"Maafkan aku Jihoon-ah..."
"Aku tidak berguna hyung...."
Tangisan Jihoon semakin keras, Jungkook memeluknya, memeluk tubuh adiknya. Seokjin tidak bisa berkata apapun, begitu juga dengan Yoongi.
"Bagaimana Jihyo? Apa kondisinya lebih baik?" Hoseok langsung menanyai Jimin yang baru saja menjenguk Jihyo yang masih belum sadar
"Tidak ada perubahan, dia belum sadar. Seokjin hyung kemana?"
"Dia bersama Jihoon.. Setelah kejadian tadi, Jihoon mengalami banyak tekanan. Bahkan dia tidak berhenti menangis, Seokjin hyung yang langsung menemaninya"
Hoseok menjelaskannya. Setelah kejadian tadi, yang lain baru saja pulang dan terkejut kenapa rumah begitu sepi. Pelayan pun memberitahu dimana yang lainnya. Mereka ke lantai bawah, ke ruangan Seokjin. Betapa terkejutnya mereka mendapati Jihoon yang berteriak dan menangis dan mendapati Jihyo yang tidak sadarkan diri.
Banyak sekali pertanyaan yang bermunculan di kepala Hoseok, Jimin, Taehyung dan Namjoon saat itu. Tapi mereka lebih memilih diam, karena situasi belum mereda. Pada akhirnya Jungkook lah yang menceritakan kejadian sebenarnya."Jihoon-ah kau selama ini tertekan, hm? Maafkan kami semua.. Seharusnya kau mengatakannya pada kami semua, Jihyo memang melarangmu tapi lihatlah? Tidak ada berdampak apa-apa bukan. Kekhawatiran Jihyo hanya semata kau tidak perlu takut hal itu" Seokjin mengusap pelan pundak Jihoon yang duduk di sampingnya. Tangisannya berhenti sejak tadi, tapi raut wajahnya tidak bisa ditebak. Datar.
"Maafkan kelakuan kami semua yang sudah membuatmu seperti ini. Kau tahu? Hyung sangat terkejut ketika mengetahui semuanya tadi.. Lain kali jangan kau simpan sendiri, katakan pada kami apapun yang terjadi. Ini demi keselamatan kita semua bukan? Mulai sekarang dan seterusnya kita harus berhati-hati, kita tidak bisa menebak apa yang ada dipikiran pembunuh itu bukan? Dan dalang dari semua ini harus segera dicari"
Jihoon hanya mengangguk mengiyakan penjelasan Seokjin. Pikirannya sekarang sangat kalut, pikirannya terus saja tertuju pada Jihyo yang tidak kunjung sadar
"Hyung.. Aku baru ingat sekarang. Di botol minuman itu terdapat kode pembunuh itu"
"Apa?! Kau membuangnya?" Yoongi langsung berdiri dari duduk nya dan mendekati Jihoon
"Ada di tas sekolahku.."
"Bagus.. Untung kau tidak membuangnya. Aku akan mengecek botolnya dan kandungan lain di dalam minumannya"
"Kau ganti baju sana.. Badanmu berkeringat"
"Nanti saja hyung.. Aku mau menemui Jihyo"
Seokjin menahan tangan Jihoon melarangnya pergi "Jihyo tidak akan suka melihatmu dalam keadaan kacau begini. Ganti baju dulu"
"Ingat perkataanku jangan ambil hal yang beresiko" Seokjin tersenyum sebelum meninggalkan Yoongi dan Jihoon di kamar Jihoon. Dia harus ke lantai bawah mengecek keadaan Jihyo.
"Kau terkejut tadi? Hyung minta maaf aku terlalu emosi tadi" Jihoon terkejut, Yoongi meminta maaf padanya.. Padahal kejadian tadi bukan sepenuhnya salah Yoongi
"Tidak hyung.. Kau tidak salah, tadi hal wajar bukan, tidak apa-apa..." Yoongi hanya menganggukkan kepalanya dan menepuk pundak Jihoon "sudahlah ganti baju sana, lalu temui Jihyo." Jihoon hanya mengangguk menatap punggung Yoongi yang meninggalkan kamarnya.
Jemari-jemari tangan Jihyo bergerak perlahan, nafasnya menjadi tidak teratur dan keringat pun membasahi wajahnya "haaahhhh......."
Seokjin yang memang sudah ada diruangan itu langsung mengecek kondisi Jihyo ketika Jihyo sadar "hei? Bagaimana keadaanmu lebih baik?" Jihyo bisa mendengar suara Seokjin. Jihyo hanya mengedipkan matanya sebagai jawaban
"Hyung dia sudah sadar?!" Jungkook benar-benar senang ketika Jihyo sadar. Semenjak kejadian tadi Jungkook tidak meninggalkan ruangan ini, Jungkook setia menunggu Jihyo sampai sadar. Jungkook khawatir akan sesuatu yang terjadi pada Jihyo. Dan sekarang lihatlah, raut wajah Jungkook berubah ketika Jihyo tersadar. Perasaan khawatirnya berubah menjadi senang.
"Syukurlah kau sudah sadar.. Nafasmu masih tidak enak ya?" Seokjin bertanya lembut pada Jihyo dan menghapus keringat Jihyo dengan tissue
"S..sudah.. M...mem..membaik....." perkataan Jihyo terpotong-potong karena susahnya berbicara, kerongkongannya seperti kering.
"Ini minumlah dulu" Namjoon memberi botol air minum yang sudah berisi sedotan dan memberikannya pada Jihyo. Jihyo menghisapnya seperti biasa
BRAK
"Jihyo kau sudah sadar?!"
"Jihoon-ah pelan-pelan.. Kau akan mencelakai dirimu sendiri dan merusak pintu itu"
Jihoon hanya menggaruk tengkuknya ketika Hoseok menegurnya yang datang secara tiba-tiba dan membuka pintu tidak sabaran
"Apa kau lebih baik? Apa ada yang sakit? Dimana?" beginilah Jihoon selalu menjadi lelaki cerewet ketika berurusan dengan Jihyo. Mulutnya seperti sudah didesain seperti perempuan ketika cerewetnya datang. Dari balik masker oksigen Jihyo hanya bisa menampilkan senyumnya
"Sebentar, aku akan mengganti masker oksigennya dengan selang" Seokjin melepas perlahan masker oksigen Jihyo dan menggantinya dengan selang oksigen yang tipis.
"Aku mau keluar"
Hening.
Tiga kata yang baru saja Jihyo lontarkan.
"Tidak! Disini saja sampai keadaanmu membaik" - Seokjin
"Jangan minta yang aneh-aneh.. Disini sama saja" - Yoongi
"Jangan membantah. Kau akan cepat sembuh kalau disini" - Jungkook
"Hyung lebih baik pasangkan masker oksigen saja, kalau ternyata dia meminta seperti ini" - Taehyung
"Jihyo disini saja, disini lebih baik dari di kamarmu" - Jimin
Jihyo mendengus malas, semua kakaknya kembali lagi seperti ini "Aku tidak betah disini, diluar saja hm? Oppa?"
"Hyung jangan terkecoh dengannya" Jihoon menyadarkan Seokjin yang hendak saja mengatakan 'baiklah' pada Jihyo. Seokjin memang tidak bisa melihat wajah memelas adik-adiknya terutama Jihyo
"Disini saja, kau mau apa nanti mereka yang membawakannya untukmu" Jihyo menggeleng cepat dengan usulan yang Yoongi lontarkan. Andaikan Jihyo sedang sehat, Yoongi pasti sudah menjitak kepalanya
"Ayolah.. Diluar saja, disini tidak menyenangkan putih semua. Aku tidak suka"
"Jihyo menurutlah.."
"Tidak mau.. Aku mau diluar saja, ayolah.. Boleh ya boleh"
Hoseok menghela nafasnya, Seokjin tetap tidak bergeming menatap Jihyo. Bahkan tatapan tajam Yoongi pun tidak di hiraukan oleh Jihyo
"Baiklah.. Ayo keluar dari sini, oppa akan menggendongmu" Perkataan singkat Hoseok berhasil membuat senyuman Jihyo mengembang, Hoseok lah kakak yang selalu menuruti keinginannya. Apapun yang Jihyo inginkan kalau yang lain tidak setuju, hanya Hoseok lah yang mengabulkannya
"Hoseok-ah.. Dia baru saja sadar"
"Hyung percayalah.. Kondisinya sudah lebih baik, nafasnya sudah teratur" Hoseok berusaha meyakinkan Seokjin, percuma saja kalau Hoseok mengijinkan tetapi Seokjin tidak. Itu sama saja percuma, semua kembali lagi pada Seokjin.
Seokjin menghela nafasnya kasar dan menatap gemas Jihyo "Baiklah.. Kau sudah cerewet begini, aku rasa sudah lebih baik" Seokjin menghela nafasnya lagi, dan lihat saja wajah Jihyo yang semakin menampilkan senyumannya. Seokjin melepas alat-alat yang terpasang di tubuh Jihyo, Jihyo duduk di bantu dengan Hoseok yang bersiap untuk menggendongnya.
"Oppa piggyback saja" Hoseok membalikkan badannya, perlahan tangan Jihyo mulai mengalungi leher Hoseok dan mendekatkan tubuhnya pada Hoseok dibantu Namjoon. Hoseok berdiri ketika di rasa Jihyo sudah pas berada di punggungnya
Hoseok meninggalkan yang lainnya diruangan itu dan pergi duluan bersama Jihyo ke ruang tengah
"Lihat saja ekspresi senangnya... Ckckck" Jimin mendengus malas dengan kelakuan Jihyo yang tidak penurut. Tapi bagaimanapun mereka semua akan dengan senang hati mengiyakan apa mau sang adik.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Brother - BTS Ft Park Jihoon
FanfictionKebanyakan orang bilang saudara itu segalanya, keluarga itu utamanya, tolong menolong itu sudah kodratnya. Nyawa di bayar nyawa, darah di bayar darah, luka di bayar luka. Apalagi ketika kita memiliki saudara kembar, ikatan batin akan sangat kuat. Ti...