Diatur

3.2K 324 18
                                    

Siang ini, Shani dan Viny memutuskan untuk berbelanja bulanan keperluan rumah tangga mereka. Anggaplah seperti itu karena mereka hanya pergi berdua saja. Tanpa diantar Lidya yang tengah melatih Gracia bermain drum di rumah, dan Nadse memutuskan untuk menemani keduanya di rumah dan membiarkan kedua kakaknya berduaan.

Setelah mobil terparkir di basement salah satu swalayan, Shani langsung turun dengan sebuah kertas catatan di tangannya. Viny mengikuti disampingnya.

"Diterjen, sabun mandi, pembalut...."

"Udah semua, Indira?" Tanya Viny sambil menatap Shani.

Shani berhenti mengabsen lalu menoleh sekilas pada Viny. "Udah," jawabnya.

"Coba Kakak liat." Viny mengambil catatan di tangan Shani dan membacanya. "Gak ada kopi, ya." Ucapnya pelan.

"Kamu masih mau kopi? Gak boleh, ya! Awas aja."

"Tapi.."

"Gak ada tapi-tapian!!" Shani mendengus sambil kembali mengambil alih catatannya dan berjalan lebih dulu meninggalkan Viny.

"Ihh, bercanda akuu. Jangan ngambek." Viny langsung berlari kecil mengejar Shani.

Shani hanya melirik Viny sekilas lalu terkekeh melihat Viny bak anak kecil memohon ampun disampingnya. Ia tersenyum lalu menarik lengan Viny dalam genggamannya.

"Jangan bandel, ya. Nanti aku khawatir, Kak."

"Iyaaa." Shani pun kembali mengembangkan senyumnya.

~

Hampir satu jam lebih sudah, Viny dan Shani memutari swalayan. Banyak sekali barang dan berbagai keperluan rumah tangga yang mereka beli. Viny menguap lebar, ia cukup bosan hanya berdiam diri menunggu Shani sambil memegangi kereta belanja.

"Indira, Kakak cari cemilan bentar, ya."

"Ya, jangan jauh-jauh."

Viny hanya mengangguk lalu berjalan pergi meninggalkan Shani.

Viny melangkahkan kaki menuju bagian cemilan, namun niat awalnya berubah saat ia melihat deretan kopi yang berjajar rapih menggodanya. Matanya yang mengantuk kini terlihat berbinar. Viny sempat ragu, namun mengingat Shani yang tadi tampak sibuk memilah-milih produk kecantikan, Viny melanjutkan langkahnya.

Disaat ia tengah asik mengambil beberapa bungkus kopi kesukaannya, Shani sudah melangkah mendekatinya. Melipat kedua tangannya dan menatap tajam sang kakak. Viny terus bersiul bahagia tak menyadari bahwa sesaat lagi ia akan terkena omel sang pujaan hati.

Viny pun berbalik, bersiap menuju kasir namun semua yang dipegangnya jatuh saat melihat Shani.

"Taro sekarang jugaaaa!!"

"A aaa.. Ampunnn."

"Hihh!!"

Shani pun langsung mencubiti perut Viny tanpa ampun.  Tak peduli akan jeritan Viny dan mata setiap orang disekitar mereka yang menjadikan keduanya tontonan.

"Aduh, Indira ampun! Maafin Kakak.."

"Ngapain ngambil kopi?!"

"Ampun."

"Bilangnya janji gak akan minum lagi!"

"Maaf, ih!!"

"Pembohong dasar ihh!!"

"Maaff."

Shani melepas cubitannya setelah menghela nafas kasar. Lalu meninggalkan Viny yang masih meringis kesakitan.

"Yah, Duh. Indiraaa."

~

Lidya, Nadse dan Gracia sedang menonton drama korea di ruang keluarga saat Shani dan Viny pulang. Muka Shani terlihat masih kesal dan juga bete dan Viny dengan muka sendu sambil kerepotan membawa belanjaan mereka.

Twins Love StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang