(28) Compulsion

4K 381 25
                                    

Aku menyentakkan tanganku agar Darren melepaskan pegangannya pada pergelangan tanganku, namun yang terjadi adalah pegangannya pada pergelangan tanganku semakin menguat, sanggup membuatku meringis kesakitan. Aku yakin pergelangan tanganku saat ini pasti telah membiru, dan melihat dari wajah keras Darren, ia tidak mungkin akan melepaskannya dalam waktu dekat.

Dia melangkah dengan cepat, membuatku kesulitan dalam menyamai langkahnya. Setiap langkah kakiku melambat, itu juga ikut mempengaruhinya hingga ia tidak akan segan-segan menarik lebih keras tanganku agar segera mengikutinya.

"D-Darren ... L-lepaskan" aku berucap lirih, berusaha menarik tanganku walaupun aku tahu usahaku sia-sia. Wajah dingin Darren bahkan tidak menoleh sedikitpun kearahku, ia benar-benar marah.

Seharusnya ia tidak bisa seperti ini, aku melakukan semua ini karena ia yang menyembunyikan segalanya dariku. Aku yang seharusnya marah dalam keadaan seperti ini, mengapa bisa ia menyembunyikan sebuah kenyataan sebesar itu? Ketika aku yang seharusnya ikut terlibat sama sekali tidak mengetahui apa-apa?

'Lalu, ketika kau telah mengetahui semuanya, apa yang akan kau lakukan?'

Suara Liz yang bergumam lirih menggema di kepalaku. Aku menggigit bibir, berusaha mencari jalan keluar walaupun rasanya sulit sekali berpikir dalam keadaan seperti ini.

'Aku yakin akan ada jalan keluar'

'Caramu salah Alice, kau tidak pernah mendengarkan perkataanku sama sekali. Sekarang lihat apa yang terjadi, kau bahkan tidak bisa bergerak ketika Alfred akan menandaimu, jika Darren tidak segera datang, jelaskan padaku apa yang akan terjadi setelah itu'

Aku menunduk, dan tidak sempat berpikir untuk menjawab ketika kakiku tersandung oleh akar pohon dan terjatuh. Sambil berusaha bangkit, aku merasakan telapak tanganku yang terasa nyeri karena menahan bobot tubuh hingga tergores oleh bebatuan tajam di hutan. Berlutut di atas tanah, aku mendongak, melihat Darren yang menatapku dengan pandangannya yang datar.

"Berdiri" ia berucap memerintah dengan nada dingin.

Aku menggeleng, kemudian menatap pergelangan tanganku yang benar-benar membiru. Namun tidak butuh waktu lama agar gurat berwarna biru itu memudar.

"Aku bilang berdiri Alice" Darren kembali berucap dengan nada penuh penekanan.

Aku menggeleng lalu mendongak untuk kembali menatapnya. "Jangan memerintahku, aku tidak sepenuhnya bersalah di sini"

Darren terdiam, namun rahangnya mengeras, pertanda dia sedang menahan amarah.

"Berdiri, sebelum aku menyeretmu"

Rasanya benar-benar menyakitkan, aku tidak tahu jika dia benar-benar semarah ini. "Kau sudah menyeretku sejak awal, kau pikir mengapa aku bisa terjatuh?"

Menggeram kasar, Darren menarik pergelangan tanganku yang sebaliknya kemudian memaksaku untuk berdiri. "Kenapa kau begitu keras kepala?!" bentaknya keras.

"Jangan membentakku! Kau pikir kenapa aku melakukannya? Kau menyembunyikan semuanya dariku" aku membalas dengan nada tinggi.

"Itu semua demi kebaikanmu, kau tidak pernah mendengarkanku sama sekali, dan lihat! Makhluk itu menyentuhmu dan hampir menandaimu!" Darren kembali membentak, namun kini ada binar terluka di matanya.

Melihat binar terluka itu membuat dadaku terasa sesak, namun ego untuk melawan yang kurasakan lebih besar. "Namanya Alfred! Dan dia melakukan itu karena sebuah alasan"

"Kau membelanya?" Darren terlihat semakin marah, dan binar terluka itu kini di temani oleh binar kecewa yang terlihat dengan jelas. 

"Aku tidak membelanya" dadaku semakin terasa sesak, "dan kau tahu dengan pasti apa alasannya, kenapa kau menyembunyikan semua itu dariku?"

Bound By The Alpha Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang