.: Trapped 33 :.
Amanda mengerang ketika alarm di ponselnya berbunyi. Ia tidak pernah membenci pagi hari seperti hari ini.
Ia lalu berguling ke samping. Membuka matanya dan kembali mengerang kesal begitu melihat kalender yang terpasang di dinding kamarnya.
Seharusnya semalam ia bisa menunggu sepuluh menit- tidak, lima menit akan membuat semuanya baik-baik saja. Ia tidak akan perlu terjebak dalam keinginan Logan Heathman karena lima menit setelah Amanda bersedia makan malam dengannya, ponselnya berdering dan memunculkan nama Garreth.
Saat itu, Amanda meraih ponselnya bingung. Menatap bahu bidang Logan yang sedang membelakanginya untuk menghubungi relasinya sehingga dirinya bisa tahu kapan Jackson Morris sampai di New York.
"Garreth," bisiknya. "Ada apa?"
"Aku hanya tidak ingin kau panik. Ayahmu ada bersamaku saat ini. Dia baru saja sampai di rumahku tanpa mengabarkan apapun. Kuduga dia juga tidak memberitahumu sebelumnya," ujarnya cepat dengan suara berbisik.
"Mengapa kau berbisik?"
"Karena kau berbisik?" balas Garreth lagi. Kemudian Amanda mendengar suara ayahnya yang memanggil nama Garreth. Membuatnya tahu bahwa Garreth harus menutup teleponnya.
"Jangan cemaskan dia, oke. Dia memang bisa menjadi sangat keras kepala," ujarnya cepat. "Sampai jumpa, Am."
Amanda masih membeku di tempatnya. Ia bahkan harus mengerjap beberapa kali sampai Logan kembali ke meja mereka dengan seringaian lebar.
"Ayahmu sudah berada di New York sejak satu jam yang lalu. Sepertinya dia senang mengejutkan orang lain."
Amanda masih terdiam sambil memproses semuanya.
"Jadi, aku akan menjemputmu tanggal 3 nanti."
"Huh?"
"Janjimu? Kau tidak akan melanggarnya, kan?"
"Tentu saja tidak! Tetapi... maksudku... kau tidak perlu menjemputku. Kita akan bertemu di sana."
Kening Logan mengernyit tidak setuju. Ia akan mengeluarkan pendapatnya ketika dirinya akhirnya teringat bahwa yang dihadapi olehnya adalah Amanda Morris. Gadis yang bisa dibilang belum tertarik kepadanya.
"Baiklah. Tetapi jika kau memang mangkir, aku akan tahu bagaimana cara untuk mencarimu. Kuantar kau pulang?"
Amand mengangguk. Mengikuti Logan dengan kepala yang masih berputar. Ketika mereka sudah berada di dalam kendaraan milik Logan, kesadaran Amanda yang tadinya tercecer mulai terkumpul.
Ia menatap sekeliling dan melihat supir yang berada di balik kemudi dan Logan yang tampaknya sedang menginstruksikan untuk mengantarnya pulang.
Dan saat ini...
Amanda dengan malas berlalu ke kamar mandinya. Bersiap ke kantornya dan berharap waktu kerjanya tidak akan segera datang. Mungkin dia bisa meminta izin sakit hari ini. Emma pasti akan memaklumi dan memberikannya. Namun untuk menyalahgunakan kebaikkan Emma, bukan tabiatnya. Ia tidak akan berbohong kepada Emma.
Kemudian, ketika Amanda membuka pintu flatnya, jantungnya seakan meloncat. Ayahnya berada di depan pintunya dengan senyum terkembang.
"Surprise!" teriak ayahnya bersemangat. Dia lalu memeluk putri bungsunya. Menepuk punggungnya tanpa merasakan kemarahan Amanda yang telah memuncak.
Jika kemarahan bisa diukur dengan satuan berat, maka dia sudah memiliki seribu kilogram kemarahan yang siap ia ujarkan kepada sang ayah. Namun begitu pelukan itu terlepas, dan Amanda menemukan wajah berseri-seri sang ayah, dia hanya bisa bernapas lega. Merasa senang karena ayahnya baik-baik saja.
"Yeah Pop. Kejutanmu berhasil," kekehnya geli.
Jackson ikut terkekeh. Menawarkan lengannya untuk Amanda raih sebelum mereka berjalan keluar dari flat mungil Amanda. "Ayo, biarkan pria tua ini mengantarmu."
"Kau mengaku sudah tua, huh?"
Jackson mencebik. "Memang begitu kan. Dan seharusnya di usiaku yang tua ini, aku sudah dikelilingi dengan banyak cucu."
Amanda tahu bahwa ayahnya sedang membicarakan Sam, kakaknya, dan bukanlah mengenai dirinya. Alasan ayahnya pergi dari Atlanta memang karena Samantha, bukan? Ayahnya hanya sedang merajuk, dan saat ini dialah yang bisa membujuknya.
"Kau bermalam di tempat Garreth?"
"Ya. Dia pasti sudah menghubungimu kan? Padahal aku melarangnya."
Amanda melotot. "Kau ingin anakmu mati muda karena mencemaskanmu?"
Jackson terkekeh. "Aku tahu kau tidak akan begitu. Aku juga tahu Garreth akan menghubungimu. Dan juga... Apakah kau sudah berbicara dengan Sam?" tanyanya hati-hati.
"Dia sama kesal dan terkejutnya karena kau menghilang."
"Yeah. Ayahmu butuh sedikit jarak darinya."
"Caramu merajuk benar-benar tidak elegan, Pop."
Jackson mencebik kesal. Mereka lalu mampir untuk sarapan bersama. Jika biasanya Amanda melewatkannya, maka dengan keberadaan sang ayah di sisinya jelas akan membuat delikan tidak setuju darinya.
"Padahal aku merindukan masakanmu. Apa gunanya kau mengunjungiku jika aku tidak bisa merasakan masakanmu," keluh Amanda dengan memakan English Breakfast di depannya.
"Aku belum dua puluh empat jam di sini dan kau sudah memerintahku," balas Jackson geli. "Aku akan berjalan-jalan dan mencari bahan makanan. Pulanglah ke tempat Garreth nanti malam."
"Mengapa Pop tidak memasak di tempatku?"
Jackson mendecih. "Dengan keadaan dapurmu yang menggenaskan? Tidak. Terima kasih."
Amanda meringis. Dapurnya memang tidak selengkap dapur rumahnya di Atlanta. Sam sering mengeluhkan hal serupa sama halnya dengan sang ayah. Tapi Amanda tetap tidak menginginkan peralatan dapurnya bertambah.
Mereka membicarakan hal ringan sepagian itu. Jackson kembali ikut berjalan bersama Amanda. Mengantarkannya ke depan gedung tempatnya berkerja.
"Apakah perlu aku menjemputmu nanti malam?" goda Jackson.
"Tidak, Pop. Aku akan datang dan tidak akan melewatkan masakanmu. Aku bersumpah."
Jackson tersenyum sangat lebar. "Baiklah. Sekarang masuklah dan jadilah bersinar!" pesannya antusias sembari menepuk pipi putrinya.
Amanda tersentuh. Dia sudah sangat-sangat lama tidak mendengar hal itu. Sehingga hal yang dia lakukan selanjutnya adalah memeluk Jackson di depan kantornya.
"Trims, Pop," gumamnya lembut bersamaan dengan ekor matanya yang menatap seorang wanita yang juga mengamatinya dari jauh. Amanda bisa melihat wajah Marcia yang tampak bersalah di kejauhan.
Keningnya mengernyit bingung. Apakah Marcia mengenal ayahnya?
***
Follow IG.
raadheyacorner
Thanks 😍
KAMU SEDANG MEMBACA
Trapped
RomanceLogan Heathman selalu mendapat apa yang ia inginkan. Pria arogan, mendominasi dan sukses yang selalu dengan mudah menakhlukkan para wanita. Lalu datanglah Amanda Morris. Gadis yang dirinya yakin, berpura-pura lugu hanya untuk mendapatkan perhatian d...