30. Sebuah Usaha Memperbaiki (1)

12K 416 4
                                    

Jika ada yang bilang kalau cara menghadapi wanita yang sedang marah itu dengan membelai rambutnya, memelukknya serta mendengarkan keluh kesahnya, itu benar tetapi bukan itu yang saat ini aku butuhkan karena aku tidak sedang marah, melainkan kecewa. Aku lebih tertarik untuk menyendiri. ku lebih merasa nyaman bila sendiri dari pada harus bersama dengan orang yang sudah membuatku kecewa. Rasa kecewa yang berujung sedih itu akan terasa lebih sakit. Maka dari itu aku lebih memilih untuk menyembuhkan rasa kecewa dan sedih ku dengan cara menyendiri.

Orang terdekatku pasti sudah hafal bahkan mengerti dengan ini tetapi kali ini lain lagi ceritanya, entah mengapa aku ingin sekali bercerita untuk menumpahkan segala keluh kesahku pada Dewi. Aku tidak ingin keluh kesahku dan perasaan sakit yang ku rasakan ini akan membusuk di dalam hatiku.

Perihal Dika? Aku tidak ingin bertemu dengannya dulu. Entah kesalahan apa yang sudah ia perbuat sehingga aku terkesan menghindarinya. Kalau dipikir kembali apa yang Dewi katakan tadi malam ada benarnya juga bahwa aku tidak seharusnya bersikap demikian kepada Dika karena pria itu tidak sepenuhnya bersalah. Peristiwa kemarin masih tergambar jelas didalam otakku dan rasa kecewa ini pun masih membekas bak luka yang masih basah. Sakit dan perihnya masih begitu terasa.

Pesan yang Dika kirimkan tadi malam belum sempat ku baca karena ponselku mati kehabisan baterai. Aku tidak berniat untuk mengisinya padahal disini ada charger milik Dewi. Entahlah aku rasa itu lebih baik untuk saat ini. Hari ini aku absen bekerja. Aku absen bukan tanpa alasan, itu bukan tipe ku. Aku absen karena tadi malam selepas kami berbincang, aku sama sekali tidak bisa tidur sampai pagi menjelang. Alhasil sekarang kantung mataku begitu hitam. Aku tidak mempunyai kepercayaan diri untuk bertemu siapapun. Ini sungguh terlihat begitu mengerikan, aku saja tidak sanggup melihat wajahku sendiri.

Berkat mandi kini tubuhku terasa lebih segar. Tadi pagi sebelum Dewi berangkat ke kantor aku sempat memberinya petuah yang aku sendiripun tidak tahu mengapa aku harus mengatakan ini padanya tetapi hati kecilku mengatakan bahwa aku harus mengatakannya. Aku berkata pada Dewi untuk tidak memberitahu keberadaanku kepada Dika kalau pria itu menanyakanku padanya.

Apakah kalian tahu Dewi menjawab apa? Benar ia mengatakan tidak mau. Ia sungguh sama saja denganku tidak mau menurut pada orang lain tetapi bukan aku namanya kalau tidak bisa membuatnya menarik kembali ucapannya.

Ini sebenarnya agak keterlaluan karena aku mengatakan akan membantunya berkencan dengan kak Kevin. Tak butuh waktu lama untuk menunggunya berpikir karena dalam hitungan detik setelah aku mengatakannya ia langsung menjawab 'iya aku tidak akan memberitahunya kau ada di apartemenku'.

Terima kasih untuk kak Kevin yang secara tidak langsung telah membantuku dalam keadaan genting. Aku tinggal mengatur waktu saja untuk pertemuan mereka. Aku akan membuat makanan dulu sebelum memikirkan semua itu karena berpikir membutuhkan energi. Namun baru saja aku memegang pisau, bel apartemen berbunyi sehingga membuatku menunda untuk memotong tomat.

Aku berjalan ke arah pintu untuk melihat siapa yang datang. Aku tidak bisa mengintip dari jendela seperti di apartemenku karena apartemen Dewi tidak memiliki jendela. Aku sempat ragu untuk membukanya karena tadi pagi Dewi tidak mengatakan apapun ketika berangkat. Aku ingin meneleponnya terlebih dahulu menanyakan apakah ia mempunyai janji temu dengan seseorang tetapi sialnya aku tidak bisa karena ponselku masih dalam keadaan mati.

Aku juga sebenarnya tidak mempunyai wewenang untuk membukanya karena ini bukan apartemenku tetapi seseorang di luar sana terus membunyikan bel hingga membuat kupingku tak nyaman. Aku berpikir kalau bagaimana jika diluar itu adalah penjahat yang akan merampok dan memperkosaku. Astaga pikiranku sangat buruk dan aku terlalu paranoid.

Aku beringis memikirkannya membuatku mengurungkan niatku untuk membuka pintu lalu memilih kembali ke dapur seolah tidak mendengar ada bunyi bel. Ah sepertinya aku harus menelepon Dewi menggunakan telepon yang tersedia. Namun baru saja aku menekan angka 0, bel kembali berbunyi kali ini disertai teriakan seseorang.

He's The BossTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang