Hari itu Minhee pulang lebih cepat dari biasanya, ia lelah bekerja 27 jam nonstop kemarin.
Minhee gontai berjalan ke kamarnya. Ia melempar pakaiannya kerjanya sembarangan, dalam hitungan detik ia tertidur di kasur dengan hanya pakaian dalam dan kaus dalam sutra tipis yang menutupi badannya.
***
Untung saja Dyo jadwal operasinya padat, kalau tidak dia akan terkurung di ruangan Hyein.
Hyein sangat manja terhadap Dyo, bahkan di sela-sela operasi Dyo. Ya, pasien VVIP mendapatkan nomor pribadi dokternya, sehingga setelah operasi minimal ada 3 panggilan tidak terjawab darinya.
Untuk dapat Dyo pulang pun adalah sebuah anugerah bagi Dyo. Saat Dyo akan pulang Hyein sempat berpura-pura sakit, namun saat Dyo mendatanginya Hyein ternyata hanya ingin mengobrol.
"Huft~ nyesel rasanya dapet pasien.." Dyo membuka pintu rumahnya untuk masuk, melihat tas Minhee tergeletak sembarangan di depan pintu.
Dyo mengerutkan alisnya bingung lalu mengambilnya. Ia lalu berjalan mendekati tangga menemukan blazer Minhee yang ia pilihkan tadi pagi.
"Aneh.. Minhee kan bukan orang yang berantakan" ia memungut blazer Minhee lalu berjalan menyusuri jalan ke kamarnya.
Semakin mendekati kamar, semakin penuh tangan Dyo oleh barang-barang Minhee. Sampai tepat 5 langkah di depan pintu kamarnya, tergeletak kemeja putih dan celana hitam panjang yang senada dengan blazer di tangan Dyo.
Tanpa pikir panjang Dyo menjatuhkan barang-barang Minhee di tangannya dan berlari mendobrak pintu kamarnya.
Melihat kamarnya rapi, dan tak ada orang asing, Dyo buru-buru membuka pintu kamar mandi, tetap tidak menemukan orang asing. Ia lalu menggeledah lemarinya dan lemari Minhee, namun nihil.
"Haish... Saya tuh mikir apa sih.." Dyo menutup lemarinya pelan, nafasnya mulai normal, dadanya tak lagi panas, warna merah api pun telah hilang dari wajahnya. Ia lalu berjalan mendekati Minhee yang tertidur pulas dengan pakaian seadanya.
"Kamu gak takut masuk angin apa, dek.." bisik Dyo pada dirinya sendiri. Ia ingin menyelimuti Minhee, namun karena Minhee tidur diatas selimut, Dyo akhirnya melipat selimut bagian lainnya untuk menutupi Minhee. Berujung Minhee seperti gulungan kimbap.
Dyo mengganti baju lalu keluar untuk merapikan barang-barang Minhee.
.
.Setelah merapikan barang Minhee, Dyo memutuskan untuk menonton TV. Tak lama ia menonton, Minhee datang dengan selimut yang masih melingkar di tubuhnya. Minhee duduk mendekati Dyo lalu menyandarkan kepalanya ke pundak lebar Dyo.
"I'm home" ucap Minhee, namun Dyo tak menjawab, "You know? Kalo di jepang ada ucapan saat kita pulang" ujar Minhee, Dyo hanya menyimak
"Pas pulang, orang yang baru pulang bilang 'tadaima~' artinya 'I'm home'.." Minhee duduk dengan benar laku menatap Dyo, Dyo pun akhirnya menatap balik, "Lalu orang yang di rumah harusnya menjawab 'okaeri~' artinya 'welcome home' atau sebaliknya"
"Kalau begitu, welcome home, dek"
"I'm home~" lalu Minhee kembali menyenderkan kepalanya ke pundak Dyo yang lalu disambut dengan rangkulan Dyo.
"Mas, besok Bang Umin balik"
"Oh ya? Mau di jemput?"
"Enggak usah.. aku cuma ngasih tau aja" jawab Minhee, "Mas.. aku--"
"Kangen?" Serobot Dyo
"Hah? Bukaan... Aku laper~ hehe" jawab Minhee jujur.
"Kecewa sih.." ucap Dyo bercanda.
"Tapi kangen juga koo.. hehe"
"Mau makan apa?" Tanya Dyo
"Lagi mau yang anget-anget.. hmmm jadi mau udon yang di depan kantor.. enaaak banget, mass.. kapan-kapan kita--"
"Yaudah sana beli aja sendiri" tiba-tiba Dyo berdiri dari sofa membuat Minhee kaget. Ia lalu berjalan menuju kamar.
'Mas Dyo kenapa?' pikir Minhee. Ia tak tahu kalau Dyo teringat tentang kebohongannya.
-cc-
KAMU SEDANG MEMBACA
Never be Us || dks
FanfictionSemua berawal dari "We do" Judul ama isi belum tentu sinkron //har har// ⚠bahasa amburegul, bisa jadi ada typo⚠