[ 14 ]

21.5K 2K 45
                                    

.: Chapter 14 :.

Amanda tahu bahwa dirinya akan menghadapi Logan cepat atau lambat. Namun dirinya tidak menyangka bahwa akan menghadapinya di hari pertamanya menginjakkan kakinya lagi di kantor.

Paska insiden di koridor kantornya, Marcia dengan berbaik hati menggiring Logan untuk kembali ke ruangannya dan mengusir gadis yang rupanya merupakan pegawai junior di divisi marketing. Untuk sesaat, Amanda bisa bernapas dengan nyaman sebelum sebuah surel masuk dari Emma. Membuatnya harus kembali bertemu dengan Logan untuk meminta tanda tangannya. Itu berarti, dirinya harus ke ruangan Logan dan bertemu dengannya.

Ia lalu menggeleng. Mengedarkan tatapannya dan mencari sosok Marcia yang baru keluar dari ruangan Emma dan kembali menghilang.

Oh dear. Mengapa anak itu sering kali menghilang ketika dibutuhkan!

Ia baru akan melengos kesal ketika telepon di mejanya berdering. Dengan cepat Amanda mengangkatnya dan terdengar suara Emma di ujung sana.

"Kau sudah mendapat emailku?"

"Ya, Mrs. Harrison."

"Aku hanya ingin mengatakan bahwa sebelum kau pulang, surat itu sudah harus ditandatangani oleh Logan," ujarnya tegas. "Kau boleh menyiksanya atau melakukan apapun sampai dia menandatangani surat itu. Aku tidak peduli lagi, Ya Tuhan," tambah Emma dengan suara terdengar frustrasi.

"Dan satu lagi. Aku akan segera pulang, jadi kau yang bertanggung jawab atas surat itu dan Marcia. Gadis itu benar-benar membuat kepalaku pening!" gerutunya lagi.

Amanda baru akan memberikan jawaban ketika telepon itu sudah ditutup. Tidak lama kemudian, terdengar suara gemuruh benda yang terjatuh dari dalam kantor Emma. Sedikit menegaskan bahwa bos baik hatinya tidak dalam kondisi yang baik.

Amanda lalu meringis. Menekan tombol print pada layar komputernya dan sekali lagi mengedarkan tatapannya mencari Marcia.

Seharusnya dirinya segera meminta nomor ponsel gadis itu jika dirinya memang sangat senang menghilang. Amanda menghela napas panjang sekali lagi. Mengunci komputer dan brankasnya karena dirinya tahu bahwa tidak ada orang lain yang akan berada di sini.

Well, Marcia tidak bisa diharapkan.

Kemudian ia menaiki lift dan lima menit setelahnya, dirinya sudah sampai di depan pintu ruangan Logan Heathman. Dirinya hanya berharap bahwa ia tidak menemukan Logan sedang berdua dengan seorang gadis lainnya atau bayangan di koridor tadi akan kembali terbayang di pikirannya.

Oh, sial!

Wajahnya memerah karena dua hal. Malu bahwa dirinya telah menjadi cock blocker* dan marah karena bisa-bisanya seorang petinggi perusahaan seperti Logan melakukan hal tidak senonoh seperti itu di kantornya!

Maka dengan tekad kuat seperti yang dimiliki seorang prajurit, ia mengetuk pintu ruangan kerja Logan, setelah seorang sekretaris pria mengizinkannnya masuk. Amanda baru kali ini melihat sekretaris pria itu karena kedatangan sebelumnya tidak ada yang menempati kursi sekretaris itu. Atau memang saat itu Amanda belum ditakdirkan bertemu dengan pria berkulit gelap tersebut.

"Permisi, Sir," ujar Amanda ketika ia sudah masuk ke dalam ruangan Logan. Di kursi kebesarannya, Logan tampak serius. Matanya terlihat memicing terhadap dokumen di hadapannya seolah ingin menghanguskannya.

"Sir," ujar Amanda lagi karena tidak berhasil mendapatkan perhatian Logan.

"Pergi. Kau bisa datang dilain waktu," tukas Logan tanpa mengangkat wajahnya.

"Tidak bisa, Sir."

Logan mengangkat wajahnya. Semakin kesal karena di hadapannya berdiri seseorang yang mengganggu kesenangannya. Padahal tadi...

"Kubilang. Kau bisa kembali besok untuk permintaan maafmu atau yang lainnya."

Amanda membelalak. Mulutnya terbuka karena tidak percaya terhadap apa yang baru saja keluar dari bosnya yang arogan dan bajingan ini! Bagaimana bisa!

"Saya tidak ke sini karena telah menjadi cook blocker bagimu, Sir! Dan saya tidak akan meminta maaf terhadap apapun!"

Logan mengernyit. Semakin kesal terhadap pegawai di hadapannya ini.

Amanda mendengkus. Berjalan ke depan Logan dan meletakan dokumen yang sudah ia cetak dengan sedikit menyentak. "Mrs. Harrison berpesan bahwa Anda harus menandatangani ini secepatnya. Hari ini."

Logan yang tersinggung tidak menyentuhnya. Hanya memicingkan matanya dan menatap dokumen itu dengan jijik.

"Itu adalah kontrak dengan Fernandez Construction," gumam Logan muram.

"Yes, Sir."

"Kalau begitu kau bisa mengambilnya lagi karena aku tidak akan pernah bersedia menandatanganinya."

"Sir! Tapi-"

Logan mengangkat tangannya. Ia lalu meraih ponselnya dan menghubungi seseorang.

"Emma! Apa maksudmu dengan omong kosong yang kau bawa ke hadapanku!"

"...."

"Aku tidak akan pernah bersedia berkerja sama dengan bajingan Fernandez itu!"

"...."

"Tidak walaupun nyawaku sebagai taruhannya," ujarnya lagi dengan sinis. Ia lalu menutup teleponnya dengan cepat. Menatap ke arah depan kepada Amanda yang masih menunggu.

"Kau dengar? Aku tidak akan menandatangani dokumen itu! Jadi cepat angkat pantat cantikmu dari ruanganku sekarang!" desis Logan dan segera menekuri pekerjaannya semula.

Amarah Amanda memuncak. Rasanya ingin sekali untuk mencekik pria di depannya. Alih-alih demikian, ia mengeratkan genggaman tangannya. Mengambil map itu dan berjalan keluar sebelum dirinya mungkin melakukan kekerasan kepada bosnya.

"Amanda. Lupakan dokumen itu dan pulanglah," ujar suara dari ponselnya begitu ia keluar dari ruangan Logan. Emma bahkan tidak menyapanya. Hanya mengatakan sebaris kalimat tersebut dan menutup teleponnya.

Oh! Ada apa dengan kedua kakak beradik itu!

***


*orang menghambat kesenangan seksual seseorang

TrappedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang