Di hari Minggu yang cerah terlihat Viny bersama Gracia sedang menonton film diruang keluarga. Ya hanya berdua karna dirumah memang hanya ada mereka berdua. Shani dan Nadse tadi pamit untuk pergi ke toko buku bersama Lidya. Karna Gracia yang malas ikut jadinya Viny memilih untuk menemani si bungsu dirumah.
"Ge, poni Kaka menurut kamu udah panjang belum?" Tanya Viny tiba-tiba. Gracia yang tadinya menatap TV langsung mendongakkan kepalanya menatap Viny. Ia bangkit dari tidurannya lalu kembali menatap Viny yang tengah memegang poninya.
"Coba sini, Ge liat." Ucap Gracia. Viny langsung menoleh ke arah Gracia. Gracia memegang dagunya terlihat memperhatikan poni Viny dan berpikir.
"Udah panjang. Nih udah ngelewatin mata." Ucap Gracia menarik poni Viny.
"Ih! Ya jangan ditarik juga." Ucap Viny menepuk pelan tangan Gracia yang menarik poninya. Gracia langsung cengengesan.
"Ya udah entar Kaka ke salon deh kalau sempet." Ucap Viny merapihkan kembali poninya.
"Ih! Ngapain ke salon. Sini biar sama Ge aja potongnya." Ucap Gracia.
"Emang kamu bisa?" Tanya Viny mengerutkan keningnya.
"Bisa dong! Liat poni Nadse yang baru itu, Ge yang potong!" Ucap Gracia bangga.
"Eh, yang bener? Kaka kira dia ke salon." Ucap Viny. Gracia menggelengkan kepalanya.
"Ga, itu Ge yang potong." Ucap Gracia.
"Hmmm." Viny terlihat berpikir sambil menatap Gracia. Ia masih tak yakin kalau adik kecilnya ini bisa memotong poninya.
"Ih! Malah ngeliatin gitu. Ge bisa kok serius. Percaya dong." Ucap Gracia cemberut.
"Hmm oke Kaka percaya. Ya udah potongin poni Kaka." Ucap Viny akhirnya. Tak tega juga melihat wajah sedih Gracia saat mengira ia tak percaya kepadanya.
"Yeayy. Yuk ke kamar!" Ucap Gracia menarik tangan Viny menuju kamar Viny.
Gracia membawa Viny masuk ke dalam kamar mandi di kamar Viny lalu menyuruh Viny untuk duduk dikursi kecil di depan cermin. Setelah itu Gracia menyampirkan handuk biru yang bertuliskan 'Shani' ke badan Viny agar nanti rambutnya tidak terkena baju yang dipakai Viny.
"Kok yang Cici? Cici kan gak suka handuknya dipegang orang lain apalagi dipake buat motong rambut." Tanya Viny mengerutkan keningnya.
"Gapapa. Cici gak akan marah kalau Kaka yang pake." Ucap Gracia sambil membuka lemari kecil yang ada disana. Viny mendengus malas mendengar ucapan Gracia.
"Tetep aja entar kena amuk." Gumam Viny.
"Nah ini dia." Ucap Gracia saat menemukan guntingnya. Ia pun kembali mendekati Viny.
"Ge yakin bisa?" Tanya Viny ragu.
"Bisa tenang aja. Percaya deh sama Ge." Ucap Gracia tersenyum.
"Oke Kaka percaya." Ucap Viny.
"Siap ya Ka. Jangan nunduk." Ucap Gracia. Viny menganggukkan kepalanya. Gracia pun memegang poni Viny dan bersiap memotongnya. Viny menggigit bibir bawahnya dengan jantung yang berdegup dengan kencang.
'Semoga emang Ge beneran bisa.' batin Viny.
"Eh bentar!" Seru Gracia yang membuat Viny terlonjak kaget. Untung saja guntingnya dengan cepat Gracia jauhkan.
"Aku lupa. Guntingnya bukan yang ini. Bentar ya." Ucap Gracia menyimpan gunting itu di wastafel lalu keluar dari kamar mandi. Viny menghela nafas panjang lalu menggeleng.
Tring!
Viny langsung mengambil hpnya didalam saku saat mendengar notif emailnya. Ia pun membukanya dan ternyata itu adalah jadwal seminggu kedepan dari Sofia. Ia pun membacanya sambil sedikit menunduk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Twins Love Story
FanfictionKisah mengenai kehidupan si kembar tiga dengan sang Kakak angkatnya.