Aku repost lagi satu part deh khusus buat kalian.
------------------
2. Memeluk Kesendirian Dalam Kebahagian Semu
Terdengar hingar-bingar musik yang dimainkan Dj begitu memekakkan telinga. Namun, justru itulah yang dicari Canda. Tak ada lagi pikiran tentang orangtuanya, dia merasa ringan disini.
Lantai dansa begitu penuh dengan orang-orang yang menari tak jelas. Sebagian besar mereka menari dalam keadaan mabuk. Tak jarang pula ada adegan vulgar yang terjadi. Canda tersenyum sinis. Inilah hidup, butuh bersenang-senang. Senang-senang dengan uang, dengan pasangan dan dengan apapun yang membuat diri kita lepas dari beban.
Dan, kelab adalah pilihannya.Tak ada minuman. Narkoba. Bahkan pria yang menggodanya. Dia hanya duduk manis di meja bar yang ada di sudut ruangan kelab itu. Dia masih waras. Akal sehatnya masih berjalan, dia tidak akan menyelesaikan masalah dengan masalah. Minuman dan narkoba dapat merusak tubuhnya bahkan bisa saja membuat nyawanya melayang. Sangat sayang bukan meninggal sebelum merasakan bahagia? Dia masih ingin mencari kebahagiaannya. Setidaknya ... dia sudah berjuang untuk kebahagiaan nya.
Seorang pria dewasa terlihat berjalan ke arah nya. Kepalanya menggeleng-geleng melihat Canda yang asyik memerhatikan tamu-tamu clubnya. Bahkan saat dia duduk di sampingnya pun Canda tak menghiraukannya. Sebegitu seru kah memperhatikan segerombolan orang mabuk dan berjoget layaknya orang gila? Atau like a clown, with a tomato nose, round body and frizzy hair, yang begitu menghibur dengan gayanya? Pria itu mengenyahkan pengandaiannya dan menepuk bahu Canda. "Ca ... Cacaa!"
Sapaan yang tiba-tiba itu membuat Canda terperanjat dan menoleh dengan cepat. "Bang Reiiii ... ihh, ngagetin aja deh!" Rei terkekeh melihat wajah kaget Canda yang lucu. Diacaknya rambut panjang Canda dengan gemas membuat Si Mpu-nya kesal karena rambutnya jadi berantakan. "Jangan sentuh!" mata Canda menatap tajam kearah Rei agar Rei mau berhenti yang ditanggapi Rei dengan langsung mengangkat tangannya keatas lalu terhempas ke samping tubuhnya. Canda sangat seram jika sudah mengamuk begitu.
Rei duduk di sampingnya lalu mengikuti Canda yang sudah menatap kearah lantai dansa kembali. "Kesini lagi, hm?" Rei mencoba berbasa-basi. Canda hanya mengangguk. Walaupun Rei tak melihat anggukannya, dia tahu Canda mengiyakan pertanyaannya itu, "sudah Abang bilang ... kalo ingin kesini hubungi Abang dahulu!"
"Sudahlah, Bang. Aku baik-baik aja, enggak ada pria yang berani ganggu adikmu ini."
Rei sudah seperti kakaknya sendiri. Bahkan Rei yang mengusulkan Canda untuk memanggilnya Abang. Canda setuju saja dengan itu. Toh, dia merasa nyaman saat Rei menganggapnya seorang adik.
Awal pertemuan mereka bisa dibilang dramatis. Waktu itu Canda tengah menangis di pinggir jalan setelah mengejar ayahnya meminta untuk ditemani ke sekolah namun ayahnya tak menghiraukan dan Rei yang sedang melewati sekitar jalan itu tergerak untuk menghampiri Canda. Banyak pasang mata yang tertuju kepada mereka, mungkin mereka mengira Rei telah membuat kekasihnya menangis. Sehingga, membawa Canda ke club adalah pilihannya apalagi clubnya tak jauh dari tempat mereka berada. Dan untuk pertama kalinya, Canda mengetahui apa itu club.
Rei telah mengetahui masalah yang menimpa Canda, dia iba melihat Canda tertekan dengan sikap orang tuanya apalagi ayahnya yang tak mau mengakui dia sebagai anak. Maka itulah Rei mengijinkan Canda untuk datang kapan saja ke clubnya, menghilangkan stress yang dia dera. Namun dengan berbagai syarat, tak ada acara mabuk-mabukan, pria yang menggoda dan juga baju seksi serta harus menghubungi Rei terlebih dahulu. Bukan apa-apa, Rei hanya takut gadis polos seperti Canda akan dimanfaatkan pria hidung belang yang ada di clubnya. Jangan salah, walaupun Rei pemilik club tapi dia tak pernah mencicipi apa yang ada di clubnya termasuk wanita. Dia masih tahu agama dan Tuhan yang setiap saat mengawasinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Canda: Gadis Tanpa Nama Belakang
Espiritual[COMPLETE] Romance-spiritual (15+ only) Canda. Hanya Canda. Tanpa nama belakang. Maria berharap, nama itu membuat kehidupan putrinya penuh dengan canda. Namun, tanpa Maria sadari pertengkaran dirinya dengan Bahir membuat Canda tertekan dan menanyak...