"oh tuhan, lihatlah istriku, dia benar-benar jahat sekali mengatai suaminya sendiri jelek, menyebalkan"
***
Tuk... Tuk..Ketukan palu yang terdengar menggema di ruangan sidang ini membuat Iqbaal tak bisa menahan senyuman nya saat istrinya itu sudah dinyatakan terbebas dari Steven yang artinya saat ini Steven sudah benar-benar menceraikan istrinya, dan yang membuat nya lebih senang lagi adalah istrinya sudah sepenuhnya menjadi miliknya lagi untuk saat ini dan mungkin untuk selamanya, walaupun ia tau kalau mereka tidaklah abadi, tapi percaya atau tidak, cintanya terhadap (Namakamu) akan tetap abadi untuk selamanya, dan juga jangan lupakan kedua putranya yang sudah memasuki hatinya termaksud Vanie anak angkatnya itu.
"hei kawan, apa kau sangat senang sampai-sampai kau menjadi gila seperti ini?" Iqbaal menoleh ke arah kirinya yang saat ini terdapat Bastian yang tengah menaik turunkan alisnya, bersikap menggodanya.
"well, kau benar Bastian, mungkin hari ini aku menjadi gila karena yeah, kau tau sendiri kan, hari ini istriku bebas dari eummm..."
"adikmu!, mengapa berkata seperti itu saja mulut mu susah sekali eh Iqbaal!"
"Hm, ya" mulut Bastian menganga lebar saat kata yang terucap dari mulut atasannya hanyalah dua kata saja, dan itu sangat padat,singkat, dan juga jelas.
"selalu kata-kata itu yang kau ucapkan, oh ya bukankah itu Steven dan juga (Namakamu)" tunjuk Bastian saat kedunya sudah keluar dari ruangan sidang, sementara itu Iqbaal mengikuti arah telunjuk Bastian yang ternyata tertuju pada kedua insan berbeda jenis yang terlihat tengah berpelukan dan hal itu tentu saja membuat hatinya nyeri melihatnya.
"kau tidak menghampiri mereka?" Iqbaal menggeleng kecil dan lebih memilih membuang pandangannya ke arah lain, tidak ingin melihat pemandangan yang membuat hatinya itu merasakan sakit.
"tidak Bastian, aku memberikan kesempatan untuk mereka berdua sebelum mereka benar-benar berpisah" Bastian mengangguk paham dan segera mengalihkan topik pembicaraan agar sahabat sekaligus atasannya mengabaikan kedua insan yang masih setia berpelukan dan terfokus hanya pada pembicaraan yang ia buat.
"hei kawan, ngomong-ngomong setelah ini kita langsung ke pesta pernikahan Matt dan juga Alans kan?"
"Hm" Bastian menghela nafas panjangnya saat mendengar jawaban singkat Iqbaal.
"kau tau? Aku benar-benar tidak menyangka Alans akan menikah dengan Belva, karena setauku saat kembali dari Seoul ia masih mengharapkan Salsha, bukan begitu kawan" Iqbaal melirik singkat dan datar ke arah Bastian sebelum akhirnya menyingkirkan tangan Bastian yang merangkul pundaknya.
"itu yang di sebut takdir tuhan Bastian, takdir memang tidak ada yang bisa menebaknya, dan nampak nya kau yang lebih cocok untuk menjadi pasangan hidup Salsha" setelah mengatakan hal itu Iqbaal berlalu dari samping Bastian dan menyisakan Bastian yang tengah bergidik ngeri saat membayangkan nasibnya jika benar ia akan menikah dengan Salsha.
"yatuhan, aku tidak mau menikah dengan wanita galak sepertinya!!!"
"siapa yang kau bilang galak Bastian?" pertanyaan seseorang yang berada di samping nya membuat ia menoleh sekilas ke sumber suara dan setelah melihat siapa orang nya ia menatap kembali ke depan
"kau... Ups" Bastian dengan refleks menutup mulutnya saat ia baru menyadari siapa orang yang berada di samping nya, dia adalah Salsha, dengan segera Bastian berlalu meninggalkan Salsha yang nampak ingin meledak sekarang juga.
"APA KAU BILANG BASTIAN!!!, ASAL KAU TAU BASTIAN, AKU JUGA TAK MAU MENIKAH DENGAN PRIA GAY SEPERTIMU!!, ITU GILA!!!"
***
KAMU SEDANG MEMBACA
My Husband Is You ✔
Random[End] Terkadang Hati naluri akan memberontak jika seseorang memilih CINTA yang salah, Namun percayalah Hati naluri adalah salah satu kunci utama seseorang untuk menuju CINTA SEJATI.