Di hari Minggu yang cerah Viny dan si kembar pergi ke sebuah toko alat musik karna Gracia yang terus merengek ingin dibelikan drum karna hasil utsnya. Gracia berlari dengan riang masuk ke dalam toko. Matanya langsung berbinar saat melihat beberapa drum.
"Kakaaa ayo sini liat." Ucap Gracia sambil menarik lengan Viny mendekati salah satu drum yang menarik di matanya.
"Bagus Kaa. Warna putih!" Seru Gracia sambil mengelilingi drum itu. Viny mengangguk-ngangguk ia juga suka dengan drum ini. Lalu tak lama seorang penjaga toko menghampiri mereka. Viny pun langsung menanyakan tentang drum ini.
Sementara Viny dan Gracia tengah mengobrol dengan penjaga toko. Shani dan Nadse terlihat sedang memandangi alat musik yang berbeda. Nadse menyentuh sebuah gitar akustik elektrik berwarna putih dengan tatapan kagum dan Shani tengah menatap kagum sebuah piano klasik berwarna putih. Ntah kebetulan atau tidak semua alat musik yang menarik di mata si kembar berwarna putih.
Viny yang telah selesai deal membeli drum untuk Gracia menghampiri Nadse.
"Nads.." panggil Viny membuat Nadse menolehkan kepalanya.
"Kaka, aku mau gitar ini. Bolehkan?" Tanya Nadse dengan tatapan memohon. Viny memperhatikan gitar itu lalu menganggukkan kepalanya sambil tersenyum.
"Boleh. Mas sama gitar putih ini ya." Ucap Viny sambil memberi tau kepada penjaga toko tadi.
"Yeayy!" Seru Nadse senang. Viny tersenyum sambil mengusap rambut Nadse.
Setelah itu Viny menghampiri Shani yang sedang menekan tuts-tuts piano klasik itu.
"Kamu mau?" Tanya Viny yang membuat Shani tersentak kaget dan langsung menolehkan kepalanya.
"A-ah ga usah. Nilai aku kan turun." Ucap Shani menolak halus walaupun sebenarnya ia sangat menginginkan piano ini.
"Gapapa. Kalau kamu mau kaka beliin." Ucap Viny tersenyum.
"Ga usah Ka. Aku ga mau kok. Beliiin Gracia sama Nadse aja. Aku ke Gre ya" Ucap Shani tersenyum tipis lalu berjalan menuju Gracia yang terlihat senang dengan drumnya.
Viny mengerjapkan matanya lalu menghela nafas panjang melihat sikap Shani yang semakin menjauhinya.
Sesampainya di rumah, Gracia dan Nadse langsung turun dari mobil. Saat Shani ingin turun, Viny menahan tangannya.
"Kakak langsung pergi lagi, ya."
Shani hanya melirik Viny dan tangannya yang digenggam Viny bergantian.
"Nanti kalo alat-alat musiknya sampe kamu yang urus, ya. Kita masih ada satu ruangan kosong bisa buat jadi ruang musik."
"Iya, Kak."
"Indira..."
"Aku turun dulu. Nanti Gre sama Nadse cariin. Hati-hati, Kak."
Viny hanya menghela nafas kasar saat punggung Shani telah terlihat menjauh.
"Sampe kapan Indira?"
~
Viny pulang tepat pukul 9 malam. Ia langsung menuju dapur untuk menyiapkan bahan-bahan makanan untuk makan malam.
Ia menggenggam handphone dengan tangan kirinya. Dan tersenyum tipis saat seseorang yang diteleponnya sudah mengangkat telepon darinya.
"Halo Dudutku."
"Inyiii tadi kamu ke rumah, ya? Maaf ya aku lagi pergi."
"Gak apa kok, Dut. Aku cuma nganterin buku yang kamu cari buat skripsi kamu." Ucap Viny sambil menahan handphonenya dengan pundaknya karena ia tengah memotong-motong tempe.
KAMU SEDANG MEMBACA
Twins Love Story
FanfictionKisah mengenai kehidupan si kembar tiga dengan sang Kakak angkatnya.