Twenty Eight

1.3K 127 4
                                    

"Nanti kuhubungi jika aku sudah pulang"

"Aku tidak janji akan menjemputmu hari ini, nanti aku akan minta Namjoon menjemputmu"

Jihoon menghela nafasnya panjang "Tadi pagi siapa yang bersikeras antar jemputku hari ini huh"

Seokjin tertawa pelan, bisa-bisanya Jihoon merajuk padanya. Anak itu tidak sadar sekarang dia bukan bocah berumur lima tahun lagi. "Akan kuusahakan, jika operasi hari ini akan cepat selesai"

"Terserah."

Singkat padat dan sangat jelas, Jihoon meninggalkan Seokjin begitu saja tanpa pamit. Seokjin hanya tertawa pelan, adiknya benar-benar merajuk padanya. Sebenarnya salahkan dirinya juga ah tidak, Jihoon tadi malam sedikit bandel ditambah pagi ini.

Hanya masalah kecil yang terlalu dibesar-besarkan oleh Jihoon. Jihoon malam tadi menghabiskan waktunya dengan menonton film bersama Jungkook. Karena Jungkook baru saja membeli banyak film baru. Dan menghabiskan waktu mereka menonton diruang TV, bisa dikatakan bioskop dalam rumah, yang terletak di salah satu ruangan rumah mereka. Sebenarnya baru saja dibuat, karena Jungkook membeli Layar cinema, projector serta speaker dengan uangnya. Ruangan di dekorasi menjadi kedap suara, serta ditambah lampu-lampu yang benar-benar seperti bioskop pada umumnya.

Itu tidak masalah bagi Seokjin dan yang lainnya, mau mereka menonton sampai tertidur pun tidak masalah. Masalahnya adalah waktunya sangat tidak tepat. Jihoon menonton sampai subuh dan bahkan dia harus masuk kelas pagi jam sembilan. Terjadilah hal bujuk membujuk dan tolak menolak antara Seokjin dan Jihoon.




"Hoi.. Tumben sekali aku tidak melihat pancaran warna lain darimu? Hari ini gelap, ada apa?"

Jihoon hanya menghela nafasnya ketika Daniel menghampirinya "Tidak apa hyung.."

"Sudahlah.. Kau masuk pagi bukan? Tenang saja kelasmu hari ini dijamin akan sangat menarik" Daniel merangkul pundak Jihoon dan berjalan bersama "Apa menariknya..."

"Karena aku yang akan melatih kelasmu"

"Benarkah?! Jadi tidak ada pelatih yang biasanya?" Kali ini giliran Daniel yang menatap Jihoon yang terlihat antusias, tidak ada lagi wajah masamnya tadi. "Tentu saja! Tapi kenapa kau bersemangat seperti ini?"

"Tentu saja, kalau hyung yang melatih aku bisa beristirahat sebentar. Tidak bisa kalau dengan pelatih yang biasanya pasti akan terkena omelannya."

"Ya! Kau tidak bisa seenaknya jika aku yang melatih, tidak boleh malas Kim"

"Hyung mengertilah.. Aku tidur hanya tiga jam tahu.."

Daniel tetap tidak goyah pada wajah memelas Jihoon. Mati-matian dirinya untuk tidak mencubit kedua pipi lelaki itu. Jihoon terlalu manis jika harus memelas didepannya seperti ini.

"Tetap tidak bisa.."

Jihoon melepas rangkulan dari pundaknya dan sedikit menjauh dari Daniel "Apa hyung? Aku tidak bisa mendengarnya?"

"Tidak Kim.."

"Apa?! Kau mengatakan iya?! Terima kasih hyung!!!!!" Jihoon buru-buru berlari meninggalkan Daniel sebelum dirinya terkena omelan dari Daniel. Menjahili senior sekali-kali tidak masalah bukan.









Sejak tadi dirinya sudah terlalu lama berpose didepan kamera, entah kapan waktu selesainya Hyerin tidak tahu. Kali ini Hyerin melakukan pemotretan panggilannya, seperti biasa jika ada salah satu online shop yang ingin memintanya menjadi model mereka maka ia harus memenuhinya. Karena memang selain dirinya bekerja sampingan, dia juga menjadi model panggilan. Hyerin sengaja tidak menjadi model tetap, ia tidak mau waktunya terlalu banyak menjadi model saja. Kuliahnya bagaimana? Ia harus segera menamatkan sarjananya dulu.

My Brother - BTS Ft Park JihoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang