[ 20 ]

21K 1.9K 28
                                    

.: Chapter 20 :.

"Bagaimana keadaanmu? Kudengar kau jatuh sakit," suara Emma bergaung dibalik ponselnya. Pagi ini, Amanda dengan wajah pucatnya bersikeras untuk tetap berangkat meskipun Sam menentangnya dengan keras. Dan ketika dirinya sudah siap dan akan membuka pintu apartemennya, ponselnya berbunyi dan menampilkan nama Emma.

"Aku tidak akan di kantor sampai akhir pekan ini. Kau bisa beristirahat dan sampai jumpa minggu depan, Amanda."

"Tetapi-"

"Tidak ada gunanya kau ke kantor jika hanya untuk menumpang terkapar tanpa ada yang bisa kau andalkan."

Amanda meringis. Merasa bahwa kata-kata atasannya sungguh tepat sasaran. "Beristirahatlah dan sampai jumpa. Aku harus pergi." Dan begitu saja, Amanda segera memutar haluan ke kamarnya. Mengganti lagi setelan kerjanya dengan celana yoga dan kaos yang terlalu besar untuk badannya.

"Aku senang bahwa bosmu menyuruhmu beristirahat," kekeh Sam dengan celemek yang menggantung di tubuhnya. Rambutnya ia ikat dengan membentuk buntalan.

"Aku akan membuatkanmu makanan yang sehat. Kuduga selama ini kau selalu memakan makanan sampah," gumamnya sembari melirik kesal kepada tempat sampah yang penuh dengan bungkusan mie cup.

"Hanya itu yang bisa kubuat, Sam," jawab Amanda seraya berbaring di sofa ruang tengah. Menyalakan televisi yang jarang ia nikmati dan mencoba saluran yang bisa membuatnya bertahan senentara Samantha sibuk di dapur. Baik Sam dan ayahnya memiliki tangan seperti dewa makanan. Mampu menyulap segala jenis bahan mentah menjadi hidangan profesional. Dan jika sang ayah menjadikan kelebihannya sebagai mata pencaharian, lain dengan Sam yang hanya menjadikan memasak sebagai hobi.

"Kau belum menceritakan mengapa kau kemari, Sam?" tanya Amanda ketika ia sudah bosan dengan tayangan di monitor datar itu. Akhirnya bangkit dan duduk di depan konter dapur. Menikmati pertunjukkan langsung Samantha yang terlihat luwes di dapurnya.

"Hanya penyelidikan kecil. Itu tidak akan sulit," katanya ringan. "Aku hanya menggantikan teman yang cuti karena istrinya hampir melahirkan. Dia tidak ingin meninggalkan istrinya dan melewatkan detik-detik kelahiran anaknya." Hidung Sam mengernyit. "Itu sangat chessy."

Amanda terkekeh. "Apakah Pop belum menyinggung giliranmu, Sam?"

Sam ikut terkekeh bersama Amanda. "Sepertinya Pop sudah menyerah. Lagi pula, Rhys sama sibuknya denganku," jawabnya lagi dengan mudah. Seolah pria bernama Rhys bukanlah apa-apa baginya.

"Rhys sudah siap menikahimu, itu yang kau tahu. Asal kau berhenti menjadi dektektif kepolisian," gumam Amanda.

"Katakanlah begitu. Tetapi setelahnya, aku akan mati bosan. Dia tidak benar-benar mencintaiku untuk memisahkanku dengan pekerjaanku, Ammy."

"Dia hanya mengkhawatirkanmu, Sam. Kalian bahkan bertemu dalam satu kasus yang melibatkannya dan jatuh cinta karena saling menyelamatkan," papar Amanda dengan mata menerawang. Dirinya selalu senang membahas hubungan romantisme antara Samanta dengan Rhys. Bagimana mereka bertemu dan saling jatuh cinta. Meskipun keduanya berada dalam dunia yang cukup berbeda.

Rhys adalah seorang ilmuan di salah satu laboratorium di Atlanta. Tipe pria dengan kepala dingin dan jas putih yang selalu bersih. Sementara Sam adalah kebalikannya. Bekerja di luar ruangan dengan baju yang akrab dengan debu dan partikel lainnya.

"Bagaimana kabarnya? Aku sudah lama tidak bertemu dengannya."

Samantha menyeringai. "Tentu saja dia masih hot dengan huruf kapital yang ditebalkan."

"Kau harus bertemu dengannya, dan juga saudaranya. Sepertinya mereka berasal dari kolam genetika yang menakjubkan." Sam lalu mengerling genit. "Bisa saja salah satu dari mereka adalah Mr. Right-mu."

Amanda menggeleng. "Tidak, terima kasih." Tolaknya langsung.

"Aku tidak akan memaksamu, Ammy. Meskipun jika kupikir, pria yang mengantarmu kemarin bahkan lebih mempesona dibanding para saudara Rhys. Apakah kau tidak mau mendekatinya?"

Amanda melengos. "Dia adalah playboy, Sam."

Sam terkekeh. "Yah, hal itu terlihat sangat jelas. Tetapi jika kau memang tertarik dengannya, kau bisa membuatnya tetap setia kepadamu, Ammy. Kau memiliki kemampuan untuk itu," ucap Sam yakin.

Amanda berdecak. "Kata-katamu benar-benar tidak masuk akal."

Sam tertawa keras. "Itu bukan hanya menurutmu. Bahkan temanmu berpikiran sama denganku."

Kening Amanda mengernyit. Dia tidak memiliki teman.

"Oh! Apa aku lupa mengatakan bahwa seseorang bernama Marcia menjengukmu ketika kau tidak sadarkan diri, kemarin?"

***

TrappedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang