[ 23 ]

13.3K 1.5K 24
                                    

.: Chapter 23 :.

Hal terakhir yang ingin Amanda lakukan adalah bertemu dengan Marcia. Namun itu akan sulit ia lakukan mengingat bahwa wanita itu bekerja dengannya dan menjadi junior yang harus ia arahkan. Mengacaukan pekerjaan barangkali adalah satu hal yang tidak pernah Amanda ingin untuk ia lakukan.

Di sinilah ia. Menghela napas panjang ketika lift telah membawanya ke lantai di mana ia bekerja. Melihat sekeliling dan menemukan kesunyian yang menyenangkan.

"Amanda," ujar sebuah suara seperti bisikan.

Amanda lalu menolehkan wajahnya. Sebelum beban berat melemparkan diri kepadanya dan memeluknya. "Aku senang kau baik-baik saja," ujarnya terlihat tulus.

Amanda menelan ludah susah payah. Tangannya terasa kaku untuk membalas pelukan Marcia dan sejujurnya, ia sangat ingin mendorong wanita itu dan menjauh darinya. Setidaknya, harus ada jarak lima meter di antara mereka yang tidak akan pernah terkabul.

"Kau sudah sehat, benar kan?" ujarnya lagi seraya melepas pelukannya. Memeriksa suhu tubuh Amanda dengan telapak tangannya. "Uh... Syukurlaah."

"Ya. Dan kau bisa menjauh dariku," desis Amanda sembari mendorong tubuh Marcia menjauh. Berjalan tanpa menghiraukan wajah terluka Marcia di belakangnya.

Marcia meringis. Namun ia sudah menduga sikap yang akan Amanda berikan kepadanya setelah tahu nama keluarga yang berada di belakang namanya. Sikapnya yang tidak serta merta menamparnya atau menghujatnya barangkali awal yang bagus mengingat hal apa yang sudah keluarganya renggut darinya.

"Aku membawakanmu sarapan!" pekiknya senang. Marcia lalu mengambil bekal makanan dari mejanya. Membukanya sehingga cream sup dan bagel lezat terlihat. "Aku tidak bisa memasak. Jadi yang bisa kulakukan adalah melakukan panggilan ajaib untuk-"

"Kau bisa menghentikan apa yang sedang kau lakulan, Marcia," tegas Amanda.

Mata Marcia mengerjap-ngerjap.

"Kau tahu bagaimana kalian melukaiku. Untuk bersikap ramah kepadamu meski kau tidak melakukan apapun kepadaku, tidak akan pernah terjadi. Jadi,  berhentiah bersikap konyol yang akan membuatku semakin membencimu."

"A-aku..." Ujar Marcia tergagap. "Bukan be-"

"Kau tahu? Bahkan aku mulai berpikir untuk keluar dari sini jika kau terus berada di sini. Menghirup udara yang sama dengan keluarga Rodriguez adalah sebuah penghinaan untukku, Marcia!" teriak Amanda dengan napas yang terengah-engah.

Sementara Marcia mencengkram dadanya dengan erat. Menepuk-nepuknya seolah hal itu bisa membuat segalanya lebih mudah.

Suara lift lalu berdenting tidak lama setelahnya. Emma Harrison dan Logan Heathman yang sedang berbisik hanya bisa terpaku melihat apa yang terjadi. Amanda dengan wajah merah yang tampak terengah dan Marcia yang tampaknya kepayahan.

"Cia! Apa yang terjadi denganmu?" tanya Logan penuh perhatian. Tangan besarnya menangkup wajahnya. Dan seolah gerakan Marcia otomatis ia lakukan, wanita itu menghambur ke pelukan Logan.

"Tidak apa. Kau baik-baik saja Baby Girl."

Emma berdeham. Tidak menyukai ketika adiknya selalu bertingkah seolah ia bertanggung jawab atas kehidupan gadis itu.

"Amanda. Bawa berkas dari Bryce Company ke kantorku. Sekarang!" Perintahnya dengan tegas. Hal yang Amanda butuhkan saat ini ketika dirinya dengan tidak masuk akal mulai membenci apa yang ia saksikan saat ini.

Amanda tidak menyukai Logan Heathman. Ia juga membenci Marcia Rodriguez. Dan ketika mereka bersama, kebenciannya menjadi seribu kali lipat dari biasanya.

Oh God!

***

TrappedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang