Assalamu'alaikum gaesss... i'm sorry kemarin-kemarin aku gak update karena lagi nggak mood dan nggak enak badan juga, so maklumi ya guys...
jangan lupa vote dan komennya :)
21. Besok Kita Nikah, Ya?!
-------------------
Canda mengurung diri di kamar, meringkuk seperti bayi kedinginan, menutup pintu rapat agar isakannya tak terdengar. Mukena yang tadi dipakai sholat belum ia lepaskan. Tangannya terus membulir tasbih sambil mulutnya berdzikir meminta ampunan dan ketenangan walaupun sesekali lantunannya kalah dengan isakannya.
Harapan itu buah dari mimpi. Jika mimpi adalah angan saat kita tidak sadar atau sering mereka sebut bunga tidur, maka harapan adalah keinginan saat kita sadar. Mimpi hadir untuk membuat harapan, dan harapan hadir untuk membuat kenyataan. Dan harapan adalah hal yang menyakitkan karena apa yang diharapkan belum tentu sama dengan kenyataan. Apalagi berharap kepada manusia.
Canda memiliki mimpi untuk hidup dengan bahagia. Bersama Ammar yang mencintainya, misalnya. Dan ia berharap bahwa Ammar akan menjadi pendamping hidupnya namun kenyataan menampar keras. Hal itu membuatnya kembali merutuki masa lalu. Ia seolah kembali lagi ke titik terendahnya. Lantas, apakah gadis tanpa nama belakang dan masa lalu sepertinya tidak boleh memiliki mimpi?
Jika tidak boleh, bolehkah dia meminta kepada Sang Maha Esa untuk membantunya melupakan Ammar sepenuhnya? Karena Ammar lah mimpinya.
Canda tidak tahu sejak kapan dia terlelap namun saat membuka mata sosok Asti tengah menatapnya iba. Ia bingung dengan kedatangan Asti karena yang dia tahu Asti tengah berada di rumah ibunya di lingkungan pesantren. Namun tiba-tiba ia hadir di rumahnya.
"Mbak," suara lirih nan serak khas bangun tidur bercampur dengan sisa isak tangisnya menyapa perempuan yang berdiri di samping ranjangnya.
Melirik jam di dinding Canda terkaget karena dia sudah melewatkan sholat Ashar. Bahkan adzan Maghrib pun sudah berlalu tiga puluh menit. Dengan segera ia mendudukan dirinya dan membuka mukena yang masih dia pakai.
"Mbak kok nggak bilang mau ke sini?"tanyanya masih sambil membuka mukenanya.
Lama Asti tak menjawab ia menatap herannya yang masih menatapnya lekat. "Kenapa Mbak?"
"Mbak sudah mengetuk pintu berkali-kali. Menelepon kamu berulangkali takut kamu tidak mendengar ada Mbak. Tapi nihil, kamu nggak ngejawab. Mbak dapet kunci kamu dari yang punya kontrakan kalau kamu pengin tahu kenapa Mbak bisa masuk." Asti menjawabnya dengan lirih. Canda mendekatinya dan menatap lebih dekat Asti. "Mbak kenapa kok natap aku begitu?" Ia merasa akan lemah lagi jika ditatap demikian.
"Kamu yang kenapa?"
"Aku kenapa?" setelahnya Canda memalingkan muka. Dia lupa kalau dia sudah menangis, pasti mata dan wajahnya tidak keruan.
"Gara-gara Ammar, 'kan?"
Canda menunduk, enggan menjawab.
"Iyakan? Bandel memang tuh anak!" Asti terdengar sangat kesal.
"Kamu itu seharusnya move on, Ca. Cowok banyak kok bukan dia aja."
Kakinya terasa lemas, membicarakan laki-laki yang baru selesai dia tangisi bukanlah hal tepat. Ia mendudukan dirinya kembali ke Kasur dekat dengan Asti.
"Move on ya?!" Asti setengah meminta dan memaksa.
Canda menggelengkan kepalanya frustasi. "Nggak bisa, Mbak. Aku udah coba!"
"Kamu belum mencoba," ucap Asti sedikit lebih halus.
Asti berdeham sebelum melanjutkan, "Tadi ada yang mendatangi Mbak. Dia mau melamar kamu, Ca. Sekarang waktunya kamu mencoba untuk melupakan Ammar."
![](https://img.wattpad.com/cover/63621695-288-k135478.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Canda: Gadis Tanpa Nama Belakang
Espiritual[COMPLETE] Romance-spiritual (15+ only) Canda. Hanya Canda. Tanpa nama belakang. Maria berharap, nama itu membuat kehidupan putrinya penuh dengan canda. Namun, tanpa Maria sadari pertengkaran dirinya dengan Bahir membuat Canda tertekan dan menanyak...