(14) Don't Mark Me!

7K 527 6
                                    


Peringatan!

Sedikit informasi dari saya, pada part ini akan ada scene dewasa yg mungkin menurut saya lumayan banyak, dan itu berada pada akhir part. Bagi yang tidak merasa nyaman kalian bisa melewati beberapa paragraf yg menurut kalian tidak bisa kalian baca, dan untuk yg biasa moga saja menyukainya.

Saya mohon maaf karena ketidaknyamanan di part ini, jika kalian kebanyakan tidak suka, tinggal berkomentar dan part ini akan saya remake.

Sekian, enjoy this chapter ^^

****

Seminggu aku menjalani kehidupan yang sangat berbeda di Pack Utama, dan semakin lama, aku mulai terbiasa dengan kehidupan penuh peraturan ini. Darren terlihat sibuk dengan tugasnya yang kini menggantikan Alpha Edward, juga persiapan menuju penarikan warrior baru, dan kurasa aku semakin kebal dengan sikap Kinan yang masih saja terlihat ketus.

Menghela nafas, aku menaruh buku yang kubaca kemudian menyesap dengan pelan teh hangat yang di persiapkan oleh pelayan pribadiku—aku tidak mengetahui namanya, dan juga ia telah menghilang tiba-tiba setelah menuangkan teh ke dalam cangkirku. Ini benar-benar membosankan, dan aku tidak bisa melakukan hal-hal seperti keluar dari Pack Utama karena Darren melarangku. Padahal Liz dari beberapa hari yang lalu telah mengomel dan meminta untuk di lepaskan.

'Aku tidak tahan Alice, rasanya sangat sesak'

Aku menaruh cangkirku, kemudian menyentuh tempat di mana jantungku berdetak lebih cepat dari biasanya. Ini aneh, mom dan dad tidak pernah memberitahu ku jika akan ada efek samping jika seorang werwolf tidak membiarkan wolfnya keluar dalam jangka waktu tertentu. Mom telah lama tidak mengeluarkan wolfnya setelah aku berumur sepuluh tahun, tapi kurasa mom tidak pernah mengeluh.

'Apa menurutmu aku harus melepaskan dirimu di dalam kamar?' aku bertanya ragu.

Liz menggeleng, kemudian mendesah dengan pelan. Aku bisa merasakan rasa sesak yang ia rasakan. 'Tidak bisa, aku butuh hutan, Alice'

'Menurutmu dimana kita bisa mendapatkan hutan? Kita telah terkurung di sini'

'Kau yakin?' Liz kembali mendesah frustasi. 'Dimana sikap pemberontakmu itu Alice? Kurasa aku melihat hutan di belakang Pack, terhubung langsung dengan Hutan Sanctum'

Aku tersentak di tempat. 'Kau menyuruhku melarikan diri?'

'Bodoh! Kita tidak melarikan diri, hanya sebentar saja, ku mohon'

Aku menghela nafas, kemudian menggeleng untuk menyingkirkan rasa pusing yang tiba-tiba memberatkan kepalaku untuk berpikir. 'Aku akan memikirkannya' setelah itu aku langsung memutuskan mindlink ku dengan Liz.

"Wajahmu terlihat buruk"

Suara yang tiba-tiba mengintrupsi itu sedikit membuatku terkejut. Ini konyol, aku bersikap seolah-olah aku adalah pencuri, dan seseorang mengetahui siasat yang ku pikirkan.

"T-tidak juga, dimana Daisy?" aku berucap pelan, berusaha menguasai diri.

Kinan menatapku dengan tatapan menyelidik. "Kenapa kau menanyakan tentang Daisy?"

"Aku hanya bertanya, kenapa kau menatapku seperti itu?"

Kinan menyipitkan matanya, kemudian mengangkat bahu. "Tidak ada, lupakan"

Kemudian ia kembali berjalan, menuju deretan buku yang memenuhi rak. Aku menatap pergerakannya, ketika ia mengambil sebuah buku dongeng penghantar tidur, mungkin ia akan memberikannya pada Daisy, lalu berbalik dan menatapku dengan tajam.

Bound By The Alpha Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang