Bully (2)

3.1K 325 54
                                    

Brak!!

Nadse membanting keras pintu kelasnya dan membuat teman-temannya tersentak kaget dan menatapnya. Ia berjalan cepat ke bangkunya lalu merapihkan barang-barangnya kedalam tas lalu membereskan barang-barangnya Gracia ke dalam tas.

"Nads ada apa? Gre mana?" Tanya Shani bingung melihat wajah Nadse memerah karna emosinya.

"Telfon kaka sekarang buat jemput kita." Ucap Nadse tanpa menjawab pertanyaan Shani.

"Loh kenapa?" Tanya Shani semakin heran.

"Telfon aja Ci! Bilang ke Kaka untuk ga usah tanya apa-apa. Pokoknya suruh Kaka jemput sekarang." Ucap Nadse menatap tajam Shani.

Shani terdiam beberapa detik lalu menghela nafas panjang dan mengambil hpnya lalu menghubungi Viny.

"Ka jemput kita sekarang." Ucap Shani langsung saat Viny telah mengangkat telfonnya

"..."

"Pokoknya jemput sekarang!" Shani langsung mematikan sambungan telfonnya dan kembali menatap Nadse.

"Beresin barang-barang Cici." Perintah Nadse menggendong tasnya lalu membawakan tas Gracia dan pergi keluar kelas. Shani yang melihat itu dengan cepat membereskan barang-barangnya lalu menyusul Nadse setelah berpamitan kepada Anin yang terlihat bingung.

Sesampainya di luar kelas Shani terdiam melihat Gracia yang sesegukan. Ia langsung menghampiri Gracia dan memeluk Gracia.

"Gre kenapa?" Tanya Shani khawatir. Gracia menggelengkan kepalanya sambil menyembunyikan wajahnya dibahu Shani.

"Gre, cerita sama Cici." Ucap Shani lembut namun lagi-lagi Gracia menggelengkan kepalanya. Shani menghela nafas panjang lalu menatap Nadse dan Okta yang ada didepannya.

"Gre di bully." Ucap Nadse menghembuskan nafasnya kasar. Shani membulatkan matanya.

"Apa di bully?! Sama siapa?!" Tanya Shani kaget.

"Ka Acha, ka Aurel dan ka Manda." Jawab Okta. Shani menggertakkan giginya lalu melepaskan pelukannya dan menatap Gracia.

"Kenapa ga bilang?! Jadi ini yang ngebuat kamu dari kemarin diem?" Tanya Shani menatap serius Gracia. Gracia menundukkan kepalanya.

"Ma-maaf, Ci..." Air mata Gracia kembali menetes.

Shani menghela nafasnya kasar, "yaudah kita pulang. Makasih ya, Ota."

Okta mengangguk dan menghela nafasnya saat melihat ketiga gadis tersebut telah menjauh.

Saat masuk ke mobil Viny, tak ada raut wajah ceria sepertinya. Ketiganya hanya diam membuat Viny mengerutkan keningnya. Apalagi Gracia masih nampak menangis.

"Kalian kenapa pulang? Gracia kenapa?"

"Jalanin mobilnya, Kak." Perintah Shani tanpa ingin menjawab pertanyaan Viny.

"Tapi, kenapa? Ini kan masih jam sekolah, Shani..."

"Kita pulang sekarang!"

Viny terdiam dan memandang wajah samping Nadse yang duduk disampingnya. Rahang adiknya itu nampak mengeras, dadanya naik turun.

Viny menghela nafasnya pelan dan memilih mengikuti kemauan adiknya itu.

Setibanya di rumah, ketiganya langsung turun tanpa mengatakan apapun atau melakukan 'ritual' seperti biasanya. Viny pun buru-buru turun dan langsung mengikuti ketiganya. Namun saat langkahnya sudah sampai di depan pintu kamar si kembar, Nadse membanting pintu kamarnya dan menguncinya, tidak membiarkan Viny masuk.

Twins Love StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang