Semua Berubah

2.9K 316 29
                                    

2 bulan berlalu sejak si kembar naik ke kelas 2 SMA. Mereka terlihat sudah mulai disibukkan dengan tugas-tugas yang lebih banyak dari kelas 1 kemarin dan sekarang tugas mereka lebih sering berkelompok. Shani yang berbeda kelas dengan Gracia dan Nadse mau tak mau membuat tugas mereka berbeda dan sering kali membuat jadwal pulang mereka berbeda karna harus mengerjakan tugas kelompok. Ditambah lagi Viny yang sekarang sedang sibuk dengan skripsinya yang kadang tak bisa menjemput dan selalu pulang terlambat itu membuat keempat bersaudara ini terlihat jarang mengobrol santai seperti biasa.

"Kok banyak coklat? Kayanya hari ini bukan valentine days deh." Ucap Nabilo saat melihat meja Nadse dan Gracia dipenuhi coklat.

"Iya tuh di meja ci Shani juga banyak coklat." Ucap Anin yang kebetulan memang sedang berkumpul di kelas Nadse, Gracia dan Okta.

"Tau deh, dari adik kelas sih ini kebanyakan." Ucap Nadse yang melihat coklat-coklat dimejanya. Frans berdecak sambil menggelengkan kepalanya.

"Lo bertiga fansnya makin banyak dah." Ucap Frans.

"Betull! Mana adik kelas sekarang berani-berani banget. Masa tiba-tiba ada yang minta id line Gracia." Ucap Okta menggebu-gebu.

"Ah berani apanya? Ditatap sama Nadse aja langsung ngabur hahaha." Tawa Gracia mengingat wajah ketakutan adik kelas yang mendekatinya saat ditatap tajam oleh Nadse karna meminta id line nya.

"Kalau ke Shani ga ada yang berani deketin dah. Terlalu adem kali ye jadi pada sungkan ngedeketinnya." Ucap Nabilo mengingat fans-fans Shani yang selalu hanya diam memperhatikan Shani tanpa mendekatinya.

"Padahal kalau emang mau deketin sih ya deketin aja. Aku ga gigit." Ucap Shani tertawa kecil.

"Iya harusnya kaya Frans nih yang getol ngedeketin Shani." Ucap Anin menepuk-nepuk bahu Frans. Semuanya tertawa meledek Frans terkecuali Frans dan juga Shani.

Frans yang hanya tersenyum tipis dan Shani yang sedikit memalingkan wajahnya.

~

Viny merebahkan kepalanya diatas meja. Kepalanya terasa pusing dan tangannya begitu pegal. Ia kini tengah berada di rumah Sinka mengerjakan bersama skripsi mereka.

"Ngantuk." Lirih Viny.

"Sini."

Viny menoleh dan melihat Sinka menepuk-nepuk pahanya. Dengan senang hati Viny langsung merebahkan diri menjadikan paha Sinka sebagai bantalnya.

"Mau bobo dulu?" Viny mengangguk. "Yaudah bentar, ya." Ucap Sinka sambil mengusap lembut kepala Viny.

Sinka terus menatap wajah manis Viny dan perlahan mendekatkan wajahnya. Tahu apa yang akan terjadi Viny semakin memejamkan matanya. Hatinya bergemuruh, ini akan jadi ciuman pertamanya dengan orang lain diluar Gracia dan Nadse.

Tiba-tiba handphone Viny berdering, buyarkan semuanya. Viny mendengus saat melihat siapa yang meneleponnya.

"Kamu aja yang angkat, Dut."

"Lidya? Video call, nih. Gakpapa?"

"Heeh."

Sinka pun menggeser tombol hijau di layar handphone Viny dan terlihatlah wajah Lidya yang tengil.

"Hoi, eh? Loh kok Sinka? Viny nya mana?"

"Nih, lagi bobo." Ucap Sinka sambil mengarahkannya pada Viny yang tengah memeluk perutnya.

"Wah, bisa banget modusnya boscil! Bilangnya ngerjain skripsi lu."

Viny mengambil alih handphone nya sambil berdecak.

Twins Love StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang