16. Jodoh Pasti Bertemu

9.1K 522 17
                                    

Vote dan komennya gaessssss :D

-------------------

16. Jodoh Pasti Bertemu

Kamar bernuansa khas laki-laki itu dilingkupi keheningan karena gadis remaja di depan Ammar tengah menatapnya berang. Menghunus dan membuat laki-laki itu bergeming. Entah ada apa dengan adiknya sehingga begitu.

"Ada apa, Nay?" Ammar akhirnya buka suara karena sudah heran dengan tingkah Nayla yang tidak biasa. "Abang masih bilang ada apa? Nggak ngerasa bersalah banget sih!" Nayla memandang sinis ke arahnya. Demi Allah Nayla ingin mencubit habis pipi Ammar sebagai pelampiasan kesalnya.

'Ya, ada apa? Abang nggak ngerti kenapa kamu tiba-tiba narik Abang ke kamar," ucap Ammar.

"Abang udah nyakitin Mbak Caca ..." wajah Nayla berubah sendu teringat siang tadi, Caca menangis terisak. "Abang udah nambahin daftar penderitaan Mbak. Tadi siang, Mbak Caca nangis, Bang. Dia sakit hati dengan sikap Abang yang nggak tegas, memberi harapan lalu menjatuhkan lagi. Mbak Caca juga wanita biasa, bisa sakit hati, Mbak pikir Abang yang diciptakan untuk menebus kebahagiannya yang tertunda. Abang tega yah ... "

Ammar terkejut melihat air mata lolos dari Mata Nayla. Apa Nayla sesayang itu terhadap Canda?

Ammar merengkuh Nayla membawanya ke dalam pelukan, dia tahu dia salah. Tetapi cintanya tak pernah salah. Hanya alam tak merestui keduanya. Atau mungkin Allah tak menjodohkan mereka. Skenario Allah adalah yang terbaik, selalu tak terbaca di setiap reka adegan, menimbulkan kejutan yang kadang di luar akal manusia. Ammar hanya ingin Canda mengetahui bahwa Ammar memiliki perasaan terhadap perempuan itu. Berharap ia tidak akan berjuang sendirian dalam merayu Allah untuk menjadikan skenario mereka indah.

Ammar berharap di dalam skenario itu tertulis wanita sholehah yang terbaik yang Allah siapkan untuknya. Dia tidak egois untuk meminta Allah untuk menjodohkannya dengan Canda, namun jika Canda yang terbaik, dia memohon diberikan kemudahan dan dibukakan pintu hati ayahnya untuk menerima Canda apa adanya.

"Abang boleh minta Nay nemenin Abang bertemu Mbak?" Ammar melepaskan Nayla dari rengkuhannya untuk melihat reaksi yang ia berikan.

Dengan semangat Nayla menganggukan kepalanya.

***

"Ihh, Umi ... panas!" Zahra langsung beringsut mundur membuat spatula yang dipegangnya terjatuh menyebabkan minyak di spatula itu mengotori lantai.

Umi yang sedang menata makanan di meja makan segera menuju ke dapur. Dia melihat Zahra yang ketakutan dan membiarkan daging yang digorenganya sudah coklat karena dibiarkan. Umi mengambil spatula yang terjatuh dan menyimpannya di wastafel lalu mengambil yang baru untuk membalik daging yang hampir gosong itu.

"Kulit neng kena minyak panas nggak? Kalau iya Umi minta ambilin salep ke Nay," Umi menghampiri Zahra yang berdiri jauh dari kompor.

"Kena, Mi, panas bangettttt ... " rengek Zahra. Dia menatap lengan kanan bagian atasnya yang merah dan mulai menggelembung.

Umi meringis melihat lukanya, "bentar ya. Nay! Nayla! Ambil salep di laci Umi. Ini kasian neng Zahra kena minyak panas," teriak Umi dengan keras takut tidak terdengar anak bungsunya.

Baru saja dipanggil Nayla sudah muncul di ambang pintu.

"Kena minyak ya? Lihat deh Mi calon menantunya yang sok mau bantuin masakin eh tahunya malah berantakin kena minyak juga lagi. Kelihatan banget jarang ke dapur. Kalau udah nikah Abang di kasih junk food mulu kali, ya," sinis Nayla.

Umi melotot tajam pada anaknya. Sedangkan Zahra mendelik tidak suka.Umi mematikan kompornya dan menatap Nayla. "Istighfar, Nay, jaga bicara kamu. Umi nggak pernah ngajarin kamu bicara kasar sama orang lain!" Umi terlihat marah. "Hargai neng Zahra sebagai calon kakak ipar kamu, Nay." Nada bicara Umi sudah melembut namun sarat akan ketegasan.

Canda: Gadis Tanpa Nama BelakangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang