Sudah hampir seminggu ini sarapan Dyo adalah ocehan Minhee. Hampir seminggu pula ia makan malam dengan mengajari Minhee memasak. Sampai terkadang ia bingung 'yang harusnya jadi istri tuh siapa, sih?'
Hari ini hari minggu. Hari terakhir Minhee berlaku seperti istri pada umumnya. Ya, walaupun sebenarnya ia bukan 'berlaku' tapi 'belajar'
Banyak hal yang telah Minhee pelajari selama seminggu ini. Mulai dari cara menggunakan mesin cuci, mengepel lantai, sampai memasak. Ia mulai sadar bahwa menikah--maksudnya menjadi istri-- itu bukan hal mudah
Selama ini yang Minhee lakukan hanyalah bekerja di ruangan ber-AC ditemani dengan tumpukan kertas dan sinar komputer
Sudah 3 bulan Minhee bekerja di rumah sakit sebagai duta supplier obat di tempat Dyo bekerja itu. Sebelumnya ia bekerja di kantornya yang dikepalai oleh kakaknya sendiri, Kim Minseok, atau yang sering ia panggil bang Umin. Minhee pindah karena supply obat di rumah sakit tempatnya sekarang bekerja terus meningkat.
.
.
."Mas, mau makan apa?" Tanya Minhee kepada suaminya yang sedang memainkan hp nya di sofa ruang tengah
"Kamu mau masak, dek?" Tanya Dyo balik tanpa mengalihkan pandangannya dari hp nya
"Iya lahh... Hari terakhir nih, mass... Besok udah kerja~ aaaaahhh kangen kerja" Minhee memeluk kencang bantal sofa seakan bantal itu adalah kerjaannya
"Udah hari terakhir, ya? Akhirnya~" Dyo sengaja menegaskan kata terakhir untuk menggoda Minhee
"Kok gitu sih, mas? Kayaknya tersiksa banget aku jadi istri" Minhee memukul Dyo dengan bantal sofa membuat hp Dyo jatuh
"Eh, sorry mas" kata Minhee santai
"Saya makan apa aja, asal edible" Dyo mengembalikan topik pembicaraan
"Ih, kok gitu sih mas.. emang masakanku seburuk itu?" Tanya Minhee kini sedikit tersinggung
"Yaa gimana ya.. waktu hari senin di telor gulungnya saya kayak makan cangkangnya doang. Trus selasa nasinya masih setengah beras. Rabu dagingnya mentah. Eh kamisnya dagingnya gosong, trus jumat--"
"Enough, mas.. aku gausah masak lagi ajalah.." Minhee menunduk kecewa
Dyo merasa bersalah telah terlalu jujur "Jangan gitu dong, dek.. saya ajarin lagi deh.. tapi ini terakhir ya.."
Minhee mengangkat wajahnya, menampakkan senyum berseri "Yeey!" Dyo pun ikut tersenyum
.
.
.Kalian berekpektasi adegan dapur romantis? No, not today
Baru 15 menit mereka di dapur, DYO sudah menyesal telah menawarkan Minhee untuk ia ajari lagi
Memang bukan Minhee namanya kalau tidak heboh..
'MASSS MINYAKNYA SEGIMANA'
'MAS AKU NYERAH AJALAH'
'EH GAK! AKU BISA!'
'MASS INI WORTELNYA KAPAN DI MASUKINNYA??'
'MAS INI KAPAN MATENGNYA??'dan sebagainya
"Ha~h" Dyo membuang nafas berat "Sulitnya hidup saya, ya tuhan.." bisik Dyo pada dirinya sendiri
"MASS INI IKANNYA GIMANA CARA BALIKNYA???!!" lagi-lagi Minhee berteriak, padahal Dyo ada di sebelahnya
Dyo langsung mengambil sodet ditangan istrinya lalu membalikkan ikan di penggorengan. Namun sayang saat Dyo membalikkan ikan tersebut, tangan Dyo terciprat minyak
"Ah!" Dyo sontak berteriak cepat dan tangannya sedikit loncat karena kaget, namun tetap tenang memegang sodet sampai ia kesampingkan sodetnya. Dyo lalu dengan gesit mengaliri tangannya dengan air di wastafel. Melihat hal itu Minhee dengan cepat berlari ka arah kulkas
"Sini mas tangannya" Minhee menarik tangan Dyo dari keran lalu mengompresnya
"Sakit ya, mas.. maaf ya.." Minhee sesekali meniup-niup tangan suaminya berharap cepat sembuh, membuat Dyo tersipu
"Dek, matiin kompor" kata Dyo santai
"OIYA!" dengan refleks Minhee melepas tangan Dyo dan kompresan dari genggamannya dan lari untuk mematikan kompor. Dyo hanya tertawa kecil melihat kelakuan istrinya yang ceroboh itu
-cc-
Panjang juga yah.. tapi cuma filler... wkwkwk hope u guys enjoyed it :3
Jangan lupa komenn ya guys.. saya ngerasa kalo gaada komen gatau perasaan kalian tentang cerita saya :"
Makasih buat read, komen, dan votenya guysss
-ai
KAMU SEDANG MEMBACA
Never be Us || dks
FanficSemua berawal dari "We do" Judul ama isi belum tentu sinkron //har har// ⚠bahasa amburegul, bisa jadi ada typo⚠