Steven's plan

3.1K 221 5
                                    


"Hm terserah, ayah berikan baby Al padaku" Iqbaal memandang Khristal tidak yakin.

"sudah berikan saja Iqbaal" sahut (Namakamu) cepat.

"kamu yakin?

"iya"

"baiklah, tapi jangan sampai terjatuh" pasrah Iqbaal yang kini dengan ragu memberikan Al pada Khristal, dan tepat saat Al berpindah tangan bocah berumur 7 bulan itu langsung terdiam bahkan tertawa.

"menyebalkan"

***

Iqbaal memandang datar pada Steven yang saat ini sedang duduk tepat di hadapan nya, ya, saat ini ia dan juga Steven tengah berada di salah satu caffe yang tak jauh dari kantor miliknya berada, tadi Steven menemuinya di kantor di saat jam menunjukan pukul 19.30 waktu London.

"ada apa kau mengajaku ke sini, Steven?" tanyanya tanpa menatap Steven, sementara itu Steven terlihat tengah berfikir terlebih dahulu untuk memikirkan kata-kata yang akan ia ucapkan pada sang kakak, dihembuskan nya nafas beratnya, kemudian di tatapnya kembali wajah sang kakak.

"aku ingin kita seperti dulu lagi" ucapan yang keluar dari mulut Steven sukses membuat Iqbaal menatap nya dengan wajah yang tidak bisa Steven artikan.

"maksudmu?"

"yeah, saling melengkapi sebagai... Kakak beradik kembali" jawab Steven ragu, ia ragu akan apa yang akan di jawab oleh kakak kembaran nya itu.

"Hm.... Itu sulit" gumamnya pelan sambil menyesap kopi pahit miliknya.

"oh ini sungguh kopi terpahit yang pernah ku minum, tapi aku sangat menyukai ini" lanjut nya sambil meletakan kembali kopi yang tinggal setengah itu ke atas meja.

"kau masih saja sama seperti dulu, tapi ngomong-ngomong kenapa itu sulit?"

"kau tau! Kita ini sudah Dewasa, aku sudah memiliki istri dan anak..."

"jadi, kau ragu karena takut aku merebut kembali istri dan anakmu dari tangan mu?" Iqbaal mendesah pelan, sebelum akhirnya menggeleng, pertanda akan apa yang Steven ucapkan barusan adalah tidak benar.

"tidak, bukan itu maksudku, kau dengarkan dulu ucapanku dan jangan asal memotong nya, dasar bodoh!" Steven mendengus sebal karena kakak kembaran nya mengatainya bodoh, namun tidak bisa di pungkiri bahwa kini hatinya merasakan senang karena kakak kembaran nya itu sudah tidak bersikap dingin lagi padanya.

"oke baiklah, aku tidak akan memotong ucapan mu, jadi silakan lanjutkan" Steven mengedipkan sebelah mata nya pada Iqbaal, sehingga membuat Iqbaal bergidik jijik.

"cih, dasar idiot!" umpatnya.

"hei!, berhentilah mengataiku, sekarang lebih baik kau lanjutkan bicara mu!" perintah Steven.

"oh lihatlah, ternyata adik kecil ku ini sudah berani memerintah kakak nya sendiri hm!"

"jadi aku sudah di anggap adik lagi olehmu?"

"kau menyebalkan, aku akan melanjutkan ucapan ku" Iqbaal berdehem sejenak sebelum melanjutkan ucapan nya yang sempat tepotong oleh Steven.

"ehem.. Aku sudah memiliki keluarga, jadi sangat mustahil jika kau meminta kita untuk kembali seperti dulu" lanjut nya dengan tatapan yang memandang ke luar jendela besar di caffe yang sekarang di singgahinya, sementara Steven, ia masih terdiam untuk mencerna apa yang di katakan oleh kakak nya itu.

"ah... Aku mengerti apa yang kau katakan tadi, tapi ehem... Kakak, aku tidak memintamu untuk memperlakukan ku seperti saat kita remaja, hanya saja ini berbeda, aku ingin kau menganggap ku sebagai adik mu lagi, apa kau mengerti kak?" pandangan mata Iqbaal yang awalnya menatap ke arah luar jendela kini teralihkan pada sosok Steven yang tadi menyebutnya dengan sebutan kakak 'lagi'.

My Husband Is You ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang