14. Bingkai Foto

13.4K 577 6
                                        

Sebelum aku menjawab pertanyaan Wisnu, Dika lebih dulu berkata, "Apa kau belum siap-siap?" tanya Dika.

Saat ini Dika berdiri tepat di depanku.
"Untuk apa aku siap-siap, aku tidak akan kemana-mana." jawbaku.

"Ya sudah begitu saja, ayo." ucapnya sambil menarik tangan kananku.

Pada saat Dika menarik tangan kananku dalam waktu yang bersamaan Wisnu memegang tangan kiri-ku. Astaga mereka mulai berperang lagi dan aku tidak suka berada diposisi semacam ini.

"Ada apa dengan kalian?" ucapku sambil mentap mereka bergantian.

Mereka diam. Astaga mereka pun tidak merespon pertanyaanku sama seperti dulu saat pertama kali mereka bertemu untuk pertama kalinya. Mengapa mereka seperti itu padahal tinggal menjawab saja apa salahnya. Kalu mereka diam itu malah membuatku tambah bingung.

"Lepaskan tanganku." ucapku kepada mereka berdua.

Mereka terlihat tidak mengindahkan ucapanku karena diantara mereka tidak ada yang melepaskan tangaku. Aku menghela napas kasar, sebenarnya apa maunya mereka berdua.

Dika menatap Wisnu seraya berkata, "Aku akan pergi dengan Nilan, lepaskan tangannya." titah Dika dengan tatapan dinginnya yang ia lempar pada Wisnu.

"Aku datang lebih dulu dari pada dirimu, jadi akulah yang lebih berhak." ucap Wisnu sambil melepaskan tanganku, begitupun dengan Dika.

"Ku rasa akulah yang lebih berhak karena sebelumnya aku sudah membuat janji dengannya." ucap Dika tidak mau kalah.

Aku memutar bola mataku menyaksikan perdebatan diantara mereka. aku merasa menjadi orang penting disini. menjadi ornag penting ternyata membuat kepala pusing.

"Kau akan mengajakku kemana?" tanyaku kepada Dika.

"Makan." ucap Dika.

Lagi? ia kemari untuk mengajakku makan seperti sebelumnya. mengapa ia selalu mengajakku untuk pergi makan. Apakah tidak ada tempat lain yang ingin ia tunjukkan padaku selain tempat makan. Kalau saja tempat lain mungkin aku akan memikirkannya tetapi ini astaga bahkan aku sudah makan malam.

"Aku sudah makan, jadi lebih baik kau pulang." ucapku kepada Dika.

Wisnu tersenyum seraya berkata, "Kau dengar, Nilan lebih memilihku." ucapnya dengan nada bangga penuh dengan kemenangan.

"Kau juga pulang Wisnu." ucapku.

Aku berdiri dari tempat ku duduk berniat untuk masuk ke dalam rumah tetapi belum juga aku melangkah Dika menarik tangaku lagi seraya berkata, "Tetapi aku belum makan." ucapnya.

"Dika, kalau kamu belum makan, kenapa kemari?" tanyaku baik-baik.

"Aku ingin makan denganmu." ucapnya.

"Disini bukan rumah makan." ucapku.

"Kita makan diluar." ucap Dika.

"Jadi kau kesini hanya untuk mengajakku makan?" tanyaku memastikan.

Dika mengaggukan kepalanya. Dika belum pulang ke rumah, ia masih mengenankan setelan kantornya. Apakah ia lembur, harusnya ia sudah pulang dari tiga jam yang lalu. Wajahnya pun terlihat lelah, apa benar ia belum makan?

"Oke, tetapi selesai makan langsung pulang ya." ucapku menuruti keinginannya.

"Aku ganti pakaian dulu." sambungku.

Aku tidak tega melihat kondisi Dika sepertinya ia memang belum makan padahal ini sudah lewat jam makan malam. Ia terlihat lelah, aku kasihan meihatnya. Sebaiknya aku menuruti kemauannya, toh hanya makan. Lagi pula ia sudah membuat janji sebelumnya.

He's The BossTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang