Amanda tidak seharusnya datang lebih cepat dari janji temu mereka, pikirnya begitu dia sampai di loby restoran lima belas menit sebelum pukul delapan malam. Amanda menghela napas panjang. Masuk ke dalam restoran dan disambut oleh pelayan yang meminta mantel panjang yang dia gunakan.
Amanda memberikannya dengan kikuk. Mengatakan janji temu dengan Logan Heathman yang membuat sang pelayan mengangguk dengan semangat.
"Mr. Heathman sudah mewanti-wanti agar kami memberikan pelayanan terbaik untuk Anda, Miss." Senyum bisnis yang lebar
"Apa dia sudah datang?"
Sang pelayan menuntun langkah Amanda. Membuat Amanda mau tidak mau mengikutinya sebelum ada seorang Kakek yang menyela mereka.
"Apakah kau benar-benar tidak bisa membantuku?" kata Kakek itu dengan wajah memelas.
"Maafkan aku. Tapi kami benar-benar tidak bisa melakukannya."
"Ada apa?" Amanda merasa tertarik dengan keadaan di depannya pun ikut menyela. Sang pelayan yang memandunya menyunggingkan senyum minta maaf.
"Tidak ada apapun, Miss. Mari kita pergi."
Amanda mengangguk meski merasa tidak enak membiarkan Kakek tua itu dengan bahu meluruh sedih. Dia tidak suka melihatnya karena seolah melihat sosok Pop di diri kakek itu.
Di sudut mata Amanda, sebelum mereka berbelok di tikungan, dia melihat pria itu mendekati sang Kakek. Amanda tidak bisa melihat apa yang terjadi selanjutnya karena sudah berada di tempat duduknya. Meja dengan pemandangan terbaik yang dimiliki restoran itu.
Sang pelayan memberikan pelayanan terbaik untuknya meski Logan masih belum terlihat. Sepotong puding cokelat dengan ceri bahkan sudah ada di mejanya. Amanda menyendoknya dan merasakan tekstur lembut yang memanjakan mulutnya.
"Hai, maafkan keterlambatanku." Logan tersenyum meminta maaf sembari duduk di kursi depan Amanda.
Amanda melirik jam tangannya dan sebenarnya, Logan tidak benar-benar terlambat datang. Namun tentunya dia tidak akan mengatakan 'tidak apa-apa' kepadanya, bukan?
"Kukira kau bahkan tidak akan datang."
Logan tertawa kecil. "Aku berhenti di tengah jalan dan menemukan sesuatu yang lebih menyenangkan daripada restoran ini. Haruskah kita ke sana?"
Amanda memicing curiga.
"Aku jamin, tempat itu seribu persen lebih bagus daripada tempat ini."
Amanda tidak yakin. Restoran yang dia datangi, terlebih tempat duduk mereka bahkan sangat bagus.
"Ayo kita pergi!" Logan bangun dan memberikan tangannya di depan Amanda. Wanita itu mau tidak mau harus menerimanya dan mereka mulai berjalan pergi.
Amanda merasa aneh, bahkan lebih merasa aneh ketika Logan mengangguk ke arah Kakek yang sebelumnya mencegahnya dengan wajah sumringah. Mereka melewatinya seolah tidak saling mengenal dan sebelum Amanda tidak benar-benar keluar dari sana, seorang wanita tua dengan wajah cerah datang, berseru senang dan memeluk kakek tua itu. Mengatakan bahwa kejutan anniversary mereka benar-benar luar biasa.
"Kau?" Amanda semakin memicing curiga.
"Ya?" Logan menjawab acuh tak acuh.
Mobil Lomousin lalu datang ke arah mereka. Logan lalu membuka pintunya. Membiarkan Amanda masuk ke dalamnya.
"Nah, haruskah kita memulai petualangan malam kita?" Ucap pria itu dengan sangat percaya diri.
Amanda menggigit bibirnya. Tidak membiarkan kata-kata menyembur dari mulutnya karena sepertinya dia akan sangat mengapresiasi tindakan baik Logan, yang anehnya terasa tidak cocok dengan kepribadiannya.
Amanda pikir pria itu adalah pria mendominasi sombong yang bahkan tidak akan melirik dengan kesulitan yang di alami oleh orang lain. Namun apa yang dia lakukan saat ini diluar ekspetasinya.
"Kau tau," Mulut Logan mulai membuka, "Kau pasti akan menyukaiku begitu kencan kita hari ini berakhir."
Amanda menghela napasnya. Sia-sia dia sedikit berdebar untuk beberapa saat yang lalu. Nyatanya, pria ini benar-benar seorang pemain.
"Kuharap aku bisa mematahkan rasa percaya dirimu itu." Desis Amanda.
"Ouch. Apakah kau tidak melihat luka di dadaku?" Jawab Logan dengan mimik kesakitan dan tangan yang berada di dadanya. Dia sungguh King drama.
"Nah lihat, kau akhirnya tersenyum."
Amanda meluruskan bibirnya yang sebelumnya sempat melengkung kecil dan sialnya, ketahuan oleh pria itu.
"Aku akan membuatmu tertawa malam ini." Janji Logan yang membuat Amanda mulai merasa takut.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Trapped
RomanceLogan Heathman selalu mendapat apa yang ia inginkan. Pria arogan, mendominasi dan sukses yang selalu dengan mudah menakhlukkan para wanita. Lalu datanglah Amanda Morris. Gadis yang dirinya yakin, berpura-pura lugu hanya untuk mendapatkan perhatian d...