"kamu kenapa, Dek?!" Pertanyaan yang sama terulang dari Dyo namun dengan nada yang lebih panik
Minhee meremas dadanya, merakasan jantungnya semakin menjadi, ia berkeringat seakan dalam sauna. Minhee lalu berdiri dengan tatapan yg ia tundukkan "M..mas" panggilnya pelan
Dyo yang tengah bingung dan panik tak menjawab apapun, hanya memeperhatikan perilaku wanita yang memanggilnya itu, ia mengerutkan alisnya lalu menusukkan tatapan tajamnya kepada Minhee.
"K..kenapa sih, aku tuh deg-degan mulu kalo lagi sama Mas Dyo? Terus aku rasanya kayak kepanasan mulu? Tapi walaupun begitu, enggak tahu kenapa aku tetep mau.. deket-deket sama Mas.." Minhee yang merasakan panas di dalam dirinya naik ke wajahnya, tak mau menaikkan wajahnya untuk menatap Dyo yang masih bingung di kursi ruang makan.
"Aku kenapa ya, mas? Apa aku alergi sama Mas Dyo?" Lanjutnya tetap menundukkan kepalanya dan meremas dadanya yang semakin bekerja cepat.
Menunggu jawaban dari seorang dokter, alih-alih Minhee mendapat pelukan yang dengan mengejutkan memberika Minhee sebuah kenyamanan walau detak jantungnya tak terkendali. "Itu artinya kamu normal, Dek" bisik Dyo di telinganya.
"Mas, ini jantungku--"
"Sstt." Minhee tersenyum, lalu membalas pelukan 'suami'nya
.
.
."Kalo gitu mulai sekarang pake cincinnya ya" Dyo dan Minhee kini bersantai di depan TV, jarak yang biasanya terbentuk, kini hilang. Mereka duduk seperti tidak ada tempat untuk bergerak. Minhee memeluk lengan Dyo dengan santai seperti ia memeluk lengan xiumin, kakaknya, biasanya
"Kenapa gitu?" Tanya Minhee
Dyo menoleh lalu menatap Minhee tidak percaya "iya.. iya... Hehe.. bercanda doang" Minhee tertawa sendiri sedangkan Dyo hanya kembali menatap TV
"Mas, jadi kita suami-istri beneran nih sekarang?"
"Iya... itu kalau kamu mau aja" jawab Dyo, seperti biasa, masih terus menatap TV
"Hmm... Kemaren Chanyeol op-"
"Jangan panggil dia Oppa!" Potong Dyo
"Tapikan dia seumuran sama Mas Dyo"
"Ya jangan pake 'oppa'nya kalo lagi cerita sama saya"
"Yudah, iya.. kemaren Chanyeol nanyain" Minhee berhenti sejenak "hubungan kita apa.. aku jawab apa ya?"
"Jujur aja" jawab Dyo santai. Minhee terkejut dengan jawabannya, sampai ia melepas pelukannya lalu melihat ke arah Dyo untuk mengkonfirmasi 'apakah ia serius?' pikir Minhee.
Pasalnya sejak awal Dyo lah yang sangat tidak mau mempublikasi hubungan mereka.
"Serius, Mas?!" Tanya Minhee "Kalo satu orang tau, semua tau" lanjutnya.
"Ya bagus lah, biar ga ada yang deketin kamu lagi"
***
Pagi ini mereka sudah siap berangkat. Tak lupa cincin pernikahan mereka telah mereka balutkan ke jari manis mereka.
"Udah siap, Dek?" Dyo menengok ke arah meja rias di mana Minhee berkaca, sedang ia berkaca pada cermin di lemari
"Udah. Yuk" Minhee berdiri dari duduknya lalu berjalan menuju Dyo.
Dyo mengerutkan dahi menandakan tak suka, "Kamu pake baju itu?" Tanyanya
"Iya, emang kenapa?"
"Ganti ganti ganti" Dyo memutar badan Minhee lalu mendorong pundaknya dari belakang mengarahkan Minhee ke lemarinya "Di luar sana, banyak laki-laki yang matanya gabisa dijaga" lanjutnya.
Minhee berakhir dengan menggunakan pakaian yang dipilihkan oleh suaminya
(An: nggap saja rambutnya tidak ada, mengingat Minhee berambut pendek namun gugel tak mendukung😂😂)
***
"Yah... Min, kok gak pake style baju yang biasanya? Kan masih musim panas" Baekhyun sebagau salah satu 'laki-laki yang tidak bisa dijaga matanya' bertanya kecewa
"Iya.. tadi pagi habis dimarahin suami. Katanya baju yang biasanya terlalu terbuka" seperti biasa Minhee bertemu Baekhyun di apoteknya AhJeong eonni. Untuk yang terakhir kalinya.
-cc-
KAMU SEDANG MEMBACA
Never be Us || dks
FanfictionSemua berawal dari "We do" Judul ama isi belum tentu sinkron //har har// ⚠bahasa amburegul, bisa jadi ada typo⚠