Dyo menceritakan kronologi hilangnya Minhee kepada kakak iparnya, "Abang tau Minhee biasanya kemana ga?" Dyo mengakhiri ceritanya dengan pertanyaan
Terdengar Minseok membuang napas, "Hm.. Minhee itu dari dulu jarang main-main keluar rumah. Kalo enggak di rumah pasti di kantor. Tahu sendiri kan Minhee hobi kerjanya kayak gimana"
'Oiya! Kantor lamanya!' pikir Dyo, "Makasih, bang.. saya nerusin cari Minhee dulu ya"
"Kalo udah ketemu, kabarin gue ya"
"Oke bang.." kemudian diputusnya telepon oleh Dyo. Ia menginjak pedal gas menuju kantor lamanya Minhee.
. .
"Bapak mau ngapain?" Tanya security yang menjaga pintu depan. Gedung kantor sudah gelap, hanya bersisa lampu lobby untuk menemani si security berjaga.
"Saya mau cari Bu Kim Minhee, apa beliau masih di sini?" Tanya Dyo sopan
"Oh.. ya.. tadi beliau sepertinya masih sibuk menata barangnya" jawab security, "Bapak siapa ya?" Tanya security yang bertugas itu
"Saya suaminya"
Security itu menyipitkan matanya menatap Dyo curiga, "Saya tidak pernah dengar Bu Minhee sudah menikah"
Dyo menepuk dahinya sendiri dalam pikirannya, ia lupa bahwa pernikahannya itu masih sebuah rahasia. Ia hendak berbohong mengaku bahwa ia adalah sepupunya, namun sudah terlambat, jika ia berbohong sekarang security tersebut akan lebih curiga kepadanya, "Iya, memang kami juga belum lama menikah, jadi mungkin Bapak belum dengar", Dyo kemudian menyodorkan ponselnya menunjukkan latar ponselnya yang memperlihatkan foto pernikahan mereka, "Ini buktinya, pak"
Security itu mengamati foto tersebut laku mengangguk mantap.
"Ruangan beliau di mana ya, pak?" Tanya Dyo sembari mengantongi ponselnya kembali
"Lantai paling atas, Pak. Mari saya antar"
Untung saja liftnya belum dimatikan karena Minhee masih di ruangannya, jadi Dyo dan security itu bisa dengan mudah ke lantai 5.
"Ini pak, ruangannya" kata security kepada Dyo setelah mereka sampai di depan pintu kayu jati besar yang dihiasi dengan kaca-kaca kecil
"Makasih pak" Dyo menundukkan kepalanya sedikit tanda terima kasih
"Ya, sama-sama pak. Saya duluan" kata security itu yang lalu meninggalkan Dyo di depan pintu besar itu
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Dari luar belum terlihat tanda-tanda keberadaan Minhee, namun setelah Dyo masuk lalu memutar badannya 90° ke kanan dapat ia temukan Minhee yang tertidur pulas di meja kerjanya.
Ada rasa tidak tega untuk membangunkan, namun Dyo tahu tidur dengan posisi demikian tidak baik untuk tulang punggung Minhee. Setelah menimbang-nimbang, Dyo memutuskan untuk membangunkan Minhee.
"Dek.." Dyo menepuk pelan lengan Minhee. Di luar bayangan Dyo, Minhee terperanjat dari tidurnya dengan kaget dan wajah yang takut.
"WAH!" Teriak Minhee membuat Dyo juga ikut terkejut, "Huft~" sadar akan kenyataan Minhee mengelus dadanya.
"Kenapa kamu, Dek?" Tanya Dyo
"Mimpi buruk" jawabnya singkat
Dyo mengelus punggung Minhee yang masih bernafas secara tak teratur. Setelah nafas Minhee mulai teratur Dyo mengajak Minhee pulang.
***
Sesampai di kasur Dyo langsung tertidur pulas, sedangkan Minhee malah tak bisa sama sekali menutup mata. Ia terngiang-ngiang dengan mimpinya tadi.
"Maaf, oppa.. aku enggak bisa nerima oppa"
"Terus selama ini aku dimata kamu apa?!" Chanyeol berjalan menjauhi Minhee
"Oppa mau ke mana??"
Latar yang tadinya di depan rumah sakit, berubah menjadi di lantai atap. Chanyeol berhenti setelah ia sampai di depan pagar setinggi perutnya, kemudian ia memanjat pagar itu dan mendudukinya, membelakangi Minhee.