Aku merasakan ada tangan besar yang melingkar di pinggangku. Tidak ada jarak yang menghalangi kami, Ia memeluk perutku. Ku buka mataku lalu ku angkat kepalaku untuk melihat wajahnya karena posisi kepalaku berada di depan dadanya. Matanya masih terpejam. Apa ia kira aku ini sebuah guling, astaga yang benar saja! Aku mencoba melepaskan tangannya dari pinggangku tetapi bukannya terlepas, pelukannya malah semakin erat.
"Dika tolong lepaskan aku." ucapku sambil berusaha melepaskan tangannya.
"Bisa kau diam sebentar, dari tadi kau terus saja mengoceh." ucapnya dengan mata yang masih terpejam.
Aku memutar bola mataku mendengar ucapannya. "Oke aku akan diam tapi setelah kau lepaskan tanganmu dari sini." ucapku sambil menyentuh tangannya dengan jari telunjuk tangan kananku.
Dika masih diam tidak bergerak dari posisinya. Aku mulai jengkel, kuputuskan untuk mencubit perutnya siapa tahu dengan cara ini aku bisa terbebas darinya.
"Aw." Dika meringis mendapatkan cubitan dariku tetapi tangannya masih memeluk pinggangku.
Aku menghela napas kasar, "Dika aku ini bukan guling yang bisa kau peluk seenaknya." ucapku.
Tubuh Dika terasa begitu hangat apalagi setelah aku terpapar dinginnya suhu ruangan ini yang sangat dingin. Astaga apa yang aku pikirkan. Aku membuka lebar-lebar mataku agar tidak terhanyut dalam situasi ini. Aku harus mencari cara agar aku bisa terlepas darinya, kalau di diamkan aku tidak yakin pakaianku akan tetap utuh.
"Dika aku ingin ke kamar mandi." alibiku.
Dika melepaskan pelukannya, "Sebelah sana." ucapnya menunjuk sebuah pintu berwarna hitam.
Aku turun dari ranjang dan melangkah ke luar bukan ke kamar mandi karena aku berencana mencari telepon rumah untuk menghubungi Wisnu. Aku memang idak tahu ini dimana tetapi setidaknya aku sudah menghubungi orang bahwa aku sedangbersama Dika. Setidaknya bocah itu pasti akan mencariku mati-matian, aku yakin.
"Ada yang ingin aku bicarakan denganmu." ucap Dika menghentikan langkahku.
Kuputar tubuhku menghadapnya. Ku kira ia berbicara sambil memejamkannya tetapi ternyata ia sudah bangun.
"Apa yang ingin kau bicarakan. Cepat, aku ingin buang air kecil," ucapku.
"Kemarilah." ucapnya.
"Tidak, aku sudah bilang aku ingin buang air kecil." ucapku menolak.
"Aku tahu kau bohong, cepat kemari." ucapnya sambil menepuk ranjangnya.
Astaga ia hobi sekali memerintah orang lain. Tunggu! Darimana ia tahu kalau aku tengah berbohong. Apa Ia seorang paranormal atau gelagatku terlalu ketara sehingga ia bisa tahu.
"Cepat kemari?" ucapnya.
Aku takut tetapi aku tidak punya pilihan lain lagi bukan?
"Nilan." panggil Dika.
Aku berjalan menghampirinya lalu berkata, "Ada apa?" tanyaku.
"Duduk." ucapnya sambil menarik tanganku untuk duduk.
Kini aku dan Dika duduk bersebelahan.
"Ada hubungan apa kau dengan Danu?" tanyanya.
Kepalaku langsung menoleh ke arahnya. Mengapa tiba-tiba ia menanyakan tentang Danu. Aku semakin tidak mengerti dengan jalan pikirannya. Pertama Dio, sekarang Danu. Sebenarnya ada apa dengan orang ini mengapa sangat ingin tahu tentang pria yang ada kaitannya denganku.
"Untuk apa kau menanyakan itu?" tanyaku.
"Jawab saja." ucapnya dingin.
"Kau mengenalnya?" tanyaku lagi.

KAMU SEDANG MEMBACA
He's The Boss
Romansa18+ Saat ini aku sedang menjadi anak pembangkang yang menerima karma. Aku mengatakannya karena saat ini sedang mengalami kesulitan atas keputusan egois yang ku buat 4 tahun yang lalu. Aku memaksa mengambil jurusan manajemen bisnis disaat tidak ada a...