Nadse termenung sambil duduk di dekat kolam renang dan mengusap-usap kucingnya yang tengah makan. Ia melamunkan kejadian yang baru saja terjadi, dimana lagi-lagi seorang Lidya memarahinya.
Lidya yang melihat Nadse duduk sendirian pun mendekatinya. Diusapnya lembut pundak Nadse. "Nads." Panggilnya pelan. Nadse pun tersentak, membuatnya menginjak ekor sang kucing yang berakhir dengan gigitan di jarinya.
"Aw."
Nadse berteriak kesakitan. Lidya yang panik langsung menarik tangan Nadse dan diemutnya jari yang terluka.
"Jorok!" Pekik Nadse sambil menarik tangannya dengan wajah yang memerah.
"Maaf, g-gue reflek." Jawab Lidya terbata.
Keheningan sempat terjadi dengan keadaan jantung keduanya yang berdebar sama cepatnya. Nadse hanya menunduk sambil mengusap jarinya yang sudah tak lagi sakit. Lidya sendiri nampak salah tingkah karena kelakuannya barusan.
"Maaf," ucap Lidya setelah keberaniannya terkumpul.
"Buat apa?"
"Ngebentak lo lagi."
"It's okay, akhir-akhir ini udah biasa, kok."
"Jangan ngomong gitu." Lirih Lidya. "Aku gini karena peduli sama kamu."
Nadse terkekeh. "Banyak kok yang bilang peduli sama aku. Nyatanya semua palsu. Hanya berharap jadi pacar aku dan inginkan diriku."
Lidya menarik tangan Nadse. "Jangan samain aku kaya bocah-bocah labil itu. Lihat aku!"
Nadse melirik tangannya yang digenggam Lidya lalu menatap Lidya.
"Kamu adik sahabat aku, dan aku peduli karena kamu dan kembaran kamu udah kaya adik aku sendiri. Tapi seiring jalannya waktu perasaan ini tumbuh. Aku sayang sama kamu tanpa mengharapkan apapun, Nads."
Nadse menatap mata Lidya dengan dalam. Mencari kebohongan dari gadis yang lebih tua tersebut. Namun Nadse hanya menemukan ketulusan. Membuat hatinya menjadi gelisah. Menyadari apa yang diucapkan, Lidya merutuki dirinya sendiri. Tatapan mata Nadse yang dalam malah membuatnya semakin jatuh.
"Aku...."
"Ja-jangan dijawab sekarang, Nads. Maafin gue. Gue udah kurang ajar. Permisi."
Lidya langsung kabur saat baru saja Nadse ingin memberikan jawabannya. Nadse pun hanya menghela nafasnya pelan.
Lidya kembali ke ruang tamu saat baru saja Viny menyelesaikan obrolannya dengan seseorang di seberang telepon.
"Makasih Kak Ve."
Viny pun langsung menaruh handphone nya dan melirik Lidya yang membanting tubuhnya di sampingnya sambil menyembunyikan wajahnya dengan bantal.
"Ngapa dah lu, Lid?"
"Viny maafffff."
"Heh, maaf kenapa?"
Lidya tak menjawabnya. Membuat Viny kesal dan menarik bantal yang menutup wajah Lidya. Membuat Lidya yang menahan bantal tersebut ikut terjatuh.
"Aduh."
"Mampus."
"Jahat lo sama gue."
"Lagian lo gak jelas." Lidya menghela nafasnya kasar. "Kenapa? Ceritalah sama gue."
"Gue gak sengaja nembak adek lo. Maaf."
"Lo nembak Nadse?!" pekik Viny.
"Diem cungkring!"
"Ck, astaga Lid."
"Maaf, Vin."
Viny menghela nafasnya. "Terus Nadse nerima?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Twins Love Story
FanfictionKisah mengenai kehidupan si kembar tiga dengan sang Kakak angkatnya.