(12) Gadis Kecil Bergaun Biru

7.4K 570 9
                                    

Aku memberenggut, tidak ingin bangun dari tidurku ketika mom dan Darren berusaha untuk membangunkan ku. Ku tarik selimut yang kini jatuh hingga kakiku lalu menggulung tubuhku dalam selimut. Aku tidak ingin bangun!

"Sayang, bangunlah, ini sudah hampir jam sembilan" mom mengguncang bahuku keras, membuatku meringis karena luka yang ada pada lengan atas kiriku sedikit berdenyut.

"Tidak mau mom, sepertinya aku sedang tidak enak badan" aku memberi alasan, menutup mataku lalu membuat nafasku sedikit terengah-engah, seperti orang yang sedang kesulitan bernafas.

"Jangan berbohong sayang, kau harus berangkat ke Pack Utama sebentar lagi"

Aku tidak menjawab dan tetap menutup mataku. Aku tidak ingin pergi, setidaknya jangan hari ini. Karena ini terlalu cepat. Aku tahu ini egois, padahal ini telah sesuai dengan kesepakatan yang kami buat beberapa hari yang lalu, bahkan aku sudah menyetujuinya—walaupun dengan terpaksa.

Aku mengerang kesakitan hingga langsung bangkit dari tidurku ketika mom dengan sengaja menekan jarinya di lengan atasku. Pipiku pun ikut menjerit nyeri, membuatku meringis pelan. Dengan kesal aku menatap mom, yang di balas dengan tatapan polosnya.

"Mom, itu menyakitkan, bagaimana jika luka ku kembali terbuka?"

Mom memutar bola matanya, yang membuatku bertanya-tanya kapan mom mempunyai kebiasaan seperti ini?

"Luka mu tidak akan kembali terbuka, seperti yang di katakan Alpha Darren semalam. Lagipula kau berpotensi memiliki ability, jadi jangan bertingkah seperti orang lemah sayang, kau adalah seorang Luna"

Aku memasang wajah cemberut sambil menoleh pada Darren yang kini berdiri di samping mom, lengkap dengan wajah datarnya, seakan-akan jeritanku sebelummya sama sekali tidak membuatnya terpengaruh.

"Tapi tidak seperti itu juga mom, aku bahkan baru merasakan luka pertama ku kemarin" sahutku kesal.

Mom menggelengkan kepala pelan. "Bersiaplah sekarang, setelah itu sarapan di bawah"

Mom berjalan menuju pintu kamar, membuka pintu lalu keluar. Sebelum itu mom memberikan ku tatapan tajamnya, seakan-akan menyuruhku untuk secepatnya turun dari kasur. Aku mendengus, lalu dengan lesu turun dari atas tempat tidur.

"Apa?" aku bertanya cepat ketika Darren masih setia berada di samping kasurku dan menatapku dengan dalam. Tatapannya tidak bisa ku artikan, terlebih lagi ketika melihat wajah datarnya yang setenang air danau tanpa riak.

"Ayolah, jangan menatapku seperti itu" aku menghela nafas lalu memalingkan wajah.

Tidak, aku tidak akan berbohong jika Darren pasti sedang kesal saat ini, atau apapun itu yang sejenis dengan kata kesal. Bagaimanapun aku memang tidak tahu bagaimana cara menyikapi perasaan tidak siap ini, dan terlalu sulit untuk ku meninggalkan kehidupanku yang sekarang.

Aku menoleh dengan cepat ketika melihat Darren menghela nafas berat. Pria itu menatapku lembut dengan seulas senyum kecil di bibirnya. Aku mengabaikan detak jantungku yang berdetak dua kali lebih cepat dan hanya fokus pada ucapannya.

"Aku akan menunggu di bawah"

Dengan kaku aku mengangguk, dan mencoba untuk tidak menghindar ketika Darren beringsut maju. Ia menempelkan bibirnya yang hangat di keningku dalam waktu yang cukup lama, lalu mundur untuk memberi jarak. Aku terpaku di tempat, menatap kepergian Darren yang kini melewati pintu kemudian berbelok hingga punggungnya tidak terlihat.

Aku menghela nafas, kemudian menggeleng pelan sambil mengusap wajahku dengan frustasi. Ada apa denganku sebenarnya? Kenapa aku selalu memberontak seperti ini?  Kenapa aku selalu melakukan sesuatu yang bodoh kemudian menyesalinya?

'Kau harus belajar mengontrol hasrat mu Alice, kau terlalu terobsesi dengan kebebasan. Percayalah, Darren tidak seburuk pikiranmu' Liz menyahut pelan di dalam kepalaku.

Bound By The Alpha Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang