.: Chapter 19 :.
"Hei Babe, kau cantik hari ini."
"Honey, kau terlihat cerah menggunakan setelan berwarna jingga."
"Sugar, apakah aku sudah mengatakan jika rambut panjangmu sangat indah?"
Kepala Amanda terasa berputar. Napasnya terengah seolah ia baru saja berlari ribuan Mill. Keringat dingin mengucur di kening dan punggungnya.
"Oh Baby... Kau tidak tahu betapa aku ingin bercinta denganmu. Right here... Right now..."
Amanda tidak bisa menahannya. Dengan kekuatan terakhirnya ia mendorong dengan keras pintu toilet. Memuntahkan isi perutnya ke dalam kloset dengan ia yang terduduk lantai yang dingin. Tubuhnya kembali bergetar dan air mata sudah mengalir di wajahnya.
Rodriguez....
Bagaimana bisa ia bertemu kembali dengan nama itu padahal yang ia lakukan selama ini adalah menghindar dari mereka. Tuhan pasti sedang bercanda dengannya saat ini.
Amanda mengeluarkan lagi isi perutnya sampai tidak ada yang tersisa. Dan kini, ia bahkan terlalu lelah untuk bangun ataupun bertenaga untuk menekan ponselnya. Menghubungi siapapun yang mungkin bisa menolongnya keluar dari sini.
Tetapi, siapa?
Dirinya bahkan terlalu tertutup untuk mengenal tetangga apartemennya. Apalagi mengenal rekan kerjanya di sini karena selama ini, yang ia pusingkan adalah Mrs. Sanches yang sudah dipecat. Tetapi setidaknya jika wanita penggoda itu ada di sini, ia akan cukup peduli dengan berteriak histeris dan mempermalukannya sebelum memanggil ambulance yang bisa mengangkutnya ke rumah sakit.
Ah, dirinya saat ini benar-benar penuh ironi karena malah mengingat Mrs. Sanches di saat-saat seperti ini.
"Kau di sini!" suara berat seseorang ketika Amanda di ambang kesadarannya membuatnya mengulas senyum tipis. Dan ketika tubuhnya terangkat, ia bisa mencium aroma parfum pria yang sedikit ia kenali, namun anehnya tidak membuatnya takut dan khawatir
Siapa?
Sayangnya pertanyaan itu tidak mampu ia jawab karena kegelapan segera saja menyelubunginya. Membawanya terlelap begitu dalam.
Kemudian, ketika Amanda tersadar. Hal yang ia sadari adalah bahwa dirinya berada di rumah sakit. Bajunya telah berganti dengan setelah berwarna biru lembut dan bau antiseptik yang menguar membuat hidungnya mengernyit.
Menggerakkan sedikit kepalanya, ia bisa menemukan wajah Samantha, kakaknya yang sedang terlelap di sofa tidak jauh darinya.
"Kau sudah bangun," sapa sebuah suara berat. Dan di sana, di bibir pintu berdiri sosok pria yang rasa-rasanya berada di daftar pria paling atas nomor dua yang tidak ingin ia temui. Tentu saja daftar teratas masih ditempati oleh pria Rodriguez itu.
"Aku tidak tahu apa yang terjadi, tetapi Cia menghubungiku dan mengancamku agar bisa menemukanmu," Logan tersenyum miring. Berjalan mendekati Amanda yang saat ini berusaha duduk dan bersandar di kepala ranjang.
"Benar saja yang kutemukan. Kau terlihat mengerikan saat itu."
Amanda tetap bungkam. Tatapannya menyelidik kepada Logan alih-alih yang seharusnya ia katakan adalah terima kasih.
"Aku tahu kau tidak akan mengucapkan terima kasih. Bukankah apa yang terjadi di antara kita sungguh mengesankan?" tanyanya lagi.
"Terima kasih," gumam Amanda yang membuat Logan terkekeh.
"Well, menakjubkan ketika tahu bahwa kau bisa berbicara," kekehnya lagi. Dalam keadaan seperti ini, sosok Logan yang seorang playboy seolah menguap. Dan meski di sudut otaknya Amanda tahu bahwa sikap seperti inilah yang membuat para wanita rela melemparkan dirinya kepadanya, nyatanya Amanda juga tidak keberadaan dengan kemurahan hati Logan.
"Dokter menjelaskan keadaanmu kepada kakakmu. Ponselmu berdering seharian dan aku terpaksa mengangkatnya. Tetapi syukurlah itu terjadi karena aku harus pergi," katanya lagi. Ia lalu bangkit. Melirik jam tangannya dan mengulas senyum miringnya.
"Cepatlah sembuh," pamit Logan sebelum ia berjalan keluar tanpa sekali pun menoleh ke belakang.
Amanda lalu menemukan segelas air di samping nakas tempat tidurnya dan meneguknya hingga habis. Beberapa saat kemudian, Samantha terbangun dan segera bergegas menuju Amanda.
"Ammy, syukurlah kau sudah bangun." Ia memeluk Amanda. Sementara matanya terlihat khawatir.
"Aku sedang berada di New York dan ingin bertemu denganmu. Merasa terkejut ketika seorang pria yang mengangkatnya dan menjelaskan di mana kau berada," jelasnya panjang lebar.
"Apa kau baik-baik saja? Bagaimana perasaanmu?" tanyanya lagi dengan khawatir.
Amanda mengulas senyum tipis. Tidak yakin bahwa dirinya bisa menceritakan mengenai Rodriguez dan respon tubuhnya karena mendengar namanya. Dengan keberadaan Samantha di sini, ia yakin bahwa Sam yang meledak-ledak pasti akan mendatangi keluarga itu. Itu terlalu berbahaya untuknya.
"Apa yang dokter katakan, Sam?"
Sam menghela napas panjang. "Dokter bilang kau kelelahan dan stres. Dan pria yang mengantarmu meminta maaf karena bisa saja itu disebabkan oleh pekerjaanmu. Pria itu..." Sam menjedanya sejenak. "Dia... Bosmu? Apa kau baik-baik saja?"
Amanda mengangguk. "Aku baik-baik saja, Sam. Aku sudah baik-baik saja."
"Kau harus mengatakan jika ada sesuatu yang menganggumu, Ammy. Kau tahu bahwa kau tidak sendirian. Kau bahkan bisa kembali ke Atlanta jika memang kehidupan New York tidak cocok untukmu," racaunya.
"Sam... Aku baik-baik saja."
Sam mencebik. Tetapi tetap menerima apa yang adiknya katakan.
"Aku akan berada di sini untuk berapa waktu lama, Ammy. Kau tidak keberatan jika aku tinggal di tempatmu?" tanyanya yang tentu saja disetujui oleh Amanda. Namun jika begitu, ia tidak bisa menghindar terlalu lama dari pekerjaannya dan menghindari Marcia. Atau hal itu akan memancing kecurigaan Samantha.
Apa yang sebaiknya dirinya lakukan?
***
![](https://img.wattpad.com/cover/110475382-288-k723719.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Trapped
RomanceLogan Heathman selalu mendapat apa yang ia inginkan. Pria arogan, mendominasi dan sukses yang selalu dengan mudah menakhlukkan para wanita. Lalu datanglah Amanda Morris. Gadis yang dirinya yakin, berpura-pura lugu hanya untuk mendapatkan perhatian d...