19. Claustrophobia

14.5K 553 3
                                    

"Nilan." panggil Dika.

Aku mengangkat kedua alisku tak mengerti mengapa ia memanggilku di tengah-tengah rapat saat aku tidak mempunyai apapun untuk di presentasikan. Semua orang yang ada di ruangan ini pun sontak mengikuti arah pandang Dika. Bagus sekali Dika, kau telah berhasil membuat aku menjadi pusat perhatian. Aku yakin setelah ini semua orang akan mengenalku padahal aku tidak berniat untuk di ketahui oleh siapapun.

"Ia yang akan menjadi sekretaris pribadiku." ucap Dika.

Aku membulatkan kedua mataku saat mendengarnya mengatakan itu. Apa maksudnya? Aku bahkan belum satu hari menjadi training di bagian input output dan di hari yang sama aku di angkat menjadi sekretaris. Ini benar-benar membuatku bingung. Apa ia sedang tidak waras.

"Saya tutup rapat hari ini, selamat bekerja." ucapnya lalu keluar dari ruang meeting sambil menatapku yang masih belum sadar sepenuhnya.

Semua orang terlihat saling berbisik sambil menatapku. Aku ingin segera keluar dari ruangan yang sangat tidak nyaman ini tetapi pak Richard menahanku dengan segudang pertanyaan yang aku sendiri tidak tahu harus bagaimana menjawabnya. Saat aku akan mencoba menjawab pertanyaan pak Richard, tiba-tiba Siska menghampiriku dengan wajah seperti sedang menahan emosi.

"Nilan, ikut denganku." titahnya.

Hei siapa dia berani memerintahku. Aku bahkan belum selesai dengan Pak Richard mengapa dengan sangat tidak sopannya ia memerintahku, memangnya siapa ia. Aku memilih mengabaikan ucapannya dan masih duduk dengan posisi yang sama mencoba berpikir untuk menjawab pertanyaan Pak Richard ketika ia bertanya apa maksud semua ini. Namun aku terkejut saat tiba-tiba Siska datang menarik tanganku lalu menyeretku ke dalam toilet.

"Hei apa yang kau lakukan!" sentakku kesal sambil mencoba melepaskan tanganku darinya.

Astaga aku tidak menyangka wanita sejenis Siska mempunyai tenaga yang lumayan kuat. Aku kira ia hanya bisa memakai koas make up untuk mempercantik wajahnya.

"Apa yang sudah kau berikan padanya?" tanyanya menghakimiku.

Apa yang sebenarnya wanita ini katakan. Aku bahkan tidak tahu kemana arah pembicaraannya. Memberikan? Memberikan apa dan kepada siapa. Astaga bisakah ia memperjelas pertanyaannya sehingga aku tidak harus memakai otakku yang sedang mendidih ini untuk berpikir.

"Jawab, Nilan!" sentaknya.

Astaga ada apa dengan wanita ini. Aku sungguh membencinya sejak pertama bertemu dan astaga apa aku harus berurusan dengan wanita ini pada hari pertamaku bekerja.

"Kau sudah tidur dengannya." ucapnya menyerupai pertanyaan yang sangat terdengar tak enak di telinga.

Aku membulatkan mataku mendengar pertanyaannya yang sangat tidak hormat itu. Aku sangat sadar kalau aku ini karyawan baru tapi tidakkah ia berpikir bahwa aku juga punya hati mengapa ia bertindak seenaknya saja pada junior. Dan lagi pertanyaan macam apa itu.

"Apa maksudmu?" tanyaku dengan nada tidak suka.

"Oh rupanya benar ya, kau telah memberikan tubuhmu kepada Davin." ucapnya membuatku sadar kemana arah pembicaraan ini.

"Jaga mulutmu, Siska!" ucapku tak terima.

Aku tidak bisa bilang kalau aku tidak tidur dengannya karena kenyatannya aku memang tidur dengan Dika, tetapi ini adalah tidur dalam artian yang sebenarnya bukan seperti apa yang ada dalam benak Siska. Aku bahkan mengetahuinya saat aku terbangun dari tidurku dan astaga bahasa yang ia gunakan sangat tidak bisa aku terima, aku tidak memberikan tubuhku. Lagi pula untuk apa aku menberikannya pada pria yang jelas-jelas baru aku temui akhir-akhir ini.

He's The BossTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang