"Nengnya salah naro mobil asal saja sudah tahu di depan ada rambu larangan stop." ucap penjual bakso.
Aku pun mencerna ucapan penjual bakso dan beberapa detik kemudian aku tersadar lalu melihat ke arah yang dimaksud oleh penjual bakso tadi. Benar saja disitu ada rambu larangan untuk stop.
"Ya sudah pak, terima kasih." ucapku seraya berjalan gontai meninggalkan tempat sial tadi untuk menuju kantor polisi.
Sebelum ke sana, aku menyempatkan untuk mampir ke cafe cokelat yang berada di kanan jalan yang jaraknya tidak jauh dari tempat tadi. Saat aku memasuki cafe, aku di suguhi aroma cokelat yang sangat kuat. Aku suka tempat ini, aku suka bau harum yang ada di cafe ini, sangat menenangkan.
"Sepertinya ini akan menjadi tempat favoriteku." ucapku bermonolog.
"Mas, milkshake cokelat satu." ucapku kepada pelayan yang bernametag Danu.
Danu terlihat masih muda mungkin umurnya tidak berbeda jauh denganku. Kalau tidak salah menduga ia hanya lebih tua dua tahun dariku.
"Iya mbak, totalnya 25.000 rupiah." ucapnya.
Aku pun mengeluarkan uang dari dompetku.
"Ini." ucapku sambil menyerahkan uang kepada Danu.
Danu menerima uang dariku lalu berkata, "Atas nama siapa?" tanyanya.
"Nilan." ucapku.
"Tunggu sebentar ya mbak Nilan." ucapnya.
Aku memilih duduk di dekat kasir sambil menunggu Danu membuatkan milkshake untukku. Setelah duduk barulah aku merasakan pegal pada kedua kaki ku. ini sudah pasti gara-gara aku lari seperti orang gila.
"Atas nama Nilan." ucap Danu.
Mendengar namaku dipanggil, aku langsung berdiri dan menghampiri Danu.
"Ini milkshake cokelatnya, terima kasih." ucapnya ramah.
Aku menerima milkshake itu dari tangan Danu. Aku hanya merespon dengan senyuman saja. Setelah itu, aku mencari tempat duduk yang menurutku nyaman. Pilihanku jatuh di kursi berada di dekat jendela yang mengarah ke jalan. Aku duduk sambil menikmati milkshake cokelatku. Sesekali aku melihat orang-orang yang berlalu lalang di depan cafe ini sambil memikirkan nasibku selanjutnya.
Haaahh. Aku membuang nafas berat sambil memijat pelipisku. Memikirkannya saja sudah membuat kepalaku pening. Bagaimana kalau Ayah sampai tahu bisa-bisa simku (surat izin mengemudi) akan ditahan olehnya.
We don't talk anymore
We don't talk anymore
We don't talk anymore
Like me used to do
We-"Halo." Aku mengangkat telpon tanpa melihat nama kontaknya.
"Kamu tidak akan mengambil mobilmu di kantor Ayah, Nilan?"
Glek. Aku menelan salivaku mendengar suara itu.
"Nilan." panggil Ayah.
"Iy-iya aku on the way, Yah." ucapku sambil menutup sambungan telpon antara aku dan Ayah. Aku memesan ojek online untuk menuju ke kantor polisi.
Sesampainya di kantor polisi.
"Ada perlu apa mbak?" tanya polisi muda bernama Alvian. Saat ini aku berada tepat didepan kantor polisi.
"Saya ingin mengambil mobil dengan nomor polisi B 2628 SAH." ucapku.
"Mari saya antar." ucapnya.
Aku masuk ke dalam diantar oleh polisi muda yang bernama Alvian.
"Selamat siang pak." ucapku kepada polisi yang sedang duduk di depan komputer.
KAMU SEDANG MEMBACA
He's The Boss
Romantizm18+ Saat ini aku sedang menjadi anak pembangkang yang menerima karma. Aku mengatakannya karena saat ini sedang mengalami kesulitan atas keputusan egois yang ku buat 4 tahun yang lalu. Aku memaksa mengambil jurusan manajemen bisnis disaat tidak ada a...