Tidak terasa mobilku sudah sampai di depan pintu gerbang rumahku. Sepertinnya Mang Omad tidak menyadari kedatanganku. Mang Omad adalah satpam di rumahku. Aku turun dari mobil untuk memanggil mang Omad. Ku lihat, Wisnu ikut turun dari mobilnya dan menghampiriku.
"Ada masalah, Nil?" tanyanya.
"Aku tidak yakin, sepertinya mang Omad tidak ada karena ia tidak membuka gerbang saat aku datang." ucapku heran saat Mang Omad tak kunjung membuka pintu gerbang.
"Biar ku lihat." ucapnya seraya berjalan mendekati pintu gerbang.
"Di kunci." ucapnya.
"Mang Omad!" teriak Wisnu.
Tidak ada jawaban.
"Masa satpam kamu jam segini sudah tidur." ucap Wisnu heran.
Aku menggeleng, "Aku akan mencoba untuk menghubungi bang Kevin." ucapku seraya mengambil ponsel dari saku jaket dan mendial nomor kakakku.
Suara dering pertama.
Tidak ada jawaban.
Suara dering kedua masih tidak ada jawaban.
"Tidak ada jawaban?" tanya Wisnu.
Aku mengangguk gelisah .
"Halo." ucap suara diseberang sana.
Aku menghela napas panjang, akhirnya di jawab juga.
"Bang, tolong buka pintu gerbang." ucapku to the point.
"Mang Omad kemana?" tanyanya.
"Tidak tahu." ucapku kesal.
"Cepat bang!" lanjutku dengan tidak sabaran.
"Abang sedang dinas malam di rumah sakit, telepon Bunda saja. Sudah ya Abang akan visit ke pasien." ucapnya.
"Tapi bang—"
Tut..tut..tutt
Panggilan diakhiri sepihak oleh kakakku. Aku memijat pelipisku mana mungkin aku menghubungi Bunda sedangkan pergi saja tanpa sepengetahuannya.
"Kenapa, Nil?" tanya Wisnu.
"Abangku sedang dinas malam, ia tidak bisa membantu." ucapku frustasi.
"Telepon Bunda 'kan bisa." ucapnya.
"Aku 'kan sudah bilang padamu kalau pergi tidak izin dulu. Bisa dicincang hidup-hidup kalau Bunda sampai tahu." ucapku.
"Mang Omad kemana sih!" sambungku dengan nada kesal.
"Ya sudah kamu ikut denganku saja." ucapnya.
"Kemana?" tanyaku.
"ke rumah." ucapnya dengan nada polosnya.
"Itu ide yang buruk. Aku bisa dihapus dari kartu keluarga kalau Bunda tahu aku menginap di rumahmu." ucapku.
"Ya 'kan kau bisa membuat alasan lain contohnya mengatakan menginap di kak Dewi."
"Bunda tahu kalau Dewi sudah menyewa apartemen sendiri."
"Itu berarti salah dirimu mengapa kau memberitahu Bunda kalau kak Dewi tinggal berpisah denganku." ucapnya menyalahkanku.
Dasar bocah tidak tahu diri. Aku diam tak menjawab celotehannya lagi. Aku benar-benar merasa kesal hari ini. Semoga hari ini cepat berakhir dan esok mendapatkan hal yang baik.
"Kok diam?" tanyanya sambil melihat wajahku intens.
Wisnu mencondongkan tubuhnya seraya berkata, "Bagimana kalau ke hotel saja." tawar Wisnu sambil menaik turunkan alisnya. Ucapan Wisnu sukses membuat bola mataku membulat dengan sempurna.

KAMU SEDANG MEMBACA
He's The Boss
Dragoste18+ Saat ini aku sedang menjadi anak pembangkang yang menerima karma. Aku mengatakannya karena saat ini sedang mengalami kesulitan atas keputusan egois yang ku buat 4 tahun yang lalu. Aku memaksa mengambil jurusan manajemen bisnis disaat tidak ada a...