.: Chapter 31 :.
Amanda mengira bahwa Logan Heathman akan terus berbicara dan membuatnya kesal sepanjang perjalanan mereka menuju bandara. Ia telah mengecek jadwal penerbangan dari Atlanta ke New York yang mana membuatnya mengerang kesal. Hampir tiap jam dengan maskapai yang berbeda, terdapat pemberangkatan. Dan ia sama sekali tidak memiliki bayangan kapan tepatnya Jackson Morris akan menginjakkan kakinya di kota ini.Ia juga mencoba menghubungi Samantha, telah meninggalkan pesan di kotak suaranya agar ia segera menghubunginya yang sama sekali tidak mendapati tanggapan. Ketika kedua tangannya sudah lelah, ia melirik ke sampingnya dan mendapati Logan yang terdiam di sudut taksi yang sedang melaju. Rahang pria itu mengeras dengan bola matanya yang tampak gelisah namun sebisa mungkin, pria itu tutupi dengan sekuat tenaga.
Amanda mengenal tanda-tanda kecemasan karena selama ini, ia hidup dengan bayang-bayang tersebut. Dan ajaibnya, hal itu sedikit demi sedikit menghilang setelah kemunculan pria itu, atau mungkin tidak.
Kening Amanda mengernyit. Ia lalu berdeham karena berniat untuk memulai pembicaraan.
"Trims," ujarnya singkat.
Tubuh Logan mengejang. Ia melirik Amanda dari ekor matanya sebelum ia bernapas dengan lega. Telapak tangannya lalu memijat belakang lehernya, dan ia terkekeh ringan.
"Kupikir kau tidak akan pernah mengatakannya," guraunya dengan sikap yang mulai merileks.
"Aku bukan orang yang tidak tahu terima kasih," gerutunya.
Logan meringis. Memandang ke depan dan baru tersadar bahwa kendaraan yang mereka tumpangi tidak berjalan ke arah yang Logan tahu adalah tempat tinggal Amanda. "Eh, kita akan ke mana?"
Amanda mengangkat satu alisnya bingung. "Bandara. Bukankah aku sudah mengatakannya semenjak kita menaiki benda ini?"
"O-oh," gumam Logan lirih sebelum keningnya mengernyit. "Kau akan pergi?" tanyanya tanpa otaknya memproses terlebih dahulu. Mulutnya terasa pahit ketika ia mengatakannya. Dan ia yakin ini adalah sebab ketidaksukaannya kepada benda yang sedang berjalan ini dan supir asing yang berada di balik kemudi.
Ia menelan ludahnya susah payah. Supir asing membuat tubuhnya kembali defensif karena sebab-sebab tertentu.
"Aku akan menjemput ayahku," jawab Amanda karena merasa bahwa setidaknya, kali ini ia harus bersikap baik kepada pria aneh di sampingnya.
Logan mengangguk-angguk. Merasa bahwa rasa pahit di mulutnya perlahan-lahan menghilang. Namun ia tidak lagi bersuara sehingga benda itu berhenti sempurna di bandara dan menurunkannya. Logan menarik napas panjang dengan lega. Tidak menyadari bahwa Amanda diam-diam memperhatikan sikapnya.
"Jadi, pukul berapa ayahmu sampai?"
"Kau tidak berniat ikut menungguinya, bukan?"
Logan terdiam sebentar sebelum ia terbahak. "Kau berharap aku menungguinya bersamamu?"
Amanda mendengus. "Tentu saja tidak. Kau bahkan bisa segera pulang saat ini."
Bibir Logan mengerucut. "Bagus sekai. Kau mengusir orang yang telah membantumu."
"Aku kan tidak meminta bantuanmu."
"Tetapi kenyataannya kau tertolong, benar kan?" ia menaik turunkan alisnya. Berniat menggoda wanita itu sehingga wajah Amanda memerah karena menahan tawa. Dan ketika hal itu terjadi, Logan tidak bisa merasa lebih senang daripada ini.
"Baiklah. Apa yang kau inginkan?" ujarnya seraya mengembuskan napas panjang.
"Kau lapar tidak? Kau bisa mentraktirku makan malam."
Amanda mengangguk mengiyakan. Berjalan di belakang Logan yang sudah terlebih dahulu melenggang menuju salah satu restoran siap saji. Ada waktu dua jam jika Jackson Morris baru saja lepas landas. Semakin cepat Amanda membuat pria itu puas, semakin cepat ia bisa mengusirnya pergi.
Membuat Jackson melihatnya dengan pria lain bukanlah pilihan yang bijak saat ini. Bisa saja Jackson akan bersikap menyebalkan dengan mencari tahu mengenai Logan Heathman meski sekeras apapun Amanda mengatakan bahwa dia bukan apa-apa dalam hidupnya.
Ia lalu mempersilakan Logan memesan apapun yang ia inginkan. Meninggalkan Amanda dengan tangannya yang berusaha menghubungi kakaknya dan kali ini tersambung.
"Sam! Di mana kau saat ini?" teriaknya kesal. Ia lalu segera menyadari keberadaannya dan tersenyum meminta maaf sebelum ia menyingkir untuk menginterogasi kakaknya yang sangat sulit untuk dihubungi.
Sementara Logan duduk dengan membeku di tempatnya. Hanya sedetik Amanda Morris tersenyum kepadanya meski itu adalah senyum permintaan maaf. Tetapi efeknya bagi dirinya, sulit untuk dijelaskan. Ia merasa... terpesona?
Ia lalu menggelengkan kepalanya. Berusaha membuat dirinya waras. Tidak tidak tidak. Ia tidak boleh masuk ke dalam jebakan perasaan aneh ini. jelas ini adalah efek dari apa yang baru saja terjadi dengan menaikki mobil kuning jelek itu. Dan mengingatnya, membuat Logan segera meraih ponselnya. Memerintahkan supir yang jarang sekali ia manfaatkan untuk menjemputnya di bandara.
Ia lalu memakan burgernya dengan suapan yang besar-besar. Tidak berniat lama dan membuat otaknya berpikiran melenceng. Ia tetap akan mengejar dan mendapatkan wanita itu. tetapi ia tidak membuthkan pertemuan dengan orang tua Amanda untuk meninggalkan kesan serius.
Benar kan? Ia kan memang tidak berniat dalam hubungan yang seperti itu. Logikanya berjalan.
Setelah ia akhirnya memutuskan apa yang akan ia lakukan, Amanda kembali dengan wajah lelah dan memberengut. Ia lalu menyentak kursi yang tidak lama sebelumnya ia tempati dengan keras.
Logan mengangkat sebelah alisnya. Bertanya.
"Aku mungkin akan berada semalaman di sini," keluhnya lebih terdengar kesal. Samantha sama terkejutnya dengannya. Ia baru saja pulang dari dinasnya dan menemukan rumah dalam keadaan kosong. Kemudian ketika Amanda mengatakan apa yang terjadi, Samantha sama bingungnya dengannya.
"Aku akan mencoba mencari tahu. Kau bisa pulang jika merasa lelah," usul Sam di balik pesawat telepon.
"Dan meninggalkan Pop sendirian?"
Jelas sekali Sam mendengus. "Kau pikir Pop itu bocah berusia lima tahun? Kau terlalu berlebihan mencemaskannya."
"Kau kan tahu Pop jarang melakukan hal-hal seperti ini!" pekiknya kesal.
"Lalu kau ingin aku melakukan apa?!" bentak Sam di ujung lainnya.
"Aku akan menunggu," putus Amanda final dan mematikan sambungannya secara sepihak. Ia sangat jarang berdebat dengan Sam. Kentara sekali keduanya dalam kondisi lelah yang membuat mereka saling menarik urat. Sam dalam keadaan kesal memang tidak menyenangkan sama seperti dirinya.
Pikiran Amanda lalu kembali kepada Logan yang berada di depannya ketika pria itu mengucapkan, "Memangnya, apa yang terjadi?"
Dan mengalirlah cerita panjang dari bibir Amanda.
***

KAMU SEDANG MEMBACA
Trapped
RomanceLogan Heathman selalu mendapat apa yang ia inginkan. Pria arogan, mendominasi dan sukses yang selalu dengan mudah menakhlukkan para wanita. Lalu datanglah Amanda Morris. Gadis yang dirinya yakin, berpura-pura lugu hanya untuk mendapatkan perhatian d...