Mengapa orang-orang di perusahaan ini memanggil Dika dengan nama Davin.
Aku juga pernah mendengar itu dari Dewi dan sekarang aku mendengar nama itu juga di sebutkan oleh wanita ini."Iya, dia yang telah menolong Mama ketika akan melahirkan." ucapnya.
Jadi Dika menganggapku hanya sebagai seorang penolong Mamanya, bukan sebagai teman. Astaga apa yang sedang aku pikirkan sampai berharap ia menganggapku teman. Sejak kapan juga kami berteman. Bertemu pun pasti karena Tante Indri. Aku tersenyum pahit ketika menyadarinya.
"Nilan." panggil Dika.
"Iya." sahutku.
"Apa kau tidak akan masuk?" tanyanya lagi.
"Aku baru saja akan masuk." ucapku.
"Davin, ayo masuk." ucap wanita itu dengan gaya sensualnya. Siapa sebenarnya wanita ini, mengapa ia menempel dengan Dika.
Dika mengangguk lalu berjalan melewatiku. Sebelum masuk, ku sempatkan mengecek ponselku terlebih dahulu. Ku buka pesan yang dikirimkan oleh Wisnu sewaktu aku dimobil tadi barangkali penting.
From Wisnu
Pagi NilankuAku memutar kedua bola mataku ketika membaca pesan yang dikirimkan oleh Wisnu. Ku kira ada hal penting apa ia mengirimi aku pesan pagi-pagi seperti ini. Aku memasukan kembali ponselku kedalam tas. Aku memasuki aula lalu mencari kursi yang kosong untuk aku tempati. Aku memilih duduk di kursi yang berada di pojok kiri bagian belakang, kursi posisinya dekat dengan pintu masuk. Lalu tak lama setelah aku duduk, acara orientasi dimulai .
Acara di isi oleh serangkaian sambutan dari para petinggi perusahaan, termasuk Dika. Walaupun Dika lebih muda diantara yang lain tetapi Dika terlihat lebih bijaksana dan tak kalah pandai dalam membahas urusan perusahaan. Aku suka dengan pria yang lebih pintar dariku. Aku terus menatap sambil tersenyum saat Dika menyampaikan pidatonya. Acara demi acara telah selesai dilaksanakan. Kini tiba saatnya pembagian posisi yang akan diberikan pada karyawan baru.
"Saudari Nilan Melinda Pradana, silahkan bergabung dengan tim input output yang berada di sebelah kanan." ucap pemandu jalannya acara.
Ketika mendengar namaku disebut. Aku langsung berdiri dan mencari tim ku. Aku tidak terkejut seperti yang lain ketika dimasukan ke bagian input output karena kemarin Dika sudah memberitahuku. Aku bergabung dengan timku.
"Hai." sapa seorang pria yang berada di timku.
"Hai." ucapku menanggapi sapaanya.
"Dio." ucapnya memperkenalkan diri.
"Nilan." ucapku sambil membalas uluran tangannya.
Dio ini mempunyai kulit yang putih dan mata yang sipit. Aku yakin matanya akan hilang ketika ia tertawa. Aku bisa mnegataknnya seperti itu karena beberapa temanku yang mempunyai mata yang sipit pasti kehilangan matanya ketika tertawa.
"Selamat pagi menjelang siang." ucap salah satu pria yang sepertinya sudah menetap lama di perusahaan ini.
"Siang." ucap kami kompak.
Setelah pembagian tim, aku dan yang lain diajak ke sebuah tempat oleh pria yang sudah menjadi karyawan tetap disini. Saat ini aku dan teman-teman satu tim ku sedang berada di ruangan yang cukup besar. Ruangan yang ku yakini menjadi tempat berkumpulnya barang-barang hasil pabrik. Aku melihat ada banyak jenis kain disini. Timku terdiri dari enam orang. Lima perempuan termasuk aku dan satu pria bernama Dio yang tadi sempat berkenalan denganku.
Orang yang membantu orientasiku ternyata karyawan senior di bagian input output. Beliau bernama Richard. Kalau di lihat dari wajahnya, usianya berkisar antara 30-35 tahun. Beliau juga yang akan senantiasa membantu kami dalam menjalankan tugas nantinya. Beliau memberitahu kami apa saja yang harus dikerjakan oleh karyawan bagian input output.
KAMU SEDANG MEMBACA
He's The Boss
Romansa18+ Saat ini aku sedang menjadi anak pembangkang yang menerima karma. Aku mengatakannya karena saat ini sedang mengalami kesulitan atas keputusan egois yang ku buat 4 tahun yang lalu. Aku memaksa mengambil jurusan manajemen bisnis disaat tidak ada a...