31. Apa Benar?

8.2K 377 2
                                    

31. Apa Benar?

-------

Canda tidak berpikir buruk dengan kedatangan tiba-tiba perempuan di supermarket tadi yang mengaku teman suaminya. Toh, sudah jelas perempuan itu mengatakan temannya Ammar. Dia juga baik, bisa membujuk dengan mengingatkannya tentang bahaya nanas bagi ibu hamil, sudah pasti teman-teman suaminya itu orang baik, karena Ammar juga laki-laki baik. Bukannya, lingkungan mempengaruhi pola tingkah laku seseorang. Dengan itu, pola tingkah laku seseorang terbentuk sesuai dengan di mana lingkungannya berada. Ada peribahasa yang mengatakan jika masuk ke toko parfum maka tubuh kita akan ikut wanginya dan ketika kita masuk ke toko yang menjual daging maka tubuh kita akan mengeluarkan bau amis juga. Tempat mana yang dipilih untuk dimasuki akan memengaruhi diri seorang.

Setelah drama di supermarket mereka langsung pulang dan membersihkan diri. Namun Canda menunda mandinya setelah menyiapkan makanan. Dengan hati riang, setelah mengganti pakaiannya dengan daster, Canda beranjak ke dapur untuk memasak olahan aneka sayur yang khusus diinginkannya.

Dari oseng kangkung, capcai ditambah irisan melintang tipis bakso ayam, toge goreng, omelet telur sayur kemudian keripik bayam yang sengaja dia buat untuk cemilan yang bisa dijadikan kerupuk untuk makan juga lalu salad sayur yang ia buat dari bahan sayuran; kol ungu, wortel, tomat merah, jagung pipil, bawang bombay dan jeruk nipis.

Canda akan lebih dulu membuat capcai karena dari semua yang akan ia masak. Mengambil bahan-bahannya di kulkas, dengan cekatan bahan tersebut dipisahkan, sayuran dipotong-potong disesuaikan ukurannya lalu disimpan di wadah sedangkan untuk bumbu dia iris dan cincang untuk beberapa bumbu. Menyiapkan bumbu penyedap instan ketimbang garam dan mecin, lalu lada kemasan dan bumbu lainnya yang dibutuhkan agar mudah menjangkau ketika memasak.

Sayuran yang telah dipotong tadi dibersihkan dengan tangannya yang lihai, saat itu sepasang tangan meraih rambutnya dalam genggaman dan mengikatnya cepol dengan ikat rambut. Kemudian, memeluknya dari belakang. Menumpukkan dagunya di bahu Canda. Semerbak parfum yang masih tercium menusuk indra penciumannya. Siapa lagi pelakunya jika bukan Ammar.

"Lupa ikat rambut?" bisiknya.

Canda mengangguk sambil terus mencuci sayurannya.

"Saking excited masak kayaknya istri Mas sampe lupa ikat rambut. Coba bayangin kalau tiba-tiba ada rambut rontok kamu masuk ke makanan?!"

Canda memukul kesal lengan Ammar yang masih memeluknya, "rambut aku nggak rontok!"

"Ya, kan, siapa tahu?" Ammar menggaruk tengkuknya bingung. Nampaknya dia harus segera waspada sebelum Nyonya Ammar merajuk.

Canda tak menggubrisnya. Dia memaksa keluar dari kungkungan Ammar agar bisa melanjutkan acara memasaknya. Ammar mengintili Canda kemanapun ia mengambil bahan dan alat-alat memasaknya yang membuat Canda jengah namun dibiarkan saja sampai laki-laki itu capek sendiri.

Ia hendak membawa sayuran dan minyak goreng yang letaknya berseberangan dengan Ammar yang langsung maju dan menghalangi jalannya.

"Aku bantu, ya?"

"Gak perlu!"

"Aku takut kamu kecapekan!"

"Gak!"

"Sayang ... "

"Mas!"

"Oke, oke!" Ammar mengangkat tangannya ke atas menyerah untuk mendebat Canda agar mengijinkannya. Upaya tersebut juga sebenarnya untuk mendekati Canda agar tidak keterusan merajuk. Akan bahaya jika merajuknya terbawa sampai ke tempat tidur. Bukan apa-apa. Jangan berpikir terlalu jauh. Ammar takut Canda tidak bisa beristirahat dengan kualitas baik yang nantinya akan menganggu kehamilannya. Alasan lo, Ammar!

Canda: Gadis Tanpa Nama BelakangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang