5. Kali Kedua

17.7K 715 5
                                    

"Iya ini Bunda, memangnya kamu pikir siapa?" tanya Bunda sambil menyerahkan gelas kepada bi Ida.

Aku menunduk tak menjawab pertanyaan Bunda.

"Lihat Bunda, Nilan." ucap Bunda.

Habislah aku. Kuangkat kepalaku dengan gerakan lambat. Ku beranikan menatap Bunda. Bunda melihatku dari atas sampai bawah. Ia terlihat sedang meneliti penampilanku.

"Pukul berapa ini, Nilan?" tanya Bunda dengan nada tegas.

"Se-sepuluh malam, Bun." ucapku takut-takut.

"Lalu apa yang kamu lakukan malam-malam di dapur dengan pakaian seperti itu?" selidik Bunda.

Ah mati aku, aku harus jawab apa. Apa aku jujur saja? Kalau jujur sama saja aku bunuh diri. Bagaimana ini. Ayo Nilan pakain otakmu untuk berpikir.

"Jawab, Nilan."

"I-itu Bun, Nilan meminta bi Ida untuk membuatkan bekal untuk bang Kevin, iy-iya kan bi?" ucapku dengan mengedip-ngedipkan mata kepada bi Ida.

Bi ida terlihat bingung dengan pertanyaan yang aku lontarkan namun sedetik kemudian bi Ida menjawab, "Iya Bu, non Nilan tadi meminta dibuatkan makanan untuk den Kevin."

Bagus bi Ida, akting bi Ida emang top banget.

"Kevin sudah membawa bekal sendiri, Nilan. Jadi sekarang ganti baju lalu tidur." titah Bunda. Setelah mengucapkan itu, Bunda pergi meninggalkan aku dan bi Ida.

"Bi, jangan mengatakan ke Bunda kalau aku berbohong ya." ucapku serius.

"Iya non." jawab bi Ida.

Syukurlah bi Ida tidak sematre Mang Omad. Kalau saja bi Ida sematre Mang Omad, habis terkuras isi dompetku.

"Ya sudah Nilan ke atas dulu." pamitku.

Bi Ida menganggukan kepalanya.
Sekarang aku bisa tidur dengan nyenyak.

We don't talk anymore
We don't talk anymore
We don't talk anymore
Like me used to do
We-

"Halo." ucapku dengan suara serak khas bangun tidur.

"Nilannn! Ya ampun kenapa baru dijawab." teriak suara di seberang sana. Refleks aku menjauhkan ponselku dari telinga.

"Ada apa Dew, pagi-pagi sudah teriak-teriak." ucapku sembari mengambil air mineral yang ada di atas nakas samping kanan tempat tidurku.

"Lihat jam Nil, menurutmu ini pagi, hah?" tanyanya masih dengan nada kesal.

Aku melihat jam yang ada di ponselku ku sambil meminum air mineral yang barusan aku ambil. Pukul 11.00 wib, memang masih pagi bukan?

"Ada apa denganmu, kau sedang pms?" tanyaku sambil turun dari tempat tidur berjalan menuju kamar mandi.

"I have good news for you."

"Apa?" tanyaku sambil menyiapkan air untuk mandi.

"Ada lowongan kerja di perusahaan tempat ku bekerja." ucapnya dengan suara yang terkesan buru-buru.

"Kapan?" tanyaku. antusias.

"Hari ini di tutup jam satu siang." ucapnya.

"Apa!" ucapku kaget.

"Mengapa baru mengabariku?" tanyaku ikut panik.

"Ya sudah aku mandi dulu." tambahku lalu ku tutup sambungan telepon tanpa menunggu jawaban darinya.

Diperjalanan menuju alamat kantor yang Dewi berikan, aku selalu mengecek jam tanganku.
Bagaimana bisa, waktu sudah menunjukkan pukul 12.30 wib tetapi aku masih dijalan, sialnya lagi jalanan malah macet.

He's The BossTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang