Jantung Minhee meninju kencang, otaknya mengisyaratkan bahwa yang dicurigai Dyo itu benar
Dyo sadar akan keterkejutan Minhee menandakan tebakannya itu benar, "Kita masih serumah kok, Dek"
'oho, kamu suka sama saya beneran, Dek' pikir Dyo
"I..ih, si..si..siapa yang takut?" Jawab Minhee gelagapan, entah mengapa secara refleks Minhee berbohong. Dalam hati Minhee ada rasa kelegaan mengingat mereka masih tinggal bersama
"Ohh... Enggak takut ya.." Dyo tahu betul barusan Minhee berbohong, ia hanya menggut-manggut berpura-pura percaya
***
"Mas, ngapain ke supermarket?" Setelah pergi dari cafe, bukannya pulang Dyo mengarahkan stirnya ke supermarket dekat rumah mereka
"Besok kan sabtu, kamu masak ya" jawabnya tetap memandang lurus sambil mendorong kereta belanja
"Tapi kan aku gak bisa masak, Mas" Minhee berusaha menyetop kereta yang didorong Dyo, namun Dyo tetap terus mendorong dan tak memerdulikan ucapan Minhee
***
Minhee mengikat sebagian rambutnya yg pendek itu agar tak menutupi wajahnya, ia telah menggunakan celemek hitam polos dan menggulung lengan bajunya hingga ia seperti menggunakan kaus tanpa lengan. "Aku siap!" Minhee menyemangati dirinya sendiri
Seperti yang diminta Dyo, hari ini ia akan memasak ayam pedas dengan lumuran madu sebagai pemanis. Ia telah menghapal resep dan tutorial memasaknya dari internet semalam.
"Wah~ udah siap ya" Dyo tiba-tiba berjalan melewati dapur untuk mengambil minum, ia baru saja bangun dari tidurnya, rambutnya pun masih seperti sarang burung
"Mas Dyo hari ini santai aja, gausah bantu aku. Aku udah fully prepared!" Kata Minhee
"Baguslah. Akhirnya jadi istri beneran kamu, dek" Dyo lalu menegak airnya dan berjalan kembali ke kamar
Minhee menghiraukan sindiran Dyo lalu kembali menatap bahan-bahan yang telah ia siapkan "Minhee-ya, Fighting!"
.
.Minhee berjalan menuju kamarnya dan Dyo, namun setelah ia membuka kamar itu ia tidak menemukan seseorangpun. Minhee kembaku mencari Dyo ke ruang 'perpustakaan' dimana buku-buku kedokteran Dyo disimpan, dan benar saja Dyo sedang membaca buku tebal di meja bacanya.
Minhee mendekati Dyo yang masi tak menyadari kedatangannya laku mengetuk meja kayu yang digunakan Dyo membuat Dyo mengadahkan kepalanya untuk melihat Minhee "Mas, makanannya udah jadi~" Minhee tersenyum manis kepada Dyo
.
"Gimana?" Tanya Minhee penasaran
"Enak" jawab Dyo singkat lalu lanjut mengunyah dengan mantap
"YEEEHEEEE" Sorak Minhee, Dyo tersenyum melihatnya. Sadar ia diperhatikan, Minhee refleks diam, lalu menunduk. Merasakan panas di wajahnya, ia berani bertaruh wajahnya kini sudah seperti kepiting rebus. Dyo hanya tertawa kecil melihat tingkah laku Minhee.
"Ekhm... Mas," Minhee memanggil Dyo setwlah merasa pipinya tidak lagi panas
"Hmm?" Dyo masih serius mengunyah
"Kemaren, mas kenapa gak bales SMS ku?" Tanya Minhee pelan
Dyo terdiam, bahkan ia berhenti mengunyah "Tadinya saya mau bales,"
"Terus?"
"Tapi saya lihat kamu kayaknya lagi pacaran ama si Chanyeol, jadi saya takut ganggu" Ada perasaan sakit saat Dyo mengingat hari itu
"Aku gak pacaran sama Chanyeol oppa, Mas!" Bantah Minhee menaikkan sedikit suaranya, "Aku nyariin kamu tau, Mas... Aku tuh ke kantin karna--" Minhee berhenti seketika, lalu memelankan suaranya sampai hampir tak terdengar "Mau lihat kamu, Mas" Minhee kembali menunduk. Di sisi lain hati Dyo berpacu 2x lebih cepat, wajahnya memampangkan rona merah.
"Mas, kayaknya aku harus ke dokter jantung" kata Minhee tiba-tiba sambil menekan dadanya sendiri, membuat Dyo terkejut dan ikut panik
"Kamu kenapa, Dek?!" Dyo buru-buru membersihkan tangan dan mulutnya lalu mendekati Minhee
"JANGAN DEKET-DEKET!!" Minhee mengulurkan sebelah tangannya menandakan Dyo agar tidak mendekat dan tangan yang satunya memegangi dadanya sendiri
"Kamu kenapa, Dek?!" Pertanyaan yang sama terulang dari Dyo namun dengan nada yang lebih panik
-cc-
KAMU SEDANG MEMBACA
Never be Us || dks
FanfictionSemua berawal dari "We do" Judul ama isi belum tentu sinkron //har har// ⚠bahasa amburegul, bisa jadi ada typo⚠