cepat berlalu dan aku tidak menyangka jika hari ini akan tiba. Hari ritual itu. Bulan tampak bersinar terang dengan cahaya biru lembutnya yang temaram. Kami kembali dikumpulkan sebelum ritual dimulai, dan diberikan beberapa poin penjelasan singkat.Aku menatap dengan seksama keadaan hutan. Terlihat aura magis seakan menguar dari sana ketika cahaya bulan menerpa dedaunan yang rimbun di pepohonan. Tidak ada suara serangga malam yang biasanya terdengar dari dalam hutan.
Keheningan benar-benar menyelimuti seakan-akan tidak ada yang boleh merusak suasana magis ini.Gugup, aku memeluk jubah merah didadaku dengan erat. Mom memberikannya padaku kalau-kalau aku mengalami shift di tengah hutan dan tidak memiliki pakaian ganti.
Ketika akhirnya para senior menyuruh kami masuk, aku langsung melangkah dengan pelan menyusuri hutan. Aku bisa melihat dengan jelas diantara kegelapan ini, namun tidak mengurangi perasaan kalut ku.
Batang-batang pohon terlihat berdempetan dan membentuk jalur kecil diantaranya, cahaya bulan samar-samar menembus rimbunnya daun. Bunyi gemerisik dari langkahku yang menginjak rerumputan seakan memecah keheningan malam. Aku bahkan tidak sadar jika ternyata telah terpisah dengan rombongan.
Ku eratkan pelukanku pada jubah didadaku dan menatap sekeliling. Sesekali kepala ku mendongak menatap bulan biru yang masih bersinar tanpa awan yang menghalangi di antara halangan pepohonan yang tinggi.
Mataku menatap sekeliling, merasakan bagaimana sunyinya keadaan hutan saat ini.'Ini menakutkan, ayo kita kembali saja Alice' suara Liz menggema dikepala ku.
Sekarang aku mengerti kenapa Liz sedari tadi diam. Ia sama gugup dan takutnya dengan ku.
'Kita tidak akan kembali. Kau tenang saja, kita akan mendapatkan Pohon Akacia sebentar lagi'
'Kapan? Sudah hampir tiga puluh menit kita berkeliling dan pohon itu sama sekali tidak tampak. Bahkan tidak ada senior pengawas sama sekali yang terlihat'
Aku membenarkan pernyataan Liz sebenarnya, namun aku harus tetap optimis.
'Sebentar lagi kita akan menemukan pohon itu, kau hanya harus bersabar'
'Aku ingin bersabar Alice, hanya saja hutan ini menakutkan'
'Kau jangan jadi penakut, kau tidak ingin menemui pasangan kita?'
Liz mendesah kesal dikepalaku. Aku tau ia sedang bingung sekarang, antara ingin pergi dari hutan ini dan mengetahui siapa mate kami.
'Baiklah. Kalau begitu terus bercerita agar suasana ini tidak terlalu menakutkan' ucap Liz
'Kau pikir kita sedang melakukan apa sekarang?' aku mendengus
Dan langkah ku terhenti ketika mendapati cahaya kuning temaram terlihat dibalik semak tinggi yang menghadang.
'Aku takut sebenarnya, tapi kurasa aku lebih penasaran. Cek itu Alice'
Aku mengangguk pelan kemudian membuka dan menerobos semak-semak belukar yang menghadang. Mata ku membulat ketika melihat ratusan atau mungkin ribuan kunang-kunang terlihat dimana-mana dan mengelilingi pohon tinggi yang menjulang dengan kokohnya di depanku...
Pohon Akacia
Aku berdecak kagum melihat semua keindahan ini. Dengan pelan aku melangkah mendekat, melihat dengan seksama pohon besar di depanku. Umurnya pasti sudah sangat tua.
Aku berdiam sebentar ketika jarak ku dengan pohon ini terpaut beberapa meter. Entah kenapa aku ingin mengagumi semua ini dulu sebelum menyentuhnya. Terlalu cepat untuk menyentuhnya karena setelah itu aku harus meninggalkannya. Aku mengambil duduk diatas akar pohon yang mencuat, menaruh jubah merahku di atas pangkuanku, dan menatap dengan kagum sekeliling. Aku dapat melihat beberapa bunga kecil tumbuh subur di sekitar pohon.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bound By The Alpha
Werewolf(UNDER REVISION - Ditulis sebelum mengetahui banyak tentang tata bahasa dan cara menulis yang benar) **** "We can't fight the destiny." - Alicia Thompson **** Alice tidak suka di kekang, ia adalah gadis yang memiliki jiwa bebas. Sebab itulah ia ti...