.: Chapter 4 :.
Usianya lima belas tahun ketika pertama kali, Logan merasakan nikmatnya dunia yang ditawarkan oleh kakak kelasnya di Junior High School. Postur tubuhnya yang tinggi dan tumbuh dengan sempurna, membuat ketua cheers kala itu mengajak Logan tanpa ragu untuk mengenalkannya kepada sensasi duniawi purba itu. Dan Logan, menikmati semua perhatian yang para gadis berikan kepadanya semenjak itu. Setelah kabar bahwa Logan mampu memuaskan siapa pun yang bersedia membuka rok nya untuk dirinya.
Namun tetap saja, Logan akan memilah targetnya dengan baik.
Tidak ada seorang pun yang menolak pesona Logan sampai sekarang. Apalagi, seiring bertambahnya usianya, ia semakin matang dan tubuhnya semakin terbentuk dengan sangat sempurna. Dengan perut padat, wajah memikat, senyum menggoda dan sorot mata yang tajam, ia bisa memasuki celana dalam gadis mana pun yang ia inginkan.
Dan saat ini, Logan sangat menginginkan untuk bisa masuk ke dalam celana dalam gadis bersurai hitam di depannya.
Ah, siapa namanya?
Anastasia? Melinda?
Logan mengernyit.
Oh, Amanda. Tentu saja!
"Hei, kau di sini," ujarnya ketika dirinya masih memiliki kemampuan untuk menahan hasratnya mati-matian.
Logan menatap tubuh sintal gadis itu dengan penuh minat. Ia bisa merasakan getaran darinya seolah dirinya adalah mangsa yang akan diterkam olehnya.
Well, tidak akan ada pemangsa yang akan melewatkan buruan secantik ini tentunya.
Logan masih memperhatikan gadis itu. Keringat Amanda terlihat mengucur deras dan terjatuh dari lehernya menuju lembah di antara kedua payudaranya.
Logan melihatnya, membuat hasratnya semakin berkobar.
Ingin rasanya Logan menjilat lembah itu. Menuju hingga leher, rahang, dan berakhir di bibir tipis nan menggoda.
Ia lalu berjalan semakin dekat dan sadar bahwa tubuh gadis di depannya menggigil hebat.
Tunggu. Menggigil?
Logan mengernyit bingung. Otak rasionalnya meneriakkan ada yang tidak beres dan Logan harus mengekang hasratnya untuk menyadari hal tersebut. Tapi sayangnya, hasratnya terlalu besar untuk memahami sinyal yang dikirim oleh otaknya.
"A-anda masih di- sini?" ucap gadis itu tergagap.
Logan melirik ke samping Amanda. Melihat buku-buku tangannya berwarna putih. Gadis itu benar-benar panik. Ia terlalu mencengkram pinggiran meja dengan erat. Sangat erat. Namun masih saja, Logan mengabaikan fakta itu.
"Ya, Miss Morris," katanya sedikit bingung.
Logan maju lagi selangkah. Membuat jarak di antara mereka hanya menyisakan beberapa inchi. Logan bisa menghidu aroma mawar yang menguar dari tubuh Amanda dan sebaliknya, Amanda bisa merasakan panas yang menguar dari Logan, beserta aroma Musk dan rempah-rempah yang kini semakin jelas.
"Apa yang kau lakukan di sini, Miss Morris?" tanya Logan lagi. Ia mengepalkan tangannya, berusaha untuk tidak menghapus titik-titik keringat di kening gadis itu.
Jelas pendingin udara bekerja secara baik. Berpikir bahwa Amanda mungkin merasakan gairah panas di antara mereka membuat Logan tidak mau atau tidak bisa, menjauh darinya.
"A-aku," katanya masih dengan gugup. Logan terpaku pada leher Amanda yang jenjang. Oh ya, benar-benar sangat menggoda untuk dikecup.
Well, di sisi lain kegugupan gadis cantik itu mengundang rasa geli Logan. Ia pernah bertemu dengan gadis murahan yang berakting lugu, polos dan kikuk sehingga membuat Logan terjerat.
Pada akhirnya, gadis itu hanya memberikan masalah kepada Logan dan dirinya berjanji, untuk tidak lagi dibodohi dengan trik yang sama.
"Apa yang kau lakukan?! Mengapa kau sangat-" suara Mrs. Sanches terdengar keras. Tubuh Amanda langsung bereaksi seakan suara Paula adalah air dingin yang menyiramnya. Ia berhasil menjauh dengan tubuh terhuyung. Amanda sangat bersyukur bahwa Paula datang ke tempatnya. Tidak pernah sekali pun Amanda berpikir bahwa Paula Sanches menjadi penyelamat baginya. Mungkin setelah ini Amanda harus memberikan hadiah bagi Paula.
Sementara itu, Logan menggeram kesal. Paula Sanches telah mengibarkan celana dalamnya untuk Logan. Namun sayangnya, Logan tidak tertarik dengan wanita yang sudah menikah dan gadis perawan. Kedua jenis wanita itu terlarang baginya.
"Anda masih di sini. Kukira Anda sudah pergi dan-"
Malas menghadapi Paula, Logan melengos melewatinya. Memikirkan waktu lain untuk kembali menggoda Amanda Morris yang langsung keluar dari ruangan itu begitu suara Paula terdengar.
Logan lalu mengedarkan pandangannya. Melihat meja di mana sekretaris harusnya berada dan tidak menemukan keberadaan gadis itu.
Ke mana dia?
Ia menggeram kesal. Berniat mencarinya dengan mengunjungi kamar mandi ketika ponselnya berbunyi.
"Ya!" Bentaknya kesal.
"Jangan membentakku adik sialan! Cepatlah turun karena kami sudah menunggumu sedari tadi!" Suara Emma yang keras dan mengancam membuat Logan semakin kesal. Namun ia tetaplah seorang adik bagi Emma. Dan ia selalu tidak bisa membantah perintah menyebalkan darinya atau hidupnya akan menderita selama minimal, sebulan ke depan.
Yah, Emma bisa memutus kesenangannya bersama para gadis dengan memerintahnya menjaga ketiga anaknya. Atau yang lebih parah, Emma bisa menjadi sekejam Hitler dan menahannya di kantor dengan pekerjaan yang tidak kunjung habis.
Dia memang benar-benar iblis sialan!
Mendengkus kesal. Logan akhirnya berdiri di depan lift. Setengah menonjok tombol pemanggilnya hingga akhirnya pintu itu berdentang dan ia segera masuk ke dalam. Membuat janji dalam hati bahwa ia akan datang lagi demi gadis bersurai hitam itu.
Oh yeah Baby, dia belum selesai.
***

KAMU SEDANG MEMBACA
Trapped
RomanceLogan Heathman selalu mendapat apa yang ia inginkan. Pria arogan, mendominasi dan sukses yang selalu dengan mudah menakhlukkan para wanita. Lalu datanglah Amanda Morris. Gadis yang dirinya yakin, berpura-pura lugu hanya untuk mendapatkan perhatian d...