[ 1 ]

42.5K 2.9K 42
                                    

.: Chapter 1 :.

Pagi ini benar-benar pagi yang sibuk. Bukan berarti pula setiap hari tidak sibuk untuk seorang Amanda Morris. Pekerjaannya sebagai seketaris yunior dari wakil direktur sebuah perusahaan penyedia jasa periklanan membuatnya selalu disibukkan dengan berbagai rapat, pertemuan dengan klien, dan pekerjaan sekretaris lainnya.

Di sampingnya, Mrs. Paula Sanches yang seperti topan, memberikan beberapa perintah dalam satu kalimat panjang. Membuat Amanda harus selalu memasang telinga dan melaksanakan perintahnya seolah hidupnya bergantung dari titahnya.

Demi Tuhan, Amanda benci pekerjaannya. Amanda juga membenci hari Senin, Selasa, Rabu... Eerrrr. Mungkin Amanda memang membenci semua hari kerja. Ia membenci suara perintah dari Mrs. Sanches. Ia juga membenci seragam kerjanya yang selalu tidak jauh dari rok span pendek, atasan dengan kemeja dan blazer. Dan ia, sampai hari ini masih bertanya-tanya bagaimana dirinya bisa terjebak dalam situasi ini.

Oh, mungkin satu-satunya yang masih membuatnya tetap di sini adalah karena atasannya adalah seorang perempuan. Yang adalah makhluk bukan laki-laki. Tentu saja.

Amanda berhenti di depan mesin printer. Menarik napas sejenak dan mengernyit ketika mendengar suara deritan printer yang seolah tanpa lelah mencetak dokumen pertemuan hari ini.

"Ya Tuhan Amanda! Tidak bisakah kau tetap bergerak daripada melamun dan menatap printer itu dengan penuh cinta!" teriak Mrs. Sanches dengan dramatis.

"Maaf," hanya itulah yang mampu keluar dari bibir tipis Amanda. Ia tahu Mrs. Sanches membencinya sama besarnya seperti Amanda membencinya. Dan yang lebih parah, Mrs. Sanches adalah sekretaris senior Mrs. Harrison. Orang yang harus Amanda patuhi nomor tiga setelah Mr. dan Mrs. Heathman --bos besar mereka-- dan Mrs. Harisson yang notabene adalah wakil direktur Capital.

"Kalau begitu, kau bisa pergi ke pantry dan membuatkan kopi."

"Maaf?" katanya dengan nada bertanya. Membuat kopi tidak ada dalam deskripsi pekerjaannya dan sebelum ini, ia tidak pernah membuat kopi segelas pun. Itu pekerjaan OB.

"Kau tidak salah dengar. Pergi ke pantry," Mrs. Sanches mengernyit. "Tidak. Pergi ke kafe depan kantor. Ambil catatan ini dan kembali dalam waktu lima belas menit."

Amanda meraih catatan yang berisi nama-nama kopi --yang Amanda yakin-- membuat lidahnya jungkir balik saat mengucapkannya. Ia tidak yakin untuk apa atau untuk siapa kopi-kopi ini diperuntukkan. Jelas Mrs. Harrison tidak menyukai kopi dan lebih tergila-gila dengan teh atau anggur putih.

"Tapi-" Amanda menatap resah ke printer yang masih mengeluarkan suara deritan. Ia lalu menatap Mrs. Sanches yang sudah bersidekap di depannya dengan garang.

"Aku yang akan menangani sisanya. Kau bisa pergi sekarang."

Mau tidak mau, Amanda mengangguk. Setengah berlari keluar dari ruangan itu dan buru-buru memencet tombol lift dan berharap benda itu sampai dengan cepat.
Ketika suara lift yang ia tunggu berdenting, Amanda membelalakan matanya ketika melihat Mrs. Harisson --yang masih sangat cantik di usia empat puluh tahun-- dan suaminya sedang bertukar cairan ludah di dalamnya. Suara kecapan yang terdengar dari perbuatan mereka membuat Amanda membatu. Menyebabkan, Mrs. Harrison tersadar ada penonton yang melihat mereka.

Menyadari kelancangannya. Amanda menunduk. Menunggu mereka keluar dari besi berbentuk kotak, bernama lift tersebut.

Amanda lalu mendengar suara kekehan pria yang ramah, dan gerutuan dari Mrs. Harrison. "Sudah kubilang sebaiknya kau tidak ke sini," ucapnya masih kesal.

Amanda lalu menyingkir ke samping. Masih menunduk dan melihat dua pasang kaki yang keluar dari lift. Oh, Amanda pasti akan terus terngiang adegan di depannya ketika melihat lift. Dan itu sangat-sangat buruk.

"Kau bisa menggunakan lift-nya, Nak," ujar suara berat pria yang terdengar geli.

Amanda mendongak dengan cepat. Terlalu cepat hingga membuatnya hampir terjungkal dan membuat tawa keluar dari mulut pria itu lagi. Wajah Amanda memerah karena malu dan merona. Malu karena kekikukkannya, dan merona karena mengagumi Mr. Harrison yang tampan dan baik hati. Mrs. Harrison benar-benar orang yang beruntung. Ia dengan tidak jelas mengeluarkan gumaman meminta maaf dan segera masuk ke dalam lift.

Sementara Mr. Harrison yang tampan masih terkekeh, Mrs. Harrison menatap kepergian Amanda dengan wajah kasihan. Sudah dua tahun Amanda bekerja di kantornya dan dia masih saja bersikap kikuk dan canggung dan ceroboh dan... Entahlah. Amanda terlihat seperti burung yang tersesat. Itu membuat ada sedikit rasa iba kepadanya dan membuat Emma Harrison ingin melindunginya.

Amanda mengingatkan dia kepada seseorang. Dan itu sudah cukup menjadi alasan mengapa Emma ingin selalu melindunginya.

"Aku akan kembali siang nanti," bisik Helbert Harrison di telinganya. "Ingatkan aku untuk menagih janjimu," bisiknya sensual sambil menggigit kecil telinga Emma.

Tubuh Emma meremang. Napasnya dengan cepat berubah menjadi putus-putus dan jika ia tidak dengan cepat mendorong suaminya pergi, ia yakin mereka akan bercinta di kantornya.

Dan itu bukan pilihan yang bijak mengingat sebentar lagi, ayah dan adiknya akan datang dan melakukan rapat bulanan di kantornya.

Dengan segenap kekuatan yang masih dimilikinya, Emma mendorong tubuh besar suaminya. Memaksanya segera pergi sementara dirinya melenggang ke arah ruangannya.

Emma lalu melambai kepada Mrs. Sanches yang tampak sibuk dengan teleponnya. Ah, wanita berumur tiga puluh dua tahun itu mirip seperti burung pelatuk yang mengerikan. Dengan tubuh tinggi ramping, hidung yang terlalu mancung dan mata yang tajam. Sangat bertolak belakang dengan Emma yang mungil dan berwajah manis.

Jika saja pekerjaannya tidak beres, Emma pasti sudah lama memecatnya. Namun membiarkan Amanda seorang diri menghandel pekerjaan Mrs. Sanches juga adalah sebuah bencana.

Pada akhirnya, Emma hanya bisa menghela napas panjang dan berharap rapat yang sebelumnya tidak pernah sekali pun dilakukan di kantornya, tidak berubah menjadi bencana.

***







Ps. Pemanasan.
Awalnya mau saya pos besok.
Tapi ya sudahlah.
Work ini kemungkinan akan saya pos pendek per-chapter-nya.
Tapi saya usahakan rutin saya post (kalau bisa setiap hari atau dua hari sekali maksimal)

Vomment biar saya semangat yaa?
Seneng banget tadi dapet respon positif dari kalian 😆.
Muach muach 😘😘

TrappedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang