His Sadness

3.1K 231 8
                                    

Semua pasang mata menatap satu sosok yang tengah duduk di atas ranjang rumah sakit dengan pandangan berbeda-beda, ada yang memandangnya dengan tatapan aneh,bahagia bahkan takut, sementara sosok Iqbaal yang di tatap seperti itu hanya bisa menautkan kedua alisnya bingung, menurut nya keluarga nya saat ini benar-benar aneh.

"kenapa kalian memandang ku seperti itu?" protes Iqbaal akhirnya, karena bagaimanapun dirinya sangat risih oleh tatapan keluarga dan para sahabat-sahabatnya.

"kau membuat kami cemas bodoh" pekik Alans.

"ayolah, tidak ada yang perlu di cemaskan di sini, aku baik-baik saja"

"kau fikir siapa yang tidak cemas jika kau baru bangun dari koma selama kurang lebih delapan bulan lamanya, dan satu jam yang lalu, kami berfikir bahwa itu adalah kali terakhir kami melihat mu, apa kau tahu? Kau membuat ku takut kehilangan sahabat saja dasar bodoh, Mama apa boleh aku menjitak kepalanya?" tanya Alans pada Velin yang terduduk tepat di samping ranjang rumah sakit yang sedang di tempati oleh Iqbaal.

"jangan di jitak" Iqbaal tersenyum meledek ke arah Alans kala mendapatkan jawaban dari Ibu nya.

"terimakasih Mama karena tidak mengiz..."

"di pukul lebih baik" perkataan yang ternyata adalah lanjutan dari jawaban Velin sebelum nya mampu membuat senyuman Iqbaal luntur seketika dan lagi dirinya merasa kalah oleh Alans yang nampak sedang menatap nya dengan senyuman mengejek.

"Mama aku ini putra mu, kenapa kau malah membelanya?" protes Iqbaal.

"sudah lah kawan, terima takdir mu saja, beruntung kau tidak mati" timpal Bastian.

"apa hubungannya dengan mati, dasar bodoh, dan aku ingin mengajukan dua pertanya pada kalian?"

"kau dan Alans sama saja! Selalu mengatai ku bodoh, sudah lebih baik aku keluar saja, Salsha kau ikut aku!" Bastian segera menarik tangan Salsha agar wanita itu mengikutinya, namun belum sempat mencapai pintu Salsha segera menepis kasar tangan Bastian.

"apa yang kau lakukan hah! Dan apa-apaan kau mengajaku begitu saja tanpa seizin ku! Memang nya kau ingin mengajakku ke mana?"

"sudah lah tidak usah protes begitu babe, lagi pula aku hanya ingin mengajak mu untuk ketempat (Namakamu),Belva,Steffi dan juga Matt berada sekarang" dengan paksaan Bastian segera menarik lengan Salsha untuk keluar dari ruangan rawat Iqbaal yang menyisakan Iqbaal,Alans,Velin dan juga Kelly yang terlihat saling menatap satu sama lain.

"apa mereka berdua berpacaran?" tanya Iqbaal penasaran, karena mungkin saja selama dirinya mengalami koma, banyak hal-hal yang tidak terduga, dan salah satu nya adalah hubungan Salsha dengan Bastian yang menurutnya sangat aneh itu.

"apa itu pertanyaan pertama mu?" Iqbaal menggeleng tegas saat mendengar pertanyaan dari ibu mertuanya.

"tidak"

"baiklah, apa yang ingin kau tanyakan pada kami?" kini Velin yang bertanya.
"tunggu Ma, aku kan belum memukul nya" protes Alans.

"ayolah Alans, kau itu sudah dewasa bahkan sudah mempunyai keluarga sendiri, lupakan saja yang tadi, lagi pula itu hanya candaan saja"

"itu tidak adil Mama" rengek Alans pada Kelly.

"dasar kekanak-kanakan, sudah Iqbaal lebih baik jangan menghiraukan putra ku, lanjutkan apa yang ingin kau tanyakan pada kami" Iqbaal mengangguk, namun sebelum nya ia tersenyum meledek ke arah Alans yang nampak memandang nya dengan tatapan kesal.

"Baiklah, pertanyaan pertama, apa aku benar-benar koma selama delapan bulan?"

"apa menurut mu perkataan ku saat pertama kali itu adalah kebohongan?"
"bisa saja kau berbohong padaku, Alans!"

My Husband Is You ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang