17. Lembaran Baru Dalam Kehidupan
-------------------------------
Canda menatap hampa rombongan keluarga Kyai yang tengah bersiap ke Majalengka untuk melaksanakan akad sekaligus walimah 'ursy. Sebenarnya, keluarga Kyai mengajaknya ikut namun dia menolak. Terlalu menyakitkan melihat orang yang kita cintai menikah dengan wanita lain.
Kata-kata terakhir Ammar ketika di bukit itu menguatkannya. Dia yakin, jika mereka berjodoh pasti akan bertemu. Jika tidak, mungkin Allah menyiapkan laki-laki lain yang membawa limpahan kebahagian untuknya.
Tepat ketika Ammar keluar dari rumahnya dengan baju pengantin Canda berbalik dan kembali ke asramanya.
Sudah 1 tahun berlalu dari hari pernikahan Ammar dan Zahra itu. Canda sudah menjadi muslimah sejati; pakaian yang menutup auratnya, gaya bicaranya yang sopan dan lemah lembut, juga kedekatan dengan Tuhannya.
Tidak ada lagi Ammar di pikirannya. Dia sudah ikhlas melihat pria itu bersanding dengan Zahra. Selama ini, dia terus belajar, mencari kebahagiaan dalam dirinya. Ternyata kebahagian itu sederhana. Bersyukur setiap hari adalah hal sederhana yang membuat bahagia.
Hari ini adalah hari kepindahannya dari pesantren. Setahun adalah waktu yang cukup untuk membebani keluarga Ammar, Canda ingin mandiri dengan bekerja dan menyewa satu kontrakan untuk tempat tinggalnya. Lokasi kontrakan tersebut lumayan jauh dari pesantren, namun masih berada dalam kabupaten Bandung. Awalnya keinginan itu ditentang namun Canda mengutarakan alasan yang membuatnya mengantongi izin untuk tinggal sendiri. Bagaimanapun izin dari keluarga Kyai penting untuknya. Keluarga itu sudah menjaganya, memberi segalanya yang tidak dia miliki termasuk belajar secara gratis di pesantrennya yang jika dihitung setiap bulan dikenai biaya 1 juta rupiah.
Umi, Abi, dan Nayla sudah berkumpul melihat Canda yang tengah membenahi barang-barangnya. Nayla tampak sedih karena tidak akan bisa selalu bersama lagi dengan Canda.
"Udah, Nay?" tanya Umi.
Nayla mengunci pintu kamarnya dan menyatukan barang yang baru dia bawa. "Alhamdulillah sudah, Mi."
"Umi khawatir kalau kamu tinggal sendiri, Ca. Umi maunya kamu tinggal sama kami aja, nemenin Nay yang sendirian. Kasian."
Canda mengulum senyumnya, "Umi, Abi, juga Nay, Caca sangat berterima kasih atas kebaikan kalian yang udah mau nampung Caca selama setahun lamanya. Sekarang, Caca ingin mandiri, memulai semuanya dari awal, nggak mungkin juga Caca selalu bergantung pada kalian."
Nayla berhambur memeluk Canda.
"Tapi janji ya Mbak, sering main ke sini. Nay kan nggak bisa terus pergi ke luar."
"Iya, Naylanya Mbak yang sholehah." Canda merangkum wajah Nayla dan mengusapnya lembut.
"Andai aja, Mbak nikah sama Mas Ammar ya," lirih Nayla.
Seketika semuanya terdiam kikuk.
"Em, Nay ayo bantu bawa barang Mbak nya ke mobil." Umi memecahkan kekikukan yang terjadi di antara mereka.
Setahun ini, entah kenapa topik mengenai Ammar menjadi tabu diperbincangkan. Selalu ada pengalihan dari keluarganya. Seperti saat ini yang membuat Canda menjadi penasaran namun langsung ia tepis ketika sebuah bayangan keluarga harmonis Ammar dan Zahra —yang mungkin sekarang tengah mengandung buah hati mereka. Mungkin, Umi dan juga keluarganya ingin menjaga hatinya. Canda tidak mempermasalahkannya lagi, ia tidak mau terlarut lagi dengan memikirkan Ammar. Perjuangannya selama setahun ini tidak boleh gagal hanya karena rasa penasarannya.
Canda menyalami Abi dan Umi kemudian menerima salam Nayla.
Hatinya terus melafalkan basmallah berharap Allah meridhoi kepindahannya. Bukankah hal baik harus diawali dengan yang baik pula.
![](https://img.wattpad.com/cover/63621695-288-k135478.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Canda: Gadis Tanpa Nama Belakang
Spirituelles[COMPLETE] Romance-spiritual (15+ only) Canda. Hanya Canda. Tanpa nama belakang. Maria berharap, nama itu membuat kehidupan putrinya penuh dengan canda. Namun, tanpa Maria sadari pertengkaran dirinya dengan Bahir membuat Canda tertekan dan menanyak...