[ 29 ]

11.1K 1.3K 17
                                    

.: Chapter 29 :.

Marcia pulang lebih cepat hari itu. Tidak banyak mengatakan apapun dan membiarkan Amanda untuk larut dengan pekerjaannya hingga ia akhirnya selesai dengan semuanya. Mrs. Harrison sudah pulang setengah jam yang lalu dan saat ini adalah giliran Amanda untuk segera meninggalkan lantai yang terasa sepi.

Amanda mengecek tas tangannya. Memastikan bahwa dompet, ponsel dan kunci apartemennya telah ia bawa sebelum dirinya masuk ke dalam lift. Begitu lift itu akhirnya berdenting, ia harus menahan kakinya untuk tidak berlari karena menemukan wajah Logan dan sekretarisnya yang berada di dalamnya.

"Kau tidak akan masuk?" ujar Logan dengan seringai lebar.

Amanda merasa ragu. Lalu melirik kepada sekretaris -yang ia akhirnya tahu bernama Winsley- sedang bersandar dengan malas di salah satu sudut dengan memainkan ponselnya.

Tidak apa-apa. Setidaknya dirinya tidak akan terjebak hanya berdua dengan pria yang telah ia lempari dengan dokumen siang tadi. Mengingatnya kembali membuat kerongkongan Amanda tiba-tiba terasa diisi oleh pasir.

Melihat Amanda yang tidak bereaksi setelah satu setengah menit penuh, pintu lift kembali tertutup tanpa Logan yang berusaha untuk mencegahnya.

Kau harus menunggu lagi untuk lift berikutnya. Cepatlah bergerak gadis bodoh! Teriak satu sudut pikirannya yang tidak sabar untuk segera membawa tubuhnya beristirahat.

Lengan Amanda dengan cepat terjulur di saat-saat terakhir. Ia sempat melihat mata Logan yang terkejut untuk segera berubah kembali dalam mode santainya. Sementara Winsley yang sedari tadi tetap mengamati kedua orang di depannya akhirnya memutuskan untuk ikut serta dan mengantongi ponselnya.

"Ke mana Cia?" tanyanya kepada Amanda.

Merasa bahwa Wisnley sedang berbicara dengannya, ia lalu mendongak dan melihat netra abu-abu Winsley yang bertanya-tanya kepadanya.

"Dia pulang lebih cepat hari ini."

Winsley mengangguk. "Dan Mrs. Harrison?"

"Dia langsung pulang setelah meeting di luar kantor."

Winsley mengangguk sekali lagi.

"Kau membawa stun-gun?"

"Huh?" tanya Amanda tidak mengerti.

"Atau semprotan merica?"

Kepala Amanda bergerak bingung.

Winsley lalu mengedikkan dagunya kepada Logan yang berada di depan mereka sehingga mulut Amanda membentuk huruf O lebar.

"Tidak. Tetapi aku memiliki high heels dan lutut yang bisa kugunakan." Jawab Amanda tenang.

Winsley terkekeh senang. Menyipitkan matanya sementara pandangannya bertemu dengan Logan di bayangan lift yang sedang bergerak turun.

Tatapan tajam Logan mengarah kepada Winsley yang lagi-lagi hanya mengedikkan bahunya sembari sekali lagi mengambil ponselnya dan memainkannya.

"Miss Morris," ujar Logan pada akhirnya. Ia berbalik dan membuat posisinya menghadap kedua orang di belakangnya. Kedua tangannya berada di dalam saku celananya dengan sangat percaya diri.

Logan menunggu-nunggu di mana Amanda akan merasa khawatir atau tersudutkan olehnya, alih-alih apa yang kemudian ia dapatkan adalah wanita itu yang tetap berdiri dengan dagu terangkat.

"Ya, Mr. Heathman?" balas Amanda tak kalah percaya dirinya.

Matanya berkilat tanpa rasa takut. Dan entahlah, Logan merasa bahwa ia setidaknya seperti seorang tuna netra yang baru saja melihat matahari. Logan sudah sering melihat Amanda. Namun dengan jarak sedekat ini dan wajah penuh keyakinan milik Amanda membuat darah Logan terasa berdesir.

Mata birunya lalu menyerap kecantikan Amanda. Bagaimana wajahnya yang kecil terbentuk. Hidungnya yang mungil. Tulang pipinya yang terangkat sempurna. Hingga bibir merahnya yang penuh dan merekah seolah memintanya untuk mengecupnya.

Ia tidak menyadari berapa waktu yang telah ia gunakan untuk memandang bibir merah itu hingga Winsley berdeham bersamaan dengan bunyi lift yang telah mengantarkan mereka ke lobby.

"Kurasa kau tidak jadi mengatakan apa yang ingin kau sampaikan?" tanya Amanda dengan kening mengernyit samar. "Kalau begitu, selamat malam Mr. Heathman." Ujarnya sebelum ia mengangguk kecil kepada Winsley dan segera menggerakkan kakinya keluar.

Winsley menggelengkan kepalanya dengan takjub. Mati-matian untuk tidak tertawa keras ketika pintu lift kembali tertutup dengan mulut Logan yang masih sedikit terbuka.

"Tertawalah, keparat," desis Logan kesal ketika akhirnya ia berhasil mengumpulkan seluruh kesadarannya. Winsley menggeleng lagi. Mengeluarkan lagi ponselnya dengan kening yang berkerut-kerut dan segera melupakan masalah milik Logan.

Ketika pintu lift kembali terbuka dan membawa mereka ke basement, Winsley membuka mulutnya untuk mengucapkan. "Kupikir aku tidak bisa mengantarmu, Logan. Ada sesuatu yang harus kuurus," katanya dengan nada mendesak.

Logan mengangkat sebelah alisnya. Menunggu Winsley untuk mengatakan alasannya. Winsley tahu bahwa Logan tidak pernah menyukai kendaraan umum apapun jenisnya.

Jika saja mobilnya tidak berada di bengkel saat ini, ia pasti tidak akan meminta Winsley untuk mengantarnya pulang. Dan saat ini, sekretarisnya akan menelantarkannya.

"Winsley," desis Logan ketika dengan cepat Winsley membuka pintu mobilnya. Segera menyalakannya dan dalam menit yang sama, meninggalkan Logan yang menatap kesal kepada mobil yang telah melaju.

"Sial!" Dengusnya kesal.

Ia menghela napas dan kembali memasuki lift yang membawanya ke lobby. Mengambil ponselnya dan mencari nama-nama yang bisa ia perintahkan untuk menjemputnya di tempat ini.

Kemudian, ketika bunyi lift lagi-lagi berdenting dan membuatnya dengan sangat jelas melihat pintu lobby, ia mengurungkan niatnya. Melihat gadis cantik yang masih berada di depannya yang kini sedang berteriak kesal dengan ponselnya, nyatanya menggugurkan niat awalnya. Mulutnya lalu menyeringai lebar. Langkah-langkah kakinya dengan mantap lalu membawanya berjalan ke arah wanita dengan surai sehitam malam itu berada.

Dan ketika mendengar nada kesal yang wanita itu ujarkan, nyatanya tidak membuat penilaian Logan terhadap Amanda Morris menjadi turun alih-alih ia semakin tertarik kepadanya.

Satu menit kemudian, Amanda lalu menutup teleponnya. Tidak menyadari bahwa Logan telah mendekat dan berada di belakangnya. Sehingga ketika ia berbalik, dirinya menemukan dada bidang yang menghalangi pandangannya. Dan saat itulah, suara berat Logan kembali menyapanya.

"Well, sepertinya keadaanmu sedang tidak baik, huh?"

***

TrappedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang