"Berhentilah memasang wajah cemberut seperti itu" Daniel mendengus kesal ketika mengetahui bahwa Hyerin tidak ingin dijenguk olehnya. Sahabat macam apa itu? "Kau tidak senang aku menjengukmu? Kalau begitu aku pulang"
"Jangan.."
Kembali Daniel menghela nafasnya panjang, apasih maunya gadis ini "Lihat? Kau tidak suka aku datang tapi kau melarangku pulang? Jika kau tidak sedang sakit, akan kucincang kau!"
"Ya!! Kau tidak boleh seperti itu padaku! Aku sedang sakit!"
Klek.
Pintu kamar rawatnya terbuka, menampilkan lelaki yang tidak diketahui namanya. Dia berambut dark brown mungkin..
"Astaga! Kenapa kalian malah bertegkar?"
"Maaf apa terdengar sampai luar?" Daniel membalikkan badannya dan menatap Jimin yang berdiri di ambang pintu. Ya itu Jimin. "Tentu saja, Ha Hyerin jangan berteriak kau itu masih sakit"
Hyerin hanya menatap datar Jimin, sedangkan Jimin merasa ada yang salah disini "Kau siapa?"
"Kau melupakan namaku lagi, baru beberapa menit yang lalu kau menyebut namaku tahu!"
"Jim?"
PLAK
"DANIEL!!!"
"Ya!! Kau tidak sopan memanggilnya seperti itu!"
"Tapi tidak dengan memukulku juga!"
Jimin kembali menghela nafasnya panjang, cukup lelah dengan keduanya yang selalu bertengkar. "Berhentilah berteriak dan bertengkar. Ini rumah sakit.. Hyerin kakakmu diluar, kau ingin kena marah olehnya? Jika ingin lanjutkan saja"
"Baiklah.. Aku akan diam, tapi? Jimin-ssi? Bisakah tolong panggilkan kakakku?"
"Kau tadi memangilku hanya Jimin, dan sekarang kau sopan padaku. Kau luar biasa Ha Hyerin"
"Begitukah? Aku tidak ingat" Hyerin mengerjapkan kedua matanya. Percayalah itu bohong. Hanya alasan kecil yang sengaja ia buat supaya terlihat lebih baik didepan Jimin sehingga Jimin tidak akan mengomelinya lagi. "Kau itu tidak pandai berbohong, jadi jangan macam-macam" Daniel menyenggol lengannya, Hyerin hanya memberikan cengiran diwajahnya.
"Sebentar akan kupanggilkan"
"Kau mengenal mereka Niel-ah?" Tanya Hyerin setelah melihat Jimin sudah keluar dari kamar rawatnya "Seharusnya aku yang bertanya dan kau yang menjawab, bukan kau yang menanyaiku"
"Ah maafkan aku! Entah kenapa setelah aku sadar tadi tidak bisa fokus pada pemikiran kepalaku"
"Ada apa? Apa ada yang sakit?" Daniel mengambil kursi didekatnya dan menariknya mendekati ranjang Hyerin. "Tidak ada yang sakit sungguh, aku merasa baik-baik saja. Tapi entah kenapa aku dirawat disini"
"Apa benar? Tapi di kantin tadi kau menjerit kesakitan, kau kenapa?"
"Aku juga tidak tahu kenapa, tapi setelah melihat Jihoon semuanya jadi begitu. Dadaku sangat sakit dan nyeri. Kau tahu rasanya seperti apa?" Daniel menggelengkan kepalanya "Seperti perasaan yang sangat dalam dan perasaan itu muncul kembali tapi kita tidak bisa mengingat apa itu. Dadaku terasa sesak sekali, dan setelahnya airmata menetes aku tidak tahu kenapa. Yang jelas itu sangat sakit"
"Kau sebelumnya tidak pernah seperti ini..."
"Ya kau benar.. Tapi entah kenapa ketika aku melihat Jihoon, perasaan didadaku bergemuruh meminta untuk mengeluarkan semuanya, tapi percayalah aku tidak mengingat apapun. Aku baru bertemu dengannya hari ini, kau tahu itu"
Daniel hanya bisa menatap bingung Hyerin, sungguh Daniel tidak mengerti apa yang sebenarnya terjadi. Hyerin kesakitan, pingsan, dirawat, dan banyak sekali lelaki di kamar rawatnya ketika ia datang. "Niel-ah.. Kau mau tahu sesuatu?"
"Apa? Katakan?" Daniel menatap Hyerin dengan tatapan menuntun penjelasan berlebih, terlalu penasaran apa yang akan sahabatnya itu katakan "Semua lelaki yang kau lihat di kamar rawatku? Semuanya adalah lelaki yang ada di mimpiku sela-------"
"Hyerin-ah ada apa memanggilku?"
Sungwoo masuk dengan santainya ketika Hyerin tengah berbicara serius pada Daniel. Ingin sekali rasanya melempari kakaknya dengan benda apapun itu, karena tidak mengetok pintu terlebih dahulu.
"Oppa! Bikin kaget saja!!"
"Maaf.. Maaf aku terlalu cemas jadi buru-buru keika Jimin berkata kau memanggilku"
"Aku sedang berbicara serius dengan Daniel tadi!" Sungwoon menghampiri adiknya yang masih mendengus kesal di tempatnya, dirinya hanya tertawa pelan "Maaf.. Maafkan aku.. Ada apa hm? Mau sesuatu?"
"Nanti kita lanjutkan saja, aku ke cafetaria sebentar. Kau mau apa?"
"Jangan, kau tidak perlu memebelikannya apa-apa. Dia nasih tidak diijinkan makan sembarangan.."
"Ah begitu? Ya sudah kalau begitu.. Aku keluar dulu hyung"
"Niel-ah.. Disini banyak makanan, kenapa tidak dimakan daripada kau beli lagi.. Ambil saja" Sungwoon menunjukkan beberapa plastik makanan yang terletak di meja serta beberapa minuman "Ah aku sudah memakannya hyung.. Aku hanya ingin membeli Americano"
"Ah baiklah kalau begitu.." ------- "Mau sesuatu?"
"Oppa, aku ingin ke toilet"
"Ya Tuhan.. Ha Hyerin! Aku pikir kenapa.. Kenapa tidak panggil suster saja" Sungwoon menghela nafasnya panjang, merasa sedikit idiot. Dirinya sudah berfikiran kemana-mana ketika adiknya mencarinya tadi.. Adiknya jika seperti ini benar-benar menyebalkan sungguh "Tanganku tidak sampai lihat?"
"Haah~ kenapa tidak mengatakannya pada Daniel tadi, dia bisa melakukannya"
"Aih oppa cepatlah! Aku ingin ke toilet sejak tadi" Sungwoon menghela nafasnya lagi, dan membantu Hyerin untuk duduk dari tidurnya. Dengan perlahan menuntun Hyerin berdiri bersama selang infusnya "Oppa! Aku baik-baik saja! Tidak sakit parah tahu!"
KAMU SEDANG MEMBACA
My Brother - BTS Ft Park Jihoon
FanfictionKebanyakan orang bilang saudara itu segalanya, keluarga itu utamanya, tolong menolong itu sudah kodratnya. Nyawa di bayar nyawa, darah di bayar darah, luka di bayar luka. Apalagi ketika kita memiliki saudara kembar, ikatan batin akan sangat kuat. Ti...