(18) Uji Coba dan Usaha Pelarian-II

5.6K 455 5
                                    

"Kalian tidak bisa memutuskan seenaknya!" aku berseru sambil memasang wajah protes.

"Ayolah, hanya kau yang cocok menjadi ketua. Kakimu juga sedang terkilir, itu artinya kau bisa lebih banyak bersembunyi agar tidak lebih menyakiti kakimu" salah satu dari mereka, pria berambut cepak dan bermata sebiru awan itu berusaha membujukku.

"Hell! Aku pasti akan berlari juga jika keberadaanku di ketahui, bahkan mungkin aku akan berlari menggunakan tenaga yang lebih banyak"

"Tapi setidaknya kau memiliki banyak waktu untuk beristirahat, ayolah, saat ini Uji Coba telah di mulai"

Aku mencebik kemudian mengalihkan pandangan. Sejujurnya aku tidak peduli terhadap mereka, mau mereka gagal dalam Uji Coba ini atau tidak, itu sama sekali bukan urusanku. Aku hanya bertahan di sini agar menghindari vampire gila yang sedang mengejarku. Namun terkutuklah hati nurani ini!

"Baiklah-baiklah aku akan menjadi ketua!" akhirnya aku menyerah, semoga Darren bisa memaafkanku sekarang, karena jujur saja, aku sedikit penasaran dengan Uji Coba ini.

"Dan berhentilah menatapku seperti itu!" aku kembali berseru ketika pria bermata biru itu menatapku dengan tatapan penuh terima kasih yang tidak perlu.

Akhirnya aku tidak bergerak sama sekali ketika salah satu gadis berambut coklat pasir melangkah ke arahku sambil tersenyum lalu memasangkan jubah putih tersebut di tubuhku. Aneh, ukurannya sangat pas seakan-akan ini memang di ciptakan untukku, dan itu semakin membuat mereka tersenyum lebar.

Sambil menggerutu, aku memasangkan tudung jubah di kepalaku dan menatap mereka yang kini berdiskusi tentang strategi. Wajah mereka terlihat serius, bersamaan dengan beberapa dari mereka yang mengeluarkan pendapat, bahkan ada yang sampai berdebat. Pemandangan itu terlihat membosankan, namun aku bersyukur ketika akhirnya mereka mencapai keputusan yang tepat.

"Naren akan menemanimu— uhmm... Kalau boleh tau siapa namamu?"

Sekali lagi aku menghela nafas syukur ketika mereka ternyata memang masih belum mengetahui nama satu sama lain, jadi aku tidak perlu memutar otak memikirkan siapa nama orang yang sedang menjadi alat penyamaranku ini.

"Bianca" aku menyahut singkat.

"Ok Bianca, Naren akan bersamamu untuk menjadi penjagamu jika terjadi sesuatu. Jika kau berada dalam bahaya, ia akan menjadi pengulur waktu agar kau melarikan diri"

Aku hanya mengangguk tanpa protes lagi, menatap pria bermata biru itu yang kini melambai kecil ke arahku. Sudah jelas sekarang jika pria ini bernama Naren.

"Kita akan membagi diri lagi dalam beberapa kelompok, yaitu pertahanan dan penyerang. Jika kami berhasil, maka kita akan berkumpul lagi di tempat ini"

Kembali aku ingin mengangguk, sebelum akhirnya tersadar akan keputusan mereka. "Tunggu, kita akan berpencar?"

Mereka mengangguk serentak. Kembali kini aku memasang wajah protesku.

"Kita tidak bisa berpencar, kekuatan kita akan lebih besar jika kita terus bersama"

"Tapi jika kau tetap bersama kami, mereka akan mengetahui keberadaanmu, dan kami harus membagi perhatian kami antara ingin menyerang atau melindungi keberadaanmu"

Memang rencana mereka terlihat bagus, tapi kurasa ini lebih memberatkan Naren karena hanya dia seorang diri yang melindungiku.

"Tidak bisa, ini artinya aku harus meninggalkan Naren seorang diri melawan jika kami bertemu dengan pihak musuh"

"Dia menjadi pengalih perhatian, saat itu kau harus melarikan diri"

"Dan membiarkannya untuk melawan warrior atau mungkin siapapun itu seorang diri? Tidak, terima kasih"

Bound By The Alpha Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang