.: Chapter 30 :.
Amanda masih bisa merasakan debaran jantungnya yang menggila selepas pertemuannya di dalam lift dengan Logan Heathman tidak lama sebelumnya. Rahangnya masih terangkat tinggi berusaha bersikap yakin dan percaya diri. Sementara sisi lain dirinya merasa takut jika saja pria itu mendengar suara drum yang dipukul alih-alih itu adalah suara dari organ tubuhnya.
Begitu ia bisa menghirup udara malam, ia akhirnya bisa bernapas lega. Amanda lalu melepaskan genggaman tangannya yang terasa kuat sehingga membuat kepalan tangannya terasa kebas.
Tenang Amanda. Kau hebat. Pikirnya untuk menghibur dirinya sendiri.
Satu detik kemudian, ia tersentak ketika mendengar deringan telepon dari dalam tasnya. Ia mengernyit begitu menemukan nama ayahnya berada di sana. Amanda berdeham. Membersihkan kerongkongannya dan menjawabnya dengan suara seriang mungkin.
"Hai Pop. Ada ap-"
"Akhirnya kau menjawab teleponku!"
Kening Amanda mengernyit. "Aku selalu menjawab teleponmu, Pop." Protes Amanda.
Jackson Morris tertawa renyah. "Aku tahu. itu hanya seperti kebiasaan. Biasanya kan, kau baru mengangkatnya setelah aku menghubungi paling tidak sebanyak lima kali."
Amanda menggigit bibirnya. Merasa menjadi anak yang tidak baik karena perkataan ayahnya memang benar. Tetapi biasanya itu terjadi karena ia lupa menaruh ponselnya, atau tidak sengaja meninggalkannya di rumah, atau mencampakannya hingga membuat baterainya habis atau... Amanda menghela napas panjang. Yah, semua itu memang kesalahannya.
"Maaf, Pop," gumam Amanda.
"Hey, tidak apa-apa. Sam selalu memiliki alasan logis dan itu memang benar kan. Kadang-kadang benar kurasa," tambah Jackson cepat.
Amanda meringis. Ia memutuskan untuk menahan dirinya segera pergi dan bersandar di pilar yang terdapat di depan lobby kantornya. Memusatkan perhatian kepada ayahnya untuk sementara waktu pasti tidak akan membuatnya kehilangan banyak waktu, bukan?
"Jadi," ucap Amanda pelan. "Ada kabar apa, Pop?"
"Oh, karena kau menanyakannya," Jackson berdeham. Dan seketika perasaan Amanda merasa tidak nyaman. "Well. Uhm, begini."
"Katakan, Pop." Amanda mulai tidak sabar.
"Well, saat ini aku sedang berada di bandara. Kita akan bertemu setidaknya besok pagi atau siang jika kau sedang berisitrahat atau malamnya ketika kau sudah pulang-"
"Kau mau ke New York?" pekik Amanda terkejut.
"Eh, ya. Semacam kunjungan, kupikir."
"Kau tidak bisa melakukannya dengan tiba-tiba Pop!" pekik Amanda. "Apakah Sam ikut bersamamu?"
"Eh, tidak."
Amanda menghela napas kesal. "Apalagi kau sendirian! New York berbeda dengan Atlanta, Pop. Bagaimana kau bisa-"
"Ammy, ayahmu bukannya seorang tua bangka yang tidak tahu jalan. Pasti ada taksi di sana, bukan?" gerutu Jakson tidak suka.
"Tetap saja! Bagaimana dengan kakimu!"
"Kakiku baik-baik saja, Ammy," gumam Jackson mulai kesal.
"Aku akan menjemputmu. Kapan kau tiba?"
"Tidak, sayang. Aku akan sampai larut malam. Kau tidak bisa menjemputku. Itu berbahaya!" peringat Jackson. "Eh, kurasa aku harus pergi. Sampai jumpa Ammy."
"Tunggu, Pop! Kau tidak bisa melakukannya kepadaku. Pop!"
Amanda memekik kesal. Memijat tulang di antara kedua matanya dan bernapas dengan lelah. Entah mengapa rasa-rasanya hari ini ia begitu sangat lelah. Benar-benar hari yang panjang untuknya. Ia akan mencari jadwal penerbangan Atlanta – New York hari ini. Jika perlu, ia akan menginap seharian di bandara untuk mengetahui kapan ayahnya yang keras kepala sampai di tempat ini.
Kemudian, ketika ia berbalik dan menemukan dada bidang di hadapannya, ia tidak bisa merasa lebih kesal lagi. Tubuh di depannya menguarkan aroma yang rasanya Amanda kenali sehingga ketika ia mendongak, ia tidak akan takjub melihat wajah Logan yang menyeringai sedang menatapnya.
"Well, sepertinya keadaanmu sedang tidak baik, huh?"
"Kau benar. Tetapi itu sama sekali bukan urusanmu," jawab Amanda dengan bibir terkatup rapat.
Logan terkekeh. Merasa sangat terhibur ketika wanita di depannya bersikap kesal karena kehadirannya. Oh ayolah. Sangat-sangat sedikit jenis wanita yang menolaknya. Dan di sini, ia menekankan kata sangat sehingga Amanda menjadi hal yang membangkitkan rasa penasarannya.
"Kekasih wanitamu, huh?" ejek Logan yang tanpa pikir panjang mengikuti langkah Amanda.
"Apa maksudmu?" desisnya tanpa memelankan laju jalannya.
Logan terkekeh sementara netranya berbinar-binar senang. "Wanita bernama Linda, dia kekasihmu kan?" tanya Logan diselingi dengan nada humor yang kentara. Ia tidak ingin Amanda tahu bahwa ia terganggu sehingga menjadikan pertanyaanya seringan mungkin. Membuat wanita itu tidak merasa jika ia sedang mengintrogasinya. Setelah petualangannya siang tadi –well, mengosongkan kantung spermanya dengan wanita random memang membuat pikirannya menjadi lebih tenang– akhirnya otak bebal Logan seolah menemukan pencerahan. Ia tidak boleh membuat asumsi yang salah atau harga dirinya akan terluka. Karena itulah, cara yang tepat adalah menanyakan langsung kepada Amanda Morris, bukan?
Amanda mendengus keras. Ia serta merta menghentikan langkahnya dengan alis terangkat. "Kau mabuk ya?" katanya dengan nada meremehkan di tiap patah katanya. Ia lalu kembali berjalan cepat-cepat. Berusaha menemukan taksi kosong dan menemukan kesia-siaan sementara pria di belakangnya sepertinya tidak berniat meninggalkannya sendirian saat ini.
Ia lalu mengambil ponselnya. Menghubungi Samantha untuk memastikan jadwal penerbangan ayahnya yang langsung terhubung dengan pesan suara. Sial sial sial. Samantha pasti sama tidak tahunya dengan rencana yang ayahnya buat. Kadang kala ayahnya memang bertindak tidak masuk akal meski itu sangat jarang terjadi. Ada yang telah memicunya, tentu saja. Dan Amanda tidak mengetahui apapun saat ini.
"Jadi, kau sama sekali tidak memiliki hubungan apapun dengan Linda?"
Amanda menggeram kesal. Ia berhenti dan menghunuskan tatapan membunuh kepada Logan. "Dengar, Sir. Jika jawaban atas pertanyaanmu bisa membuatmu meninggalkanku sendirian, maka aku akan menjawabnya. Tidak ada apa-apa. Dan kau sangat tidak masuk akal!" desisnya.
"Tetapi dia bilang kau meninggalkannya setelah malam itu dia tertidur. Kalian bukannya baru saja-" Logan sengaja menggantung ucapannya.
"Mungkin, yang sering diam-diam pergi setelah mengosongkan testismu adalah kau, Sir," tuduhnya menghina. Anehnya, Logan sama sekali tidak tersinggung alih-alih ia tertawa senang.
"Kurasa kau sangat memahamiku, Darling."
Amanda memutar bola matanya sebelum kembali mencari-cari lagi taksi yang melintas. Ia menggeram kesal, mungkin untuk yang kesejuta kalinya.
Kemudian, ia melihat taksi berhenti di seberang jalan di mana ia berhenti. Mobil kuning itu seperti sedang menurunkan seseorang sehingga membuat Amanda berteriak untuk memanggilnya. Sayangnya, suaranya tidak terlalu keras sehingga membuat taksi itu berniat meluncur kembali ke jalanan.
"Oh tidak tidak tidak tidak," gumam Amanda cepat sampai ia mendengar suara berat Logan yang berteriak menggantikannya. Membuat taksi itu berputar arah dan melaju ke arahnya – arah mereka.
Amanda menelan ludahnya dalam-dalam. Berniat mengucapkan terima kasih kepada pria itu ketika Logan sudah membuka sisi lain daun pintu kendaraan tersebut dan berkata, "Apa yang kau tunggu? Dinasaurus hidup lagi? Cepat masuk!" ujarnya sebelum ia menutup taksi itu kembali dengan Amanda yang terpaksa berada di satu mobil yang sama dengannya.
***
Iya ini saya kasih double.
Satu lagi nanti sorean atau malem.
Vote komentarnya ditunggu 😛
Survey dikit.
Ada yang mainan sweek nggak sih di sini?
KAMU SEDANG MEMBACA
Trapped
RomanceLogan Heathman selalu mendapat apa yang ia inginkan. Pria arogan, mendominasi dan sukses yang selalu dengan mudah menakhlukkan para wanita. Lalu datanglah Amanda Morris. Gadis yang dirinya yakin, berpura-pura lugu hanya untuk mendapatkan perhatian d...