Untung saja jadwal kerja Dyo hari ini sudah selesai semua saat Minhee menelepon. Dyo buru-buru mengganti pakaian operasinya dengan kemeja yang ia gunakan saat datang ke rumah sakit tadi pagi lalu melangkahkan kakinya cepat ke parkiran mobil untuk menyusul Minhee di cafe.
.
.Dyo menemukan Minhee duduk sendirian di sudut cafe ditemani dengan secangkir cokelat yang sudah dingin tak tersentuh.
Dyo menarik kursi tepat di depan si penunggu, membuat wanita di sebrangnya itu mengadahkan kepalanya, menengok kehadapannya namun lalu kembali menunduk menatapi cangkir putih di meja itu.
"Udah lama ya nunggunya?" Dyo membuka pembicaraan
"Oh.. um.." Minhee sendiri kehilangan perhitungan waktu, ia begitu tenggelam dalam pikirannya --bukan pikirannya, namun perasaan-- dadanya merasakan hal yang tak mengenakkan, rasanya pilu seperti sedang merindu; sakit seperti patah hati; padahal Minhee tidak sedang merasa rindu ataupun patah hati
Melihat Minhee yang tidak dalam mood, Dyo memutuskan untuk langsung menuju poinnya "Kamu mau ngomong apa, dek?" Tanyanya pelan
Dalam hati Dyo ada rasa takut mendalam 'apa dia mau cerai?' terbesit dalam otaknya, namun langsung ia buang jauh-jauh pikiran negatif itu
"Mas" panggil Minhee pelan "aku besok udah ga kerja di rumah sakit lagi" lanjutnya
Mendengar kenyataan Minhee tidak meminta cerai, Dyo melepas nafas kencang karena lega hatinya "Syukurlah.." kata Dyo refleks
Mata Minhee melotot tak percaya, wajahnya panas penuh amarah namun ia tahan "Kok malah seneng, Mas? Segitu gak sukanya sama aku?!"
"BUKAAAN.." jawab Dyo panik "Bukan gitu, dek.."
"Terus?" Minhee masih berusaha menahan amarahnya
Dyo terdiam sejenak, bingung mau menjawab apa. Kalau ia jujur, takut menanggung malu karena cintanya yang bertepuk sebelah tangan. Namun kalau tidak jujur, ia harus berbohong apa.
"... Saya takut kamu minta cerai, Dek" Dyo menundukkan kepalanya malu
Rona amarah di wajah Minhee berubah menjadi merah manis tersipu. Ada perasaan bahwa Dyo tak ingin melepaskan Minhee.
"Aku balik ke kantor, Mas" ucap Minhee setelah berdiam cukup lama "Gantiin Bang Umin" lanjutnya
Dyo, yang telah mereda rasa malunya, mengangkat kepalanya menatap Minhee "Terus?" Tanya nya
Minhee terdiam. Jawaban acuh yang 'sudah diduga' oleh Minhee itu secara mengejutkan menyakitkan hatinya.
'ngapain juga aku cerita ke Mas Dyo, toh dia ga peduli juga, kan' pikirnya dalam hati
"Aku juga enggak tahu kenapa, tapi rasanya kamu harus tau aja, Mas" jawabnya sedikit terdengar kesal
"Kamu kenapa kayak kecewa gitu, Dek?" Tanya Dyo "Takut ditinggal Chanyeol?" Sindirnya dengan hati-hati
Minhee terkejut, "Ya enggak lah. Mas, aku sama Chanyeol oppa itu enggak ada apa-apa!" Tanpa sadar Minhee menaikkan suaranya
"Jadi kamu takutnya kalo jauh dari saya?" Dyo menaikkan satu alisnya menekuk senyumnya nakal
-cc-
KAMU SEDANG MEMBACA
Never be Us || dks
FanfictionSemua berawal dari "We do" Judul ama isi belum tentu sinkron //har har// ⚠bahasa amburegul, bisa jadi ada typo⚠