Nadse dan Lidya

2.4K 312 21
                                    

Jam sudah menunjukkan pukul 4 Sore saat Viny tiba di sekolah si kembar, sudah lama rasanya ia tak menginjakkan kaki di SMA nya dulu ini semenjak Lidya menjadi supir si kembar.

Gracia yang berjalan beriringan dengan Shani menjadi yang pertama sadar atas kehadiran Viny.

"Loh, itu bukannya mobil Kakak, ya?" Tanyanya. "Kakakkkkk!!" Gracia pun berlari mendekati Viny.

Mendengar teriakkan Gracia, Viny berbalik dan tersenyum pada sang adik terkecil. Ia membuka lebar kedua tangannya yang langsung disambar Gracia.

"Kok Kakak yang jemput?" Tanya Gracia setelah melepas pelukannya.

"Iya, Lidya--"

"Kak Viny?" Panggil Nadse yang baru saja datang bersama Anin.

Anin yang sedari tadi mengobrol dengan Nadse langsung menoleh. Senyum manisnya sudah terukir siap diberikan pada Viny. Ia pun menoleh dan seketika senyumnya luntur. Tawanya susah payah ia tahan.

"Anin, ih! Jangan ketawain Kak Viny..." Lirih Viny.

Anin langsung bersembunyi di balik punggung Nadse. Dan tertawa pelan karena poni Viny yang kependekan membuat tampang Kakak si kembar itu terlihat lucu.

Saat Viny tengah cemberut dengan ulah ketiga adiknya dan Anin yang menertawainya, Manda dan kedua kawannya mendekat. Senyum genit mereka terlihat namun luntur seketika saat sudah berada di dekat Viny.

Ketiganya mematung, tampak cengo. Meyakinkan diri bahwa orang yang mereka lihat itu adalah Viny. Viny yang dulu keren sekarang berubah hanya karena poni.

"Guys, itu beneran Kak Viny?" Tanya Manda berbisik.

"Kayaknya gitu." Jawab Aurel ragu.

"Poninya kok ngerusak banget..." Tambah Acha, tentunya dengan berbisik.

"Gue mau ketawa, nih." Ucap Manda.

"Sama." Balas Aurel dan Acha kompak.

"Cabut aja, yuk."

Manda, Acha dan Aurel langsung berbalik badan dan pergi dari sana. Yang tentu saja kembali membuat si kembar dan Anin semakin tertawa.

~

"Hhh," Viny menghela nafasnya. "Turun sudah pamor Kakak..." Lirih Viny.

"Bagus, kan. Jadi gak ada yang genit lagi sama Kakak. Iya gak, Ci?"

Shani tersenyum penuh kemenangan dan mengangguk menyetujui ucapan Gracia.

Kini Viny dan ketiga adiknya itu sudah berada di dalam mobil. Baru saja keluar dari daerah sekolah mereka.

"Kak." Panggil Nadse yang duduk di samping Viny. "Kak Lidya gak bisa jemput kenapa?"

"Oh, iya. Dia izin karena mau urusin sidang. Jadi sampe sidang dan urusan kuliahnya bener-bener selesai, Lidya gak bisa anter-jemput kalian dulu."

"Oh, gitu."

"Ciee, Nadse kangen." Ledek Gracia.

"Diem, Gredut!"

"Ihh!! Aku gak gendut!"

"Terus yang nganter-jemput kita nanti siapa? Kakak lagi?"

Viny mengangguk. "Ya, kalau nganterin sih pasti Kakak. Tapi kalau pulang ya tergantung. Kakak, supir Om Edwin atau kalian mau gak mau pesen online."

Nadse kembali menoleh pada Viny. "Gimana kalau aku bawa mobil aja? Buat apa aku udah belajar dan punya SIM tapi sama sekali gak digunain."

Viny melirik Nadse sekilas. "Terus mobilnya?"

Twins Love StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang