37. Fakta yang terungkap
-------
Bibirnya mengembangkan senyum sinis. Dia mengira perempuan itu akan selihai yang ada di benak kekhawatirannya namun ternyata begitu bodoh. Ammar sudah tahu motif apa yang sedang Jian mainkan. Dia menutup ruang chattingnya dengan Jian yang menampilkan sosok istrinya tengah tertawa bersama seorang pria yang begitu dia sangat kenali.
Apalagi perempuan itu membuat kalimat provokasi untuk merusak hubungannya dengan Caca. Ammar harus bergerak cepat agar Jian tidak bisa membuat ikatan rumah tangganya semakin merenggang. Caca mesti segera mengetahui kelicikan yang dibuat oleh orang yang dia anggap baik itu sampai rela mengorbankan rumah tangga mereka.
Hari ini Ammar meminta izin bekerja setengah hari. Dia akan menemui Jian dan memaksanya untuk membongkar topeng yang selama ini dia kenakan. Namun, ada suatu hal yang mengganjal dipikirannya. Setiap dia berkunjung ke apartemen perempuan itu dia selalu tak sengaja menemui bungkus obat yang sama berulang-ulang serta suntikan bekas. Baunya pun khas saat Ammar hirup dari bekas bungkusnya. Seperti dia mengetahui obat jenis apa tapi dia tak yakin juga. Pikirannya mensugesti bahwa itu sejenis suplemen atau lainnya yang dikonsumsi oleh Jian secara rutin.
Ammar bergegas mengambil kunci mobil dan melesat untuk mengunjungi Jian di apartemennya.
***
"Jadi, abang udah lama tinggal di rumah itu?"
Rei mengangguk sambil tetap menyuapkan mie ayamnya. Sesekali dia menatap Caca yang sedang menanyakan banyak hal. Ternyata, Caca tetaplah seseorang yang sama cerewetnya dengan dulu. Mahkota di kepalanya yang menjuntai menutup auratnya itu semakin membuatnya cantik, kebawelan Caca hari ini rasanya begitu mempesona ketika matanya sesekali menatap raut wajah yang begitu menggemaskan dengan cantik alaminya. Bibirnya pink pucat tanpa dipoles oleh apapun. Dan wajahnya benar-benar tak ada keburukan satu apapun, mulus seperti artis yang melakukan perawatan. Ammar benar-benar pandai memanjakan istrinya, sepertinya. Dia jadi iri.
Membicarakan Ammar, ada suatu hal yang harus dia ceritakan kepada Caca namun rasanya belum tepat. Ketika masalah telah terselesaikan dia akan menceritakan semuanya dan memperbaiki kesalahpahaman yang sengaja dia buat untuk ditutupi kebenarannya sementara. Karena, dia harus merahasiakan ini sampai pada waktu semestinya dia keluar sebagai Rei yang baru.
"Mungkin, sekitar enam bulan. Nggak tahu pasti, sekitar segitulah."
"Terus, rumah yang abang banggain-banggain itu ke mana?" Caca benar-benar tidak bisa membendung keingintahuannya.
"Ah kepo!"
Caca mencubit keras lengan kanan Rei yang ada di meja. Dia kesal dibilang begitu. "Ngeselin ih!"
"Habisnya lagi makan ngomong terus nanti keselek baru tahu rasa."
"Kan abang yang tadi ngajak cerita sambil makan mie. Terus salah aku gitu?"
"Ya, ya nggak gitu juga. Kan, makan dulu abis itu kamu tanya abang jawab."
"Percuma dijawab juga kayak ngomong itu bayar, irit!" Caca bersedekap dada. "Nggak ada selain ngangguk-iya-enggak, gitu? Kalau gini sih bukan ngobrol tapi lagi interview kerja."
"Perasaan tadi abang jawab panjang deh." Rei mengerutkan keningnya heran. Dia menyuap mie ayamnya lagi. Kemudian meneguk air sedikit untuk meredakan tenggorokannya sebelum kembali berujar, "sejak kapan kamu berjilbab?"
Kekesalannya sudah menguap begitu saja, Caca menjawab dengan santai. "Sejak ketemu sama seseorang."
"Siapa?"
"Abang kepo." Jawabnya dengan sangat puas karena mampu membalikkan omongan Rei tadi padanya.
Rei tertawa kecil, dia menutup mulutnya itu takut menyemburkan mie ayamnya yang sedang dikunyah kepada Caca di depannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Canda: Gadis Tanpa Nama Belakang
Spiritual[COMPLETE] Romance-spiritual (15+ only) Canda. Hanya Canda. Tanpa nama belakang. Maria berharap, nama itu membuat kehidupan putrinya penuh dengan canda. Namun, tanpa Maria sadari pertengkaran dirinya dengan Bahir membuat Canda tertekan dan menanyak...