Bastian memandang terluka pada Salsha yang mengabaikan nya akhir-akhir ini, pria itu benar-benar sedih karena setelah acara lamaran nya dua hari yang lalu di Moskow, Salsha berubah menjadi wanita yang dingin padanya, dan jujur saja ia benci itu.
"Sha" bahkan panggilan Bastian hanya di hiraukan saja oleh yang punya nama, bahkan yang lebih parah nya lagi, Salsha sama sekali tak menoleh ke arah Bastian.
"kau marah padaku?"
Diam.
Lagi-lagi wanita nya hanya diam saja, seolah kehadiran nya di sini tidak berarti apa pun untuk wanita itu
"apa yang telah membuat mu sebegitu marahnya padaku Sha?"
"kau tidak peka, aku benci padamu dan jangan mengejarku" jawab Salsha akhirnya yang segera berlalu pergi dari hadapan Bastian yang nampak tengah memijit kening nya yang akhir-akhir ini sering sekali di serang pusing mendadak.
"ck, aku harus berbuat apa? Kenapa wanita sulit sekali di tebak sih!" gumam pria itu kesal seraya mengambil ponsel nya untuk melihat foto dirinya bersama Salsha, wanita yang dulu nya pernah masuk ke dalam daftar orang yang di benci nya dan harus di hindari nya kini telah resmi menjadi kekasihnya selama lima bulan belakangan ini, ingatan tentang dirinya dan Salsha yang selalu berdebat 'dulu' terekam dengan sempurna di dalam otak nya, sehingga membuat bibirnya terangkat sempurna dan menampilkan sebuah senyuman, pria itu masih benar-benar tidak percaya bahwa kini dirinya dan Salsha sudah bersama, bahkan dua hari yang lalu ia nekat melamar Salsha saat di Moskow, itu karena dirinya terlalu cinta dengan wanita itu, sebelum nya ia tidak pernah seserius ini dalam menjalin hubungan, itu terbukti dari kekasihnya dulu yang berada di korea memutuskan hubungan di antara mereka berdua di saat mereka berdua sudah barsama selama tiga tahun lamanya dan alasannya karena mantan kekasih nya bilang padanya kalau hubungan di antara mereka seperti main-main sementara mantan kekasih nya itu di tuntut oleh kedua orangtua nya harus segera mencari yang serius untuk di jadikan suami, dan entah kenapa Bastian ragu akan hal itu sehingga rasa keraguan nya itu menimbulkan nya pada perpisahan dengan mantan kekasih nya itu.
TAK!
"brengsek kau Alans! Kenapa kau menjitak kepalaku!?" Bastian menatap tajam ke arah Alans yang dengan santainya duduk di sampingnya, di susul oleh Iqbaal serta Matt yang memilih untuk duduk di hadapannya.
"karena kau sangat jelek bila sedang melamun, pantas saja Salsha langsung kabur" gumam Alans dengan santainya tanpa tahu bagaimana raut wajah Bastian yang saat ini terlihat memerah menahan marah
"yang di katakan oleh Alans benar, jadi jangan melamun lagi, karena bila kau melamun lagi, aku yakin pasti Salsha akan memutuskan hubungan nya dengan mu" timpal Matt dengan disertai senyuman nya yang membuat Bastian semakin muak seketika, baru saja dirinya akan membalas perkataan dua manusia yang menurut nya menyebalkan itu tiba-tiba saja Iqbaal sudah berbicara terlebih dahulu.
"kita datang ke sini bukan untuk saling mengejek, jadi jangan bertingkah kekanak-kanakan"
"boss benar, jadi... Untuk apa kita adakan pertemuan di sini?"
"benarkan ucapan mu itu Matt, karena aku sudah dari tadi berada di sini, dan kenapa kalian bisa berada di sini? Apa kalian sekarang sudah beralih profesi menjadi penguntit ku?"
"dan melihat mu di tinggalkan begitu saja oleh seorang wanita, cih.. Sangat memalukan" sindir Iqbaal yang tak terima di bilang penguntit oleh bawahannya itu.
"mulutmu sangat tajam Mr.Dawson" sindir balik Bastian.
"kenapa kalian jadi saling menyindir, sudahlah lebih baik kita mulai saja diskusi kita" lerai Alans.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Husband Is You ✔
Casuale[End] Terkadang Hati naluri akan memberontak jika seseorang memilih CINTA yang salah, Namun percayalah Hati naluri adalah salah satu kunci utama seseorang untuk menuju CINTA SEJATI.